Sang Musnid al-Dunya: Syekh Yasin al-Fadani

Sabtu, 12 Feb 2022, 13:26 WIB
Sang Musnid al-Dunya: Syekh Yasin al-Fadani
Sumber: Nusantarainstitut.com

Semasa hidupnya, Syekh Yasin menghatamkan tujuh kitab hadis yang masyhur menjadi pedoman umat islam setiap bulan Ramadhan. Keistiqamahan ini berlangsung selama 15 tahun sebelum beliau wafat. Tak ayal, ribuan hadis beserta sanadnya dihafal Syekh Yasin. Kepakaran beliau dalam multidisiplin ilmu khususnya sanad diakui ulama sedunia. Hingga kemudian beliau mendapat gelar Musnid al-Dunya ‘ala al-Ithlaq (ahli sanad penduduk dunia secara mutlak).

Abu al-Faidl ‘Alam al-Din Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani al-Makki al-Syafi’I lahir di Mekah pada 1335 H/1916 M. Nisbah al-Fadani menunjukkan bahwa leluhur beliau berasal dari Padang, Sumatra Barat. Sang ayah, Syekh Muhammad Isa mengajari Muhammad Yasin kecil ilmu membaca al-Quran dan Sang Paman, Syekh Mahmud mengajarkan ilmu dasar-dasar Bahasa arab dan etika islam. Keduanya adalah sosok yang mendorong Muhammad Yasin kecil agar terus belajar dan mencintai ilmu.

Selanjutnya, Syekh Yasin belajar di lembaga formal Madrasah al-Shaulatiyah al-Hindiyah. Berdasarkan toponimi, dapat dipahami bahwa madrasah ini didirikan oleh seorang wanita India yang bernama Shaulatiyah. Ia mewakafkan tanah untuk pembangunan madrasah sedangkan kepemimpinannya diampu oleh Rahmatullah bin Khalil al-Utsmani, seorang ulama kharismatik dari India. Selain belajar di Madrasah Shaulatiyah, Syekh Yasin juga mengikuti pengajian-pengajian yang digelar di Masjidil Haram. Ada suatu kejadian yang kemudian membuat Syekh Yasin keluar dari Madrasah Shaulatiyah.

Seorang antropolog asal Belanda, Martin Van Bruinessen dalam bukunya yang berjudul Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia (1995) bertutur bahwa pada suatu hari, Syekh Yasin kecil menyaksikan seorang guru merobek koran berbahasa Indonesia (Melayu) yang dibaca oleh sejumlah pelajar asal Indonesia. Tidak berhenti di situ, guru itu juga mengejek aspirasi nasionalis orang-orang Indonesia dengan mengatakan  bahwa bangsa bodoh yang memakai Bahasa seperti itu tidak akan bisa meraih kemerdekaan. Sontak kejadian ini menyulut amarah para pelajar asal Indonesia termasuk Syekh Yasin. Mereka lantas berbondong-bondong keluar dari Madrasah Shaulatiyah dan menggagas madrasah sendiri untuk pelajar asal Indonesia yang kemudian diberi nama Dar al-‘Ulum al-Diniyah. Madrasah baru ini berdiri tahun 1934 dengan rector pertamanya adalah Sayyid Muhsin al-Musawwa dari Palembang. Terdapat sekitar 120 santri Jawa (istilah Jawa pada waktu itu mencakup seluruh kawasan Indonesia, Melayu, dan Thailand Selatan) yang pindah ke madrasah ini, termasuk pula Syekh Yasin. Kelak, Syekh Yasin juga dipercaya sebagai rector Madrasah Dar al-‘Ulum al-Diniyah dan melahirkan banyak ulama besar yang berasal dari tanah air.

Di Madrasah Dar al-‘Ulum al-Diniyah, Syekh Yasin belajar berbagai disiplin ilmu agama sekaligus berinteraksi dengan banyak ulama. Syekh Yasin belajar ilmu nahwu dan sharaf kepada Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Maliki al-Makki yang mendapat julukan Sibawaihi ‘Ashrihi (Imam Sibawaih pada masanya). Puluhan sanad kitab nahwu-sharaf seperti Syarh al-Jalal al-Mahalli ‘ala Jam’ al-Jamawi’ bi Hasyiyah al-‘Athar al-Banani yang beliau dapat dari dari Syekh Muhammad Ali dikumpulkan dalam karyanya yang berjudul Al-Maslak al-Jali fi Asanid Fadhilah al-Syaikh Muhammad Ali. Di bidang ilmu ushul fiqh dan ushul hadis, Syekh Yasin belajar kepada Syekh Abi Ali Hasan bin Muhammad al-Masyath al-Makki yang merupakan santri Sykeh Mahfud, al-Turmusi. Kepada Sayyid Muhsin al-Musawwa dari Palembang, Syekh Yasin belajar ilmu fiqh dan tasawuf. Di bidang ilmu tafsir, beliau berguru kepada al-‘Allamah al-Mufassir al-Lughawi al-Adib Ibrahim bin Dawud al-Fathani al-Makki. Tidak hanya itu, Syekh Yasin juga belajar ilmu falak kepada Syekh al-Muammar Khalifah bin Hamad al-Nabhani al-Bahraini al-Makki.

Sejarah mencatat bahwa jumlah guru Syekh Yasin tidak kurang dari 400 ulama baik laki-laki maupun perempuan dari seluruh penjuru dunia. Interaksi yang intens dengan ulama-ulama yang singgah di Mekah dan Madinah menciptakan citra dalam diri Syekh Yasin sebagai figur yang tanpa lelah terus belajar dan memburu ilmu.

