Sedekah, Wujud Kepedulian Sosial (Bagian 1)

Senin, 28 Mar 2022, 18:47 WIB
Sedekah, Wujud Kepedulian Sosial (Bagian 1)
sedekah (dok. zonapriangan.com)

“Tuhan kami, terimalah persembahan dari kami. Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 127)

Setelah ditimpa beberapa musibah, bangsa Indonesia diuji lagi dengan musibah busung lapar. Sebagai negara agraris dengan tanah yang subur dengan istilah gemah ripah loh jinawi, hal ini tentu sangatlah ironis dan sepertinya tidak mungkin terjadi. Tapi kenyataannya terjadi juga. Ibarat pepatah "anak ayam mati dilumbung padi", banyak di antara kita yang kasihan dan iba melihat semua itu bisa terjadi. Lebih-lebih negara kita adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim. Sebagai muslim yang beriman tentu kita telah diajari nilai-nilai sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Islam mengajarkan pemeluknya untuk bersedekah sebagai wujud kepedulian sosial. Sabda Nabi Muhammad Saw., "Bukan termasuk orang beriman, yang dirinya kenyang sementara tetangganya dalam keadaan lapar yang menimpa kedua sisi perutnya" (HR. Bukhari dalam Hadits Shahih Al-Jami'us Shahih, hal. 130). Namun ternyata tidak sedikit yang mengabaikannya. Apa sebabnya?

Tentunya banyak hal yang menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah semakin berkurangnya kepedulian kita kepada sesama dan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Padahal dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 261 disebutkan: "Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang tumbuh menjadi 7 butir, setiap butir mengandung 100 biji, Allah melipatgandakan pahala siapa yang Dia kehendaki dan Allah sangat luas karunia-Nya lagi Mengetahui." Dalam ayat di atas, jelas sekali bahwa Allah menjanjikan pahala yang berlipatganda bagi siapa saja yang mau membelanjakan atau menyedekahkan hartanya. Tapi kenyataannya, sebagian dari kita masih enggan untuk melakukannya.

Kisah Ali RA. dan Fatimah RA.

Kebanyakan orang berpendapat bahwa sedekah dan amal dilaksanakan jika sudah kaya saja. Pendapat ini tentu tidak benar, karena belum tentu besok kita memiliki kesempatan untuk bersedekah. Karena itu jangan sampai kita menunggu kaya dulu baru sedekah. Jika dengan sedikit harta kita bisa bersedekah kenapa kita mesti menunggu banyak? Hal ini pernah dicontohkan oleh Sahabat Ali ra. sebagaimana yang tertulis dalam kitab Duratun Nasihin, bahwasanya pada suatu hari Sahabat Ali mempunyai uang sebanyak 4 dirham, dan ketika dianjurkan bersedekah maka beliau menyedekahkan 1 dirham pada malam hari, 1 dirham pada siang harinya, 1 dirham dirahasiakan memberinya, sedang 1 dirham lagi diberikan secara terang-terangan (dengan maksud agar masyarakat dapat meniru perbuatannya tersebut).

Dalam kisah yang lain diceritakan bahwa pernah  Fatimah ra. dan Ali RA. dalam bulan Ramadan, selama 3 hari berturut-turut, tanpa makanan sama sekali. Selama tiga hari tersebut, setiap harinya ada saja orang minta-minta. Padahal makanan hanya cukup pada hari itu. Makanan yang beliau masak, bukannya diberikan kepada buah hati, suami dan anak-anaknya, namun kepada pengemis. Bisa Anda bayangkan bagaimana hebatnya beliau sebagai sosok teladan bagi muslimah. Fatimah ra., di balik rintihan fisiknya, tersimpan kasih sayang yang besar terhadap sesamanya, melebihi prioritas pada keluarganya sendiri.

Berdasarkan cerita diatas dapat diambil pelajaran bahwa jika kita memiliki sesuatu dan bisa disedekahkan maka sebaiknya kita sedekahkan. Sedekah tidak hanya bisa dilakukan dengan harta. Jika kita tidak punya harta untuk disedekahkan maka kita bisa meyedekahkan ilmu atau tenaga yang kita miliki. Sebagaimaan sabda nabi Muhammad Saw., "Siapa berharta, maka sedekahlah dengan hartanya, siapa berilmu maka sedekahlah dengan ilmunya, dan siapa bertenaga kuat, maka bersedekahlah dengan kekuatan tenaganya."

Pertanyaanya adalah, bisakah kita meniru kedermawanan Sayyidina Ali ra. dan Fatimah tersebut? Padahal kita tahu (melalui buku-buku sejarah Islam), mereka berdua tidaklah kaya raya. Mereka hidup sangat sederhana, namun masih sempat menunjukkan kepedulian sosialnya. 

Fiqih Lingkungan  Hadist  Tafsir Alquran 
Tim Redaksi

Tim redaksi website PPMH

Bagikan