Dewasa ini siapa yang tidak mengenal dengan kitab Matan al-Ghayatul wa Taqrib atau dikenal dengan kitab Taqrib? Bagi kalangan santri yang mengenyam pendidikan pondok pesantren di Indonesia dengan madzhab Syafiiyahnya, pasti mengenal betul setiap kalimat atau redaksi yang ada pada kitab ini. Mayoritas pondok pesantren menjadikan kitab ini sebagai pegangan bagi santri yang berada pada jenjang kelas Ibtidaiyyah/dasar. Lantas begitu istimewakah kitab ini dijadikan pegangan kurikulum pondok pesantren di Indonesia? Atau mungkin sang pegarang kitab ini begitu kharismatik? Sehingga karangannya memenuhi bilik para santri.
Syekh Abu Syuja’ memiliki nama lengkap yakni Al-Qadhi Abu Syuja' Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahani al-'Abbadani as-Syafi'i. Lahir tahun 433 H di Bashrah. Sedang nisbat Ashbahan yang melekat pada namanya merupakan tempat leluhur beliau. Tepatnya kakek beliau. Bapak beliau dilahirkan di daerah Abbadan. Maka beliau juga dinisbatkan ke daerah tersebut.
Beliau merupakan seorang yang taat dan ahli ibadah. Menurut Syekh Nawawi al-Jawi dalam kitab Tausyekh, beliau ditanya resep dari anggota tubuhnya yang sampai pada umur senja (160 tahun) masih tetap dapat berfungsi dengan baik. Beliau berkata bahwa anggota tubuhku tidak pernah melakukan maksiat maka Allah berkenan menjaganya hingga sampai saat ini. Syekh al-Bajuri dalam kitab hasyiyahnya menulis tentang beliau bahwa sang Qadhi merupakan seorang ahli ibadah, shaleh, dan terkenal sebagai orang yang punya kedalaman ilmu serta selalu memegang agamanya. Menurut suatu riwayat, beliau pernah menjabat wazir Dinasti Bani Saljuk dan juga menjadi qadhi di Basrah dalam waktu yang cukup lama. Di sana juga beliau mengajar fiqih Madzhab Syafi'i selama empat puluh tahun lebih.
Setelah memegang jabatan qadhi dalam waktu yang lama dan menjadi orang terpandang, beliau tergerak untuk mengasingkan diri dari pergaulan. Beliau memilih Madinah Munawarah sebagai tempat tujuannya. Di sana, beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah dan berkhidmah di Masjid Nabawi. Pekerjaan yang dipilih adalah sebagai tukang sapu masjid, tukang mempersiapkan tikar dan menyalakan lampu sampai pada wafat pada tahun 593 H dalam usia 160 tahun. Beliau dimakamkan di Bab Jibril, dekat sekali dengan Hujrah Syarifah.
Beliau diperkirakan tidak meninggalkan karya tulis kecuali kitab Ghayat al-Ikhtishar yang masyhur di kalangan pesantren dengan nama kitab Taqrib. Kitab Taqrib ini sangat terkenal di dunia Islam sehingga puluhan bahkan mungkin ratusan karya tulis lahir dari-Nya. Lahirnya kitab ini sebagai reaksi atas permintaan sahabat-sahabatnya agar dibuatkan kitab panduan yang ringan dan ringkas terkait hukum-hukum harian. Permintaan ini disampaikan ketika ia masih menjabat sebagai qadhi. “Dan diminta juga agar memperbanyak bagian-bagian yang dibicarakan dan menyimpulkan persoalannya,” lanjutnya dalam mukadimah kitab tersebut.
Al-Khathib as-Syirbini dalam mukadimah Iqna mengatakan bahwa hal tersebut sebagai dalil sharikh bahwa beliau sangat ikhlas dalam menuliskannya. Kitab ini hingga saat ini masih dijadikan bahan kajian di seluruh dunia. Di majelis-majelis pengajian Al-Azhar juga sudah beberapa kali dikhatamkan dan ada juga yang baru memulai.