Pada tahun 1356 H/1937 M Syekh Yasin lulus dari Madrasah Dar al-‘Ulum al-Diniyah di umur 21 tahun. Beliau langsung diterima sebagai tenaga pengajar di almamaternya dan berselang tiga tahun kemudian beliau diangkat sebagai wakil rektor hingga akhirnya menduduki posisi sebagai rektor madrasah. Di kancah  akademik, Syekh Yasin juga masyhur dikenal sebagai pemrakarsa pendidikan perempuan di Arab Saudi mengingat akses pendidikan bagi mereka tidak seluas bagi laki-laki. Pada 1362 H//1943 M, Syekh Yasin mendirikan madrasah al-banat al-Ibtidaiyyah (Madrasah Putri Tingkat Dasar) yang menjadi madrasah pertama untuk perempuan di Arab Saudi. Disusul kemudian pada 1377 H/1957 M beliau mendirikan Institut Pendidikan Guru Putri. Tidak hanya di madrasah, Syekh Yasin juga mengajar di Masjidil Haram dan di perpustakaan pribadi beliau. Di Masjidil Haram beliau mengajar di masjid yang terletak diantara Bab Ibrahim-Bab al-Wada’ sejak Ri’asah al-Qadla’ wa al-Mudarrisin mengizinkan beliau mengajar di sana dimulai tahun 1969 M.

Pengabdian beliau sebagai seorang pengajar memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap dakwah islam. Murid-murid Syekh Yasin menjadi ulama besar yang tersebar ke berbagai penjuru dunia. Diantara santri-santri beliau adalah  Adapun murid-murid Syeikh Yasin antara lain, Syaikh Muhammad Ismail Zain al-Makki al-Yamani, Prof Dr Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki (Makkah), Syaikh Muhammad Hamid Amin al-Banjari (Kalimantan), Habib Umar bin Hafidz Tarim (Yaman), Habib Muhammad Hamid al-Kaf (Makkah), Syaikh Dr. Ali Jum’ah (Mufti Mesir),  KH Muhammad Zaini Abdul Ghani dikenal dengan Guru Ijai (Martapura), Syaikh Mu’allim KH Syafi’i Hadzami, KH Maimoen Zubair (Rembang), KH Sahal Mahfudz (Pati), KH Idham Khalid dan KH Ahmad Muthohar Mranggen.

Menurut Rizem Aizid dalam bukunya yang berjudul Biografi Ulama Nusantara (2016), Syekh Yasin tidak hanya aktif mengajar, beliau juga sangat produktif menulis kitab. Hal ini terbukti dari jumlah karyaSyekh Yasin yang mencapai 97 buah, diantaranya 9 kitab tentang ilmu Hadis, 25 kitab tentang ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, dan 36 kitab tentang ilmu Falak. Karya beliau banyak dikaji para ulama dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Arab Saudi maupun di Asia Tenggara. Kitab beliau yang paling terkenal adalah Al-Fawaid al-Janiyyah yang kini menjadi materi silabus dalam mata kuliah ushul fiqih di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Kairo.

Diantara sekian banyak karya beliau di bidang ilmu hadis,  kitab berjudul al-Arba’una Haditsan min Arba’ina Kitaban ‘an Arba’ina Syaikhan dipandang para ulama memiliki suatu keunikan. Kitab ini yang berisi tentang 40 hadis dari 40 kitab dari 40 guru.  Dalam kitab yang kemudia dikenal dengan hadis Arba’in Yasin al-Fadani ini, Syekh Yasin memulai dengan menuliskan referensi pada kitab hadis induk serta mencantumkan penulisnya. Selanjutnya, apabila para penulis kitab hadis Arba’in yang lain menuliskan hadisnya mulai dari imam mukharrij (orang yang mengeluarkan hadis), Syekh Yasin justru menuliskan rangkaian sanadnya bermula dari beliau sendiri hingga kepada periwayat hadis pertama. Dengan ini rangkaian perawi hadis menjadi panjang, karena beliau memposisikan dirinya sebagai mukharrij hadis.

Tahun 1990 Syekh Yasin al-Fadani dipanggil menghadap Allah. Seluruh dunia merasa kehilangan sosok ulama hadis yang mumpuni dan menjadi sumber rujukan sanad ilmu. Sebelum waafat, beliau mengijazahkan kitabnya, al-'Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid yang berisi kumpulan sanad kepada para kiai pengasuh pondok pesantren di Indonesia diantaranya KH Mahrus Ali (Lirboyo, Kediri), KH Abdul Basyir Hamzah (Meranggen, Demak), KH Maimun Zubair (Sarang, Rembang), KH Syafiq Nabhan (Kudus), KH M. Cholil Bisri (Raudhatu al-Thalibin, Rembang), KH Abdullah Faqih (Langitan, Tuban), dan KH Syafi’i Hadzami (Jakarta).

Baca Juga Biografi Ulama Indonesia yang Mendunia
Syekh Nawawi al-Bantani
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Syekh Mahfudz at-Tarmasi
Syekh Ihsan al-Jampasi

Ulama Nusantara  Ulama Internasional  Ulama Indonesia  Ulama Dunia dari Pesantren  Ulama Dunia  Syekh Yasin al-Fadani  Syekh Yasin Al Fadani  Kisah Ulama  Biografi Ulama 
Mochammad Syaifulloh

Penulis adalah Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda. Bersama beberapa sahabat santri PPMH bergiat di Komunitas Peparing (Penulis Pesantren Gading)

Bagikan