Sang Muhaddis dari Pacitan: Syaikh Mahfud al-Tarmasi

Ahad, 12 Des 2021, 13:54 WIB
Sang Muhaddis dari Pacitan: Syaikh Mahfud al-Tarmasi
Hasyiyah at-Tarmasi

Perkembangan ilmu hadis di Indonesia tidak terlepas dari peran Syaikh Mahfud al-Tarmasi. Sebagaimana  Syaikh Nawawi al-Bantani, beliau telah melahirkan ulama-ulama besar nusantara. Abdurrahman Mas’ud (2004) dalam buku hasil disertasinya berjudul: Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi menyebutkan bahwa HadratusSyaikh KH Hasyim Asy’ari adalah ulama yang secara intelektual dipengaruhi oleh keduanya; yakni Syaikh Nawawi Banten dan Syaikh Mahfud Termas. Hadlratus Syaikh Hasyim Asy’ari pun pernah belajar kepada keduanya.

Sepulang dari Makkah Hadlratus Syaikh  Hasyim Asy’ari kemudian memperkenalkan kitab hadis koleksi Al-Bukhari beserta sanadnya dan kitab Muhibah dzi Al-Fadhal Syarhu Muqaddimah ba Fadhal yang ditulis Syaikh Mahfud sebanyak 4 jilid adalah bukti bahwa betapa terkesannya Kiai Hasyim Asy’ari kepada Syaikh Mahfud.  Bukti yang lebih meyakinkan lagi adalah bahwa Kiai Hasyim adalah salah satu dari sedikit orang di antara murid Syaikh Mahfud yang mendapatkan ijazah sanad secara langsung dari Syaikh Mahfud untuk mengajarkan hadis kepada masyarakat umum.

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Mahfudz bin ‘Abdillah bin ‘Abdul Manan bin Dipomenggolo al-Tarmasi al Jawi. Beliau dilahirkan di Tremas, Pacitan, Jawa Timur, pada tanggal 12 Jumadil Awal 1285 H., yang bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 1842 M. Beliau wafat di Makkah pada awal bulan Rajab pada malam Senin tahun 1338 H dalam usia 53 tahun, dan dimakamkan di Maqbaroh al-Ma’la.

Saat dilahirkan, ayah beliau sedang berada di Makkah yang sedang menunaikan haji sekaligus menuntut ilmu agama di sana, sebagaimana kebanyakan ulama Nusantara pada masa itu.  Syaikh Mafud adalah putra tertua Kyai Abdullah, adapun saudara beliau adalah Kyai Dahlan, Nyai Tirib, Kyai Dimyati (yang juga pernah belajar di Makkah serta ahli dalam Ilmu waris), Kyai Muhammad Bakri yang ahli Qira’ah, Sulaiman Kamal, Muhammad Ibrahim, dan Kyai Abdurrazaq yang merupakan ahli Thoriqat dan seorang Mursyid thoriqah yang mempunyai pengikut di seluruh Jawa.

Syaikh Mahfud tumbuh di lingkungan keluarga pesantren. Karena itu, beliau diperkenalkan dengan nilai-nilai serta praktek keagamaan oleh ibu dan pamannya, Athaillah. Nuansa pesantren yang kental dengan khazanah keilmuan sangat mempengaruhi kepribadian Syaikh Mahfud, terutama kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama. Watak ini lantas menghantarkan beliau menjadi seorang pelajar sekaligus pendidik. Bahkan Muhammad Muhajirin dalam bukunya Mahfudz al-Tarmasi: Ulama Hadis Nusantara Pertama mengisahkan bahwa Syaikh Mahfud sudah hafal al-Qur’an sebelum usia dewasa, yakni pada usia 6 tahun di bawah bimbingan dan asuhan ibu dan pamannya.

Di satu sisi pada usia 6 tahun, beliau di ajak oleh Sang Ayah ke Makkah pada tahun 1291 H/ 1874 M. Sang ayah memperkenalkan beberapa kitab penting kepadanya. Lalu ketika menginjak usia 12 tahun, keduanya kembali ke Nusantara yakni pada tahun 1878 M. Tidak heran apabila kemudian Syaikh Mahfud menganggap Sang Ayah lebih dari sekedar seorang ayah dan guru, melainkan sebagai murabbi wa ruhi (pendidikku dan jiwaku). Hayati Hussin dkk dalam artikel “al-Tarmasi: Tokoh Prolifik Dalam Bidang Pengajian Islam” yang terbit di Jurnal Pengajian Islam menuturkan bahwa dalam didikan Sang Ayah, Syaikh Mahfud mempelajari banyak kitab antara lain adalah kitab Syarh al-Ghayah li Ibni Qasim al-Ghuzza, al-Manhaj al-Qawim, Fath al-Mu’in, Fath al-Wahab, Syarh Syarqawiy ‘ala al-Hikam, dan sebagian Tafsir al-Jalalain hingga Surat Yunus.

Sekembalinya dari Makkah, Syaikh Mahfud menuju Semarang dan belajar kepada Kyai Muhammad Shaleh Darat. Di antara kitab-kitab yang dipelajari kepada Kyai Shaleh Darat adalah Syarh al-Hikam (dua kali hatam), Tafsir al-Jalalain (dua kali hatam), Syarh al-Mardini dan Wasilah al-Tullab (kitab yang membahas mengenai ilmu falak). Pada tahun 1308 H, Syaikh Mahfud melanjutkan rihlah ilmiyah ke Haramain untuk kedua kalinya. Suasana religius yang pernah dirasakannya pada masa kecil, membuat semangat baru dan ghirah yang tinggi al-Tarmasi untuk mendalami ilmu agama di sana. Selama di Makkah, beliau mendalami benyak disiplin ilmu agama, tidak hanya hadis yang kemudian menjadi spesialisasinya, tetapi juga berbagai ilmu agama lainnya, yakni dengan bukti karya yang dihasilkannya, seperti ilmu qira’ah dan lain sebagainya.

Di antara guru-guru beliau saat menuntut ilmu, baik di Nusantara maupun di Haramain adalah Kyai Abdullah (ayah beliau), Kyai Shaleh Darat, Syaikh Muhammad al-Syarbini al-Dimyati, Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin Shata al-Makky, Syaikh Muhammad al-Munsyawi yang dikenal sebagai muqri, Syaikh Umar bin Barakat al-Syami al-Biqa’ily al-Azhary al-Makky al-Syafi’i, Syaikh Mustafa bin Muhammad bin Sulaiman al-Afifi, al-Habib Husain bin Muhammad bin Husain al-Habsyi al-Syafi’i, Syaikh Muhammad Said Babasil al-Hadrami al-Syafi’i al-Makky, Sayyid Ahmad Zawawi al-Makky, Syaikh Muhammad al-Syarbini al-Dimyati, Sayyid Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan al-Madani, dan lain-lain.

Dari kesekian banyak guru al-Tarmasi, ada satu guru beliau yang memberikan andil besar dalam mengantarkan beliau menjadi seorang ulama Nusantara yang lebih dikenal dalam bidang hadis, beliau adalah Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha. Selain ssebagai seorang guru, Abu Bakar Syatha juga sebegai ayah angkat al-Tarmasi yang banyak membimbing dan memberikan pengaruh besar atas keberhasilannya al-Tarmasi mencapai gelar ulama Nusantara yang berkaliber internasional. Kepadanya al-Tarmasi tidak kurang dari 4 kali menghatamkan shahih Bukhori, dan tentunya menghabiskan waktu yang cukup lama.

Beliau juga memiliki banyak murid-murid yang handal dan alim, bukan saja dari kalangan pelajar Nusantara, bahkan dari seluruh benua termaksud dari kalangan Arab sendiri pada masa itu.36 Di antara murid-murid beliau yang berasal dari luar Nusantara, adalah Syaikh Sa’adullah al-Maimani, seorang mufti dari Bombay India, Syaikh Umar bin Hamdan seorang ahli hadis dari Haramain, al-Shihab Ahmad bin Abdullah, seorang muqri dari Syiria.37 Adapun di antara murid-murid beliau asal Nusantara adalah, Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Wahab Hasbullah dari Jombang, Muhammad Bakir bin Nur dari Yogyakarta, Kyai R. Asnawi dari Kudus, Mu’ammar bin Kyai Baidawi dari Lasem, Ali bin Mahmud bin Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari, K.H Muhammad Dimyati al-Tarmasi yang merupakan adik kandung beliau, Umar bin Abi Bakr bin Abdullah bin Umar bin Ali bin Muhammad al-Bajind al-Hadrami al-Maliky, Muhammad Habib bin Abdullah bin Ahmad al-Shanqity, dan lain sebagainya.

Syaikh Mahfud merupakan seorang penulis yang produktif. Beliau menulis sejumlah kitab tentang berbagai ilmu keislaman yang ditulis dalam bahasa Arab. Kecepatan beliau dalam menulis dapat disebut istimewa. Kitab Manhaj Dawi al-Nadhar, beliau selesaikan selama 4 bulan 14 hari. Di samping itu, beliau banyak menghabiskan waktunya di gua Hiro tempat Nabi Muhammad saw menerima wahyu Allah untuk mencari inspirasi sambil menulis.

Menurut Muhammad Muhajirin., karya-karya beliau yang diterbitkan yaitu:

1. Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh, yaitu: al-Siqayah al-Mardiyah fi Asma al-Kutb al-Fiqhiyyah al-Syafi’iyyah, Nail al-Ma’mul bi Hasyiyah Ghayah al-Wusul fi Ilm al-Usul, al-Is’af al-Matholi bi Syarh Badr al-Lami’ Nadham Jam’ al-Jawami, Hasyiah Takmilah al-Manhaj al-Qawim ila Faraid, Mauhibbah Zi al-Fadl ‘Ala Syarh Muqaddimah bi al-Fadl, Tahyi’at al-Fikr bi Syarh Alfiyah al-Syair.

2. Bidang Tafsir, yaitu: Fath al-Khabir bi Syarh Miftah al-Tafsir.

3. Bidang Hadis dan Ulumul Hadis, yaitu: Manhaj Dzawi al-Nadhar Syarh Mandhumah al-Asar, al-Khil’ah al-Fikriyyah bi Syarh al-Minhah al-Khairiyyah, al-Minhah al-Khairiyyah fi Arba’in Hadisan Min Ahadis Khair al-Bariyyah, Shulashiat al-Bukhari, Inayah al-Muftaqir fi ma Yata’allaq bi Sayyidina al-Khidr, Bughyah al-Adzkiya’ fi al-Bahs ‘an Karamah al-Auliya’.

4.Bidang Sanad, yaitu: Kifayah al-Mustafid fima ‘Ala Min al-Sanid.

5. Bidang Qira’at, yaitu: , Insyirah al-Fuadi fi Qira’at al-Imam Hamzah, Ta’mim al-Manafi’ fi Qiraat al-Imam Nafi’, Tanwir al-Shadr fi Qira’at al-Imam Abi Amru, al-Badr al-Munir fi Qira’at al-Imam Ibn Katsir, al-Risalah al-Tarmasiyyah fi Asanid al-Qira’at al-Asyriyyah, dan Ghunyah al-Thalabah bi Syarh Badr al-Lami’ Nazm Jam’ al-Jawawi.

Sebagai seorang musnid dan muhaddits, al-Tarmasi memperoleh pengakuan untuk mentransfer koleksi hadis tidak hanya dari Bukhari, tetapi juga dari para pemberi ijazah lainnya yakni Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah , Muwattha Malik bin Anas, Musnad al-Syafi’, Musnad Imam Abu Hanifah , Musnad Ahmad bin Hambal, Mukhtashar bin Abu Jumra, Arbain al-Nawawi, Al-Jami Shagir oleh Ali bin Ibrahim al-Halabi.

Syaikh Mahfud tergolong seorang ulama yang memiliki keilmuan dan intelektualitas tinggi, khususnya dalam bidang hadis. Ini terbukti dengan beberapa karya yang telah dihasilkan beliau. Atas keaktivan serta produktivitas beliau, kini nama Syaikh Mahfud masyhur sebagai ulama berkaliber dunia yang berasal dari Nusantara baik pada masanya maupun hingga saat ini.

Baca Juga Biografi Ulama Indonesia yang Mendunia
Syekh Nawawi al-Bantani
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Syekh Ihsan al-Jampasi
Syekh Yasin al-Fadani

Ulama Nusantara  Ulama Internasional  Ulama Indonesia  Ulama Dunia dari Pesantren  Ulama Dunia  Syaikh Mahfud Termas  Syaikh Mahfud  Kisah Ulama  Biografi Ulama 
Mochammad Syaifulloh

Penulis adalah Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda. Bersama beberapa sahabat santri PPMH bergiat di Komunitas Peparing (Penulis Pesantren Gading)

Bagikan