Dalam buku yang berjudul “Sanad Ulama Nusantara” karya Adhi Maftuhin dituliskan karya tulis yang lahir dari kitab Taqrib, diantaranya:
Syarah:
- Kifayat al-Akhyar fi Halli Ghayat al-Ikhtishár karya Imam Taqiyudin Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul Mumin bin Hariz bin Mu'alla al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi (752-829 H/1351-1426 M).
- Syarah Mukhtashar Abi Syuja' oleh Ahmad al-Akhshai (889 H/1484 M).
- Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarhi Alfâdz at-Taqrib karya Ibnu Qasim al-Ghazi (859-918 H/1455-1512 M).
- Tashih Matan Taqrib oleh Syekh Abi Bakar bin Abdullah bin Abdurrahman az-Zurai ad-Dimasyqi as-Syafi'i (841-928 H/1438- 1522 M).
- Al-lqna karya Syihabudin Ahmad bin Muhammad bin as-Syafi'i al-Manaufi (847-931 H/1443-1525 M
- An-Nihayah fi Syarh al-Ghayah karya Waliyudin al-Bashir Beliau merampungkan karyanya pada tahun 972 H
- Al-Iqna fi Halli Alfâdz Matni Abi Syuja' karya Muhammad bin Ahmad al-Khathib as-Syirbini as-Syafi'i al-Qahiri (977 H/1570 M). Beliau merampungkan kitab tersebut pada tahun 972 H.
- Syarah oleh Syekh Muhammad bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin 'Awadh bin Abdul Khaliq al-Bakri as-Shidiqi (899-952 H/1493-1545 M) sebagaimana disebutkan dalam kitab An-Nur as-Safir halaman 537.
- Fath al-Ghafår bi Kasyfi Muhabbat Ghayat al-Ikhtishar karya Syihabudin Ahmad bin Qasim as-Shabagh al-Abbadi al-Mashri Al-Azhari as-Syafi'i (992 H/1584 M). Terbit dalam dua jilid besar.
- Ta'ligat Muhammad Ghauts bin Nashirudin Nidzamudin bin Abdullah as-Syafi'i al-Midrasi (1166-1238 H/1752-1823 M)
- At-Tadzhib fi Adillat Matni al-Ghayah wa at-Tagrib karya Dr. Mushthafa Dib al-Bugha, terbit tahun 1398 H.
- Matan Ghayah wa at-Taqrib dengan berbagai catatan dan penjelasan kata dan istilah di dalamnya. Menjelaskan juga dalil-dalil yang menjadi sandaran hukum karya Majid al-Hamawi.
- Nasyru as-Syu'a' ala matni Abi Syuja' karya ad-Dausari (1243 H/1827 M).
- Al-Imta' Syarah ala matni Abi Syuja' karya Dr. Hisyam Kamil al-Hamid, ulama muda Mesir.
Hasyiyah
- Hasyiyah al-Qalyûbi 'ala Syarhi Abi Syuja li Ibni Qasim al-Ghazi. Karya Syekh Ahmad bin Ahmad bin Salamah al-Qalyubi as-Syafi'i (1069 H/1659 M).
- Hasyiyah 'ala Syarh Abi Syuja' li Ibni Qasim al-Ghazi karya Abdul Bar bin Abdullah bin Muhammad al-Ujhuri as-Syafi'i (1070 H/1660 M).
- Hasyiyah al-Fawaid al-Aziziyah 'ala Syarh Abi Syuja' li Ibni Qasim al-Ghazi karya Syekh Ali bin Ahmad al-Azizi al-Bulaqi as-Syafi'i (1070 H/1660 M)
- Hasyiyah ar-Rahmani ala Syarh Abi Syuja li Ibni Qasim al-Ghazi karya Dawud bin Sulaiman bin Alwan ar-Rahma al-Husaini (1078 H/1667 M).
