Mengenang Kemuliaan Hati KH. Abdurrohman Yahya

Ahad, 16 Feb 2025, 09:09 WIB
Mengenang Kemuliaan Hati KH. Abdurrohman Yahya
Haul KH. Abdurrohman Yahya yang Ke-7

Sudah menjadi mafhum bahwa  KH. Abdurrohman Yahya adalah figur yang penuh teladan. Selain mengasuh PP Miftahul Huda, beliau juga menjadi Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah hingga beliau wafat. Tentu setiap santri Pondok Gading atau jamaah thoriqoh memiliki kesan masing-masing ihwal sosok KH Abdurrohman Yahya.

Pada medio tahun 2023, menjelang haul KH. Abdurrohman Yahya yang ke 5, Tim Redaksi Divisi Literasi LP3MH berkesempatan sowan kepada mendiang almarhum Ust. Thohir, salah satu alumni Pondok Gading yang telah mengabdi sebagai Abdi Dalem KH. Abdurrohman Yahya selama 13 tahun. Kini, menjelang peringatan haul KH. Abdurrohman Yahya yang ke 7, tim redaksi coba menulis ulang perihal teladan mulia yang telah diamalkan oleh KH. Abdurrohman Yahya. 

KH. Abdurrohman adalah sosok teladan kebaikan yang tidak bisa ditemukan celahnya; baik di dalam keluarga, lingkungan santri, maupun kepada umat. "Beliau adalah sosok yang harmonis di dalam keluarga, namun juga disiplin dalam syariat," Tutur Ust. Thohir mengawali kisah.

Dalam kesehariannya, KH. Abdurrohman mengawali subuh dengan memimpin jamaah entah itu di masjid Baiturrahman, Pondok Gading, maupun di Ndalem Timur bersama keluarga. Jika sedang tidak mengampu pengajian subuh, beliau melanjutkan membaca wirid dan Al-Quran di ndalem disambung menunaikan shalat Dhuha setelahnya.

KH. Abdurrohman memiliki hobi memelihara ayam. "Kiai Man (sapaan KH. Abdurrohman) itu hiburannya memberi makan ayam," tutur Ust. Thohir.

Beliau mengatakan bahwa KH. Abdurrohman begitu sayang kepada santri-santrinya hingga beliau berkenan menanggung amalan-amalan Thariqah mereka yang dilalaikan. Kabar itu Ust. Thohir dengar dari orang-orang di sekitar KH. Abdurrohman.

Selain itu, sudah umum diketahui bahwa Pondok Gading selau menolak bantuan pemerintah dalam pembangunan. Ust. Thohir mengatakan bahwa beliau pun meneladaninya dengan membangun surau di sebelah rumahnya dengan tidak melalui proposal permintaan bantuan kepada donatur. "Kiai Man dulu pernah bilang (kalau minta bantuan) itu bangunannya memang ada, tapi berkahnya tidak ada," Kenang beliau.

"Barangsiapa menolong agama Allah, maka dia akan ditolong oleh Allah. Begitu pula barangsiapa menolong hamba Allah, maka dia akan ditolong Allah" lanjut Ust. Thohir mengutip pesan KH. Abdurrohman. Dua kalimat nasehat itulah yang kemudian melandasi keteguhan niat Ust. Thohir membangun surau dan menerima siapa saja yang mau mengaji di tempatnya.

Diceritakan pula bahwa keluarga ndalem Pondok Gading pernah bermusyawarah untuk mencari cara menolak secara halus bantuan gedung dari pemerintah. Akhirnya sebagian besar santri dipulangkan sehingga ketika pihak pemerintah berkunjung, hanya ada sebelas orang santri yang ada di Pondok Gading. "Santri kami baru sedikit. Bantuannya kapan-kapan saja kalau santrinya sudah banyak," tutur Ust. Thohir menirukan perkataan KH. Abdurrohman.

Beliau juga bercerita salah satu kisah yang menunjukkan betapa besar rasa sayang KH. Abdurrohman kepada para santri. Ketika itu KH. Abdurrohman bekerja sama dalam bisnis dengan salah seorang alumni. Namun bisnis tersebut gulung tikar setelah beberapa lama berjalan. Sang alumni pun sakit hati dan memutus kontak dengan KH. Abdurrohman. Tanpa sepengetahuan alumni tersebut, KH. Abdurrohman ternyata mencari jejaknya. Setelah bertahun-tahun kehilangan hubungan silaturrahmi, akhirnya KH. Abdurrohman menemukan kediaman alumni tersebut. Sang alumni ternyata bekerja sebagai pembuat Bantengan. Bantengan sendiri adalah tari-tarian hiburan tradisional yang penarinya berada dalam kondisi kerasukan ketika beraksi.

KH. Abdurrohman kemudian memutuskan untuk berkunjung ke rumah sang alumni. Diketuklah pintu rumah bersamaan dengan salam. Sang alumni yang telah lama tak berhubungan dengan Kiainya itu samar-samar mengenali suara beliau. Namun dia ragu karena sepengetahuannya KH. Abdurrohman tak tahu tempat tinggal dia. Sehingga dia tidak segera membukakan pintu. Tidak surut, KH. Abdurrohman lantas mengulang ucapan salam hingga tiga kali baru kemudian pintu terbuka. Sang alumni terkejut dan menangis karena KH. Abdurrohman melihat kondisi dia yang seperti itu. KH. Abdurrohman lalu memeluk dia dan berkata, "Sudah, habis ini kamu cari pekerjaan lain."

Sebelum Tim Redaksi undur diri, Ust. Thohir berpesan bahwa bagi santri Pondok Gading, Masyayikh di Pondok Gading  adalah suri teladan utama dalam belajar kebaikan. Salah satunya KH. Abdurrohman Yahya. Sah-sah saja kalau mau belajar dari ulama-ulama yang banyak di luar sana. Namun jangan sampai lupa bahwa hendaknya di Pondok Gading mereka meneladani ulama mereka sendiri.

Hari ini, Ahad 17 Sya'ban 1446 H bertepatan dengan peringatan haul KH. Abdurrohman Yahya yang ke-7. Mari sejenak mendoakan beliau berdua, KH. Abdurrohman Yahya dan almarhum Ust. Thohir. Seraya mengharap rida Allah SWT dan syafaat Nabi Muhammad SAW wabilkhusus teruntuk KH. Abdurrohman Yahya, al-fatihah..

KH. Abdurrahman Yahya 
Wiqoyil Islama

Penulis adalah Santri PPMH yang sedang menempuh studi Strata-2 Sastra Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang juga biasa berkicau di @wiqoyil_islama

Bagikan