Wasiat-wasiat Rasulullah

Jumat, 28 Okt 2022, 15:29 WIB
Wasiat-wasiat Rasulullah
Lampu Gas

 

Seyogyanya kita selalu bersyukur kepada Allah, bahwa kita mendapat pedoman dalam mengarungi kehidupan ini, sekaligus sebagai lampu yang menerangi jalan-jalan kehidupan yang kita lalui. Pedoman itu adalah Alqur'an dan Sunnah Rasul. Dengan berdasarkan pada kedua sendi ajaran itu, maka kita dijamin oleh Allah sebagai orang yang memenangkan pertandingan dalam hidup di dunia ini. Sebagaiman firman Allah dalam al-Qur'an surat an-Nur ayat 52:

 ومن يطع الله ورسوله ويخش الله ويتقه فأوليك هم الفائزون - النور : ٥٢

"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”.

Dalam hubungan pelita dan kehidupan itu, Rasulullah saw. memberikan wasiat yang pendek dan dapat dijadikan pegangan oleh umatnya. Wasiat itu adalah sebagaimana pernah disabdakan kepada salah seorang sahabatnya yang meminta wasiat nabi untuk dijadikan pegangan hidup. Waktu itu nabi bersabda:

إتّق الله حيثما كنت واتبع السيّئة الحسنة تمنحها وخالق الناس بخلق حسن، الترمذي عن أبي ذر

"Bertaqwalah kepada Allah, dimanapun kamu berada dan susullah kejelekan yang ada dengan kebajikan, maka akan mengapuskan (kejelekanmu). Dan bergaullah dengan manusia dengan pergaulan yang baik" (H.R. Tirmidzi dan Abu Dzarr).

Hadits di atas mengandung dua masalah pokok.

Pertama, Mu'amalah ma'al kholiq, hubungan atau interaksi antara manusia dengan Allah. Kedua, Mua'amalah ma'al kholqi, hubungan manusia dengan sesama. Kedua interaksi di atas dijelaskan dengan adanya tiga petunjuk wasiat Rasul yang bisa kita ambil.

Petunjuk pertama, Taqwa kepada Allah di mana saja kita berada:

اتّق الله حيثما كنت

Kita disarankan untuk tidak melepas taqwa kita kepada Allah di manapun saja. Yang maksud taqwa di sini adalah:

 إمتثال اوامر الله عزّ وجلّ واجتناب نواهيه سرا وعلانية

“Mengikuti semua perintah Allah azza wajalla dan menjauhi larangan-larangan, baik samar maupun secara jelas".

Dari ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an pun dapat kita simpulkan bahwa segala nilai-nilai utama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan dunia ini sumber pokoknya adalah Taqwallah. Nilai-nilai utama yang dimaksud, diantaranya adalah: jujur, adil, amanah, ihsan, sabar, pemaaf, menepati janji dan sebagainya. Dengan demikian dari taqwa inilah maka akan menyeruak ke permukaan sifat-sifat luhur yang seharusnya dimiliki oleh manusia sebagai makhluq ciptakan Allah dalam yang paling sempurna.

Untuk itulah nabi berwasiat agar kita bertaqwa dimanapun berada, Taqwallah haitsuma kunta. Namun dalam praktek kehidupan sehari-hari, memang banyak orang yang melakukan taqwa itu kalau sedang dihadapan orang banyak saja. Begitu lepas dari perhatian orang banyak, taqwanya jadi ikut lepas. Hal ini tidak dikehendaki oleh nabi. Wasiat Rasulullah yang kedua adalah:

واتبع السيئة الحسنة تمحها

Mengganti amal buruk dan dosa-dosa yang telah kita lakukan dengan amal kebajikan. Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghozali mengibaratkan dosa atau kesalahan itu seperti kabut yang membuat hati menjadi gelap. Sedangkan amal kebajikan beliau ibaratkan sebagai cahaya atau Nur. Dengan memancarnya Nur atau cahaya maka hati yang gelap tadi menjadi terang kembali.

Sebenarnya, wasiat Rasulullah saw, ini bersumber dan firman Allah swt dalam Alqur'an surat Hud ayat 114:

وأقم الصلوة طرفى النهار وزلفا من الّيل إن الحسنات يذهبن السّيّئات ذلك ذكرى للذّاكرين

"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (yaitu pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang orang yang ingat".

Dalam ayat ini terletak kemurahan Ilahi, yaitu memberi kesempatan taubat terhadap orang yang berdosa. Tentang taubat ini, Luqmanul Hakim pernah menasehati putranya:

يابنيّ : لاتؤخّر التوبة فإن الموت يأتي بغتة.

"Wahai putraku, janganlah kau menunda taubat, sebab sebenarnya mati itu datang secara tiba-tiba".

Wasiat ketiga dari Rasulullah saw. yakni:

وخالق الناس بخلق حسن

Bergaul di tengah masyarakat dengan pergaulan yang harmonis dan beradab. Inilah wasiat nabi untuk umatnya dalam rangka interaksi sosial, pola hubungan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kita diminta oleh nabi untuk membina hubungan horisontal ini dengan baik. Sayyidina Ali karramallahu wajhah pernah mengungkapkan:

قال علی ابن ابی طالب کرم الله وجهه :

 حسن الخلق في ثلاث فصال: اجتناب المحارم وطلب الحلال والتّوسّعة على العيال.

"Makhluk ini akan dinilai bagus pada tiga perkara, yaitu menghindari perkara haram, mencari yang halal serta memberi kelapangan kepada keluarga".

Dari ketiga wasiat Rasulullah di atas, marilah kita berusaha untuk memenuhinya. Dalam hubungan vertikal dengan Alah SWT, marilah Taqwa kita jadikan nafas dalam kehidupan, dan dosa-dosa di masa lalu kita akhiri dengan taubatan nasuha serta kita ganti dengan amal kebajikan. Sementara hubungan horisontal dengan masyarakat, marilah kita ciptakan pola hubungan harmonis, kita masyarakatkan nilai-nilai akhlaq Islam yang ditanamakan oleh nabi. Dan bila ketiga hal itu telah kita laksanakan, semoga kita bisa masuk dalam golongan orang yang dijanjikan Allah akan diberi berokah.

قال الله تعالى: ولو أنّ أهل القرى أمنوا واتّقوا لفتحنا عليهم بركت من السماء والأرض، 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi". (Q.S. al-A'raf:96)

 

 

 

*) Disalin dari tulisan KH. Baidlowi Muslich di Majalah MIFDAH edisi 08/Thn.IV/Mei-Juli 1997 M

Nabi Muhammad SAW  KH. Baidlowi Muslich  Hadist  Pondok Gading  Tasawuf 
KH. M. Baidlowi Muslich

Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Kasri, Pondok Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki, dan Ketua MUI Kota Malang

Bagikan