- Hasyiyah ala Syarah Abi Syuja' li Ibni Qasim al-Ghazi karya A bin Ali as Syabramalisi, Nurudin (977-1087 H/1588-1676 M) ala Syarh Abi Syuja li Ibni Qasim
- Hasyiyah al-Barmawi Ghazi karya Ibrahim bin Muhammad bin Syihabudin bin Khalid al-Barmawi al-Anshari Al-Azhari (1106 H/1794 M).
- Hasyiyah 'ala Syarh Abi Syuja li Ibni Qasim al-Ghazi karya Mushthafa bin Muhammad bin Yusuf bin Abdurrahman as-Shafawi al-Qalawi as-Syafi'i (1158-1230 H/1745-1815 M).
- Hásyiyah 'ala Syarh Abi Syuja li Ibni Qasim al-Ghazi karya Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Bajuri, Syekhul Azhar (1198-1277 H/1784-1860 M). Kitab tersebut rampung ditulis pada tahun 1258 H.
- Qût al-Habib al-Gharib 'ala Fath al-Qarib al-Mujib karya Syekh Nawawi al-Bantani (1897 M).
- Fath al-Lathif al-Mujib bi Må Yataallaqu bi Kitab Iqna al-Khathib karya Abil Faidh Abdurrahman al-Ujhuri as-Syafi'i (1084 H/1673 M)
- Kifayat al-Habib fi Halli Syarhi Abi Syuja li al-Khathib, lebih terkenal dengan nama Hasyiyah al-Madabighi (1170 H/1756 M).
- Tuhfah al-Habib 'ala Syarhi al-Khathib karya Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairami al-Mishri as-Syafi'i (1131-1221 H/1719-1806 M)
- Hasyiyah Syekh Abdullah an-Nabrawi 'ala Syarah al-Khathib. Kitab tersebut rampung ditulis pada tahun 1257 H.
- Taqrirat oleh Syekh Ibrahim al-Bajuri (1198-1277 H/1784- 1860 M). Kitab tersebut terbit dalam satu kitab Iqna terbitan al-Maimaniyah tahun 1307 H.
Nadzam
- Nadzam Mukhtashar Abi Syuja' karya Ahmad bin Ismail bin Abu Bakar bin Umar bin Buraidah al-Ibsyithi al-Mishri (802- 883 H/1400-1478 M).
- Nihayah at-Tadrib fi Nazhmi Ghayah at-Taqrib karya Syarafudin Yahya bin Nurudin Abil Khair bin Musa bin Ramadhan bin Umairah al-Imrithi al-Mishri Al-Azhari as-Syafi'i (989 H/1581 M).
- Tuhfah al-Habib bi Syarhi Nazhmi Ghayah at-Taqrib karya Syekh Ahmad al-Fasyni (978 H/1570 M). Kitab ini terbit engan catatan kaki dan tashih oleh Syekh Muhammad Hasan Habanakah al-Maidani (1326-1398 H/1908-1978 M).
- Nadzam Mukhtashar Abi Syuja karya Abdul Qadir bin al-Mudzafar (892 H/1487 M).
- Al-Kifayah fi Nazhmi al-Ghayah karya Syekh Abu Bakar bin Abdullah bin Abdurrahman Taqiyudin bin Qadhi 'Ajlun az-Zura'i ad-Dimasyqi as-Syafi'i (841-928 H/1438-1522 M).
- Nadzam Mukhtashar Abi Syuja' karya Syihabudin Abil Khair Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdissalam as-Syafi'i (847-931 H/1443-1525 M)
Begitu banyak kitab yang lahir dari kitab Matan Taqrib karangan Syekh Abu Syuja’, yang notabene hanya sebuah kitab ringkasan jawaban dari persoalan sahabatnya. Hingga kini, kitab ini telah dijadikan sebagai bahan pengajaran di wilayah muslim bermazhab Syafi’i, seperti di Mesir, Maroko, Irak, Sudan, Malaysia, Brunei, juga berbagai pesantren dan madrasah di Indonesia. Semoga Allah selalu melimpahkan barakah ilmu Abu Syuja` kepada kita semua dan Allah memberikan taufiq dan hidayah kepada kita untuk mengikuti jejak beliau.