Mengenang 100 hari wafatnya KH. M. Baidlawi Muslich, pembacaan doa dan tahli pada Rabu (06/08/2025) di Pondok Pesantren Miftahul Huda berlangsung hikmat. Para santri maupun tamu undangan bersama-bersama melantunkan bacaan tahlil.
Momentum ini sekaligus menjadi pengingat bagi para jamaah untuk meneladani perjalanan KH. M. Baidlawi Muslich semasa hidupnya. Beliau dikenal aktif dan istiqamah dalam menyebarkan ilmunya. Sebagai sosok yang 'alim, beliau banyak meninggalkan manfaat bagi umat, baik lewat tulisan, kajian, maupun pengabdian di lembaga kemasyarakatan.
KH. M. Luthfi Hakim, melalui sambutannya menyampaikan pentingnya memperingati kewafatan ulama sebagai penanda akhir zaman.
"Ketika ulama' itu sudah langka, maka dampaknya adalah, masyarakat akan mengangkat tokoh-tokoh yang tidak kapabel," tutur KH. M. Luthfi Hakim.
Sejalan dengan yang disampaikan KH. M. Luthfi Hakim, Habib Jamal Baagil yang turut hadir dalam peringatan ini juga mengenang mendiang KH. M. Baidlawi Muslich melalui sambutannya.
Lebih jauh, Habib Jamal juga turut mengingatkan akan pentingnya sosok guru bagi para pencari ilmu. Dengan menyitir hadits Nabi, Habib Jamal menyampaikan tiga syarat yang harus ada dalam sosok guru.
"Pertama, saat melihatnya, kita jadi ingat kepada Allah. Ini menjadi penanda, bahwa gerak-geriknya saja sudah mengingatkan kita kepada Allah," ungkap Habib Jamal.
"Kemudian, berbicaranya itu selalu menambah ilmu," lanjut Habib Jamal. "wong alim, lek ngomong iku fawaidh (membawa hikmah)."
Menutup pembahasan tersebut, Habib Jamal menyebutkan, bahwa sosok guru adalah yang selalu mengingatkan kepada akhirat.
"Bicaranya memberikan ilmu, majlisnya mengingatkan kepada akhirat," tutup Habib Jamal.