Kalau kita sadari, sebenarnya musibah yang ditimpakan oleh Allah SWT di Indonesia khususnya, menunjukkan agar kita semakin dituntut peduli terhadap nasib mereka. Jadi inilah kesempatan emas untuk membagi-bagikan nikmat yang diberikan-Nya kepada kita. Rasulullah SAW pernah memperingatkan, suatu saat sedekah tidak akan berguna. Saebda beliau, "Bersedekahlah kamu, sebab nanti akan datang satu zaman yang kamu jumpai, seorang lelaki berjalan membawa sedekahnya. Lalu orang yang akan diberinya malah mengatakan, 'jika kamu datang kemarin, aku menerimanya. Sekarang aku tidak membutuhkan hartamu itu.' Maka orang yang akan memberikan sedekahnya itu tidak menjumpai lagi orang yang akan menerima sedekahnya" (HR. Bukhari-Muslim dalam Hadits Shahih Al-Jami'us Shahih, hal. 129).
Salah satu bentuk syukur adalah syukur dengan perbuatan. Sedekah merupakan perbuatan sebagai bentuk syukur kita akan nikmat Allah SWT yang berupa harta benda. Janji Allah, "Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih" (QS. Ibrahim: 7).
Sedekah tidak akan mengurangi harta. Pada hakikatnya harta yang disedekahkan tidaklah berkurang, malah menyebabkan kekuatan dan kemuliaan. "Tidak berkurang harta karena sedekah. Dan tidak menambah Allah pada seseorang (hamba) karena pemberian maafnya, kecuali akan diberikan padanya satu kekuatan. Dan tidaklah seseorang untuk saling rendah hati karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya." Demikian tegas Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (Hadits Shahih Al-Jami'us Shahih, hal. 230).
Ketika sudah siap untuk mendermakan harta, ada beberapa hal yang hendaknya perlu diperhatikan. Jika tidak, sedekah yang diberikan bukannya mendatangkan pahala, melainkan menimbulkan dosa dan mudharat bagi para dermawan. Hal-hal tersebut antara lain:
Sedekah hendaknya dilakukan secara sembunyi, rahasia. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 271: "Dan kalau kamu merahasiakannya, dan memberikannya kepada fakir miskin, adalah lebih baik bagimu". Cara demikianlah yang banyak ditempuh oleh kebanyakan para ulama salaf, mereka merahasiakan sedekahnya supaya tidak diketahui masyarakat umum, bahkan di antara mereka ada yang suka bersedekah kepada fakir miskin tunanetra, dengan tujuan agar tidak diketahui. Selain itu, maka tidak ada orang yang akan tahu sedekah kita, karena jika pada saat bersedekah ada orang yang melihat maka sedikit banyak pasti akan timbul sikap sombong, atau pamer.
Hati-hatilah agar tidak sampai terjadi menyebut-nyebut (pengundatan) atau menyakiti pihak yang diberi sedekah. Sebagaimaan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 264: "Hai orang-orang yang beriman jangan engkau lenyapkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebut (ngundat-ngundat) dan menyinggung perasaan si penerimanya, seperti orang yang membelanjakan hartanya dengan riya' kepada manusia."
Bersedekahlah dengan harta terbaik yang kita miliki. Ini merujuk pada firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 92: "Kalian tidak sampai pada kebaikan sempurna sebelum mendermakan sebagian dari harta yang kalian cintai. Barang sesuatu yang kamu nafkahkan, sungguh Allah Maha Mengetahuinya."
Pada saat memberikan sedekah, hendaknya diiringi dengan wajah berseri, menunjukan kegembiraan. Bukan dengan acuh tak acuh atau bersikap sinis. Hal ini menunjuk firman Allah: "Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dengan tidak menyebut-nyebut pemberiannya, dan tidak pula menyinggung perasaan yang diberi, maka bagi mereka pahala di sisi Tuhannya, tiada rasa gentar ataupun sedih di hati mereka"(Q.S. Al-Baqarah: 262).
Pandai-pandailah menyalurkan sedekahnya pada sasaran yang halal, jangan sampai memberikan sedekah kepada sasaran kemaksiatan.
Tim redaksi website PPMH