Sebagaimana yang termaktub dalam kitab Tahdziibul-Kamaal, Imam Ahmad bin Hanbal dan Ishaq bin Rahawaih menyatakan bahwa Abu Bakar Abdullah bin Zubair bin Isa bin Usamah Al-Qurasyi Al-Asadi Al-Humaidi Al-Makki adalah seorang Imam (dalam bidang hadis). Deklarasi tersebut dilatarbelakangi oleh besarnya sumbangsih beliau dalam ilmu hadis. Pada abad ke-2 H, satu-satunya cara mengakses sumber hadis adalah dengan mendatangi seorang perawi bersanad secara langsung. Sebab pada masa itu belum ada kodifikasi hadis dalam bentuk kitab ataupun catatan tertulis.
Menuqil kitab ar-Rihlat Fi Thalabil Hadis, al-Khatib al-Baghdadi mencatat bahwa suatu waktu Imam Humaidi pernah mendengar sebuah hadis tentang keutamaan Sahabat Abu Bakar dan Umar dari seseorang. Sumber hadis tersebut berasal dari Sahabat Abu Darda’ al-Anshari. Lantas beliau kepada orang yang menyampaikan hadis tersebut agar dibawa kepada periwayatnya yakni Dawud bin Isa atau Abu al-Abbas yang tinggal di Tsaqabah (berjarak kira-kira tiga mil dari Mekkah). Tepat pada hari Imam Humaidi tiba di sana, ada seseorang yang baru saja dikuburkan pada pagi harinya, dan beliau tidak tahu-menahu kejadian ini. Imam Humaidi lantas menuju rumah Abu al-‘Abbas namun yang menemuinya justru Hingga akhirnya beliau bertemu dengan sepupu sepupu Abu al-‘Abbas. Beliau kemudian mengutarakan maksudnya yakni hendak mendengar satu hadis dari Abu al-‘Abbas. Sontak sepupu Abu al-‘Abbas berkabar bahwa Abu Al-‘Abbas telah meninggal dunia kemarin sore, dan baru saja dimakamkan tadi pagi. Mendengar berita itu, Imam Humaidi merasa begitu kecewa karena pencarian beliau tidak membuahkan hasil sebab orang yang beliau cari terlebih dahulu wafat.
Sifat gigih yang dimiliki Imam Humaidi dalam mengumpulkan hadis tidak dapat dilepaskan dari riwayat thalabul ilmi beliau. Dikenal sebagai pengembara yang haus ilmu, Imam Humaidi melakukan perjalanan ke Baghdad dan Mesir yang saat itu kedua negeri ini menjadi markas-markas penting khazanah keilmuan islam. Imam Humaidi banyak menimba ilmu dari para ulama muhaddis senior abad ke-2 H. Beliau berguru kepada Imam Sufyan bin Uyainah (w. 198 H) selama kurang lebih 19 tahun dan mampu menghafal hadis darinya sebanyak 10.000 riwayat beserta sanadnya. Imam Subki dalam kitabnya Thabaqaat Asy-Syaafi'iyyah mencatat beberapa guru Imam Humaidi diantaranya: Abu Ali Fudhail bin Iyadh at-Tamimi (w. 187 H), Abu Ishaq Ibrahim bin Sa'ad bin Ibrahim al-Qurasyi al-'Aufi (w. 183 H), Abu Dhamrah Anas bin Iyadh al-Laitsi al-Madani (w. 200 H) , Abu Abdillah Bisyr bin Bakr al-Bajali ad-Dimasyqi at-Tunisi (w. 205 H), Abu Usamah Hammad bin Usamah bin Zaid Al-Kufi (w. 201 H), Abdurrahman bin Sa'ad al-Muadzdzin, Abu Tamam Abdul Aziz bin Abi Hazim al-Madani (w. 184 H), Abu Abdus Syammad Abdul Aziz bin Abdus Shammad al-'Ama (w. 187 H). Diantara banyak guru, sosok Imam Syafi’i tentu tidak dapat dipisahkan dari riwayat keilmuan Imam Humaidi. Dalam kitab Thabaqaatusy-Syaafi'iyyah karya