"Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya" (HR. Bukhari).
Kutipan hadits untuk judul tulisan ini, hanyalah satu dari sekian paparan yang diwartakan Rasulullah SAW kepada umatnya sebagai tips hidup bahagia dengan senyum. Sikap manis dan ramah termasuk aktivitas yang meleburkan dosa. Senyum mudah dilakukan. Cukup dengan bibir tersungging, senyuman mengembang. Rasulullah sendiri adakalanya tersenyum hingga gigi geraham beliau terlihat.
Dalam Al Qur`an dapat kita jumpai sitiran Allah perihal Nabi Sulaiman yang tersenyum sebagai bentuk rasa syukurnya atas semua karunia Allah SWT ketika mendengar perkataan semut: “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, serta untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai. Masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh” (QS. An-Naml : 19).
Pada ayat 18 surat An Naml, diceritakan bahwa raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itulah nabi Sulaiman tersenyum dan takjub atas keteraturan kerajaan semut itu dan beliau mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya. Nabi Sulaiman a.s. yang telah diberi Allah nikmat yang besar itu tidak merasa takabur dan sombong dan sebagai seorang hamba Allah mohon agar Allah menjadikannya termasuk golongan orang-orang yang saleh.
Diriwayatkan pula, bahwa sayyidah Aisyah r.a. pernah ditanya seseorang tentang bagaimana sikap Rasulullâh jika sedang berada di rumahnya. Beliau menjawab: “Beliau adalah orang yang paling lembut, murah senyum, dan suka tertawa” (HR. Ibnu Sa`ad dan Ibnu `Asâkir).
Melontarkan senyuman bagaikan mengirimkan gelombang cinta yang mengandung banyak makna. Senyuman merupakan pesan yang membawa keselamatan, kecintaan, dan rasa aman. Senyuman bak pesan yang menandakan kesiapan untuk bekerja sama dan saling menolong dalam kebaikan secara tulus. Senyuman juga dapat membuat mereka termotivasi dibandingkan dengan orang yang berinteraksi tanpa senyuman.
Seseorang menjadi indah (cantik/tampan) di hadapan saudaranya dengan cara saling bertukar senyuman, terlebih jika senyuman itu diiringi dengan gigi yang terlihat putih bersih dan rapi. Melalui senyuman tersirat sebuah ungkapan, “Nikmatilah pemandangan romantis nan indah dalam kilau “berlian” senyumku.”
Ahmad Amîn dalam bukunya Faidhul Khâtir mengatakan, “Orang-orang yang menghadapi hidupnya dengan senyum ceria tidak hanya mampu membahagiakan dirinya, bahkan lebih mampu mengerjakan tugasnya, lebih tabah dalam mengemban tanggung jawab, lebih tegar dalam menghadapi kesulitan serta menanggulangi berbagai problematika, dan lebih profesional dalam mengemban urusan-urusan penting yang bermanfaat bagi diri mereka dan masyarakat.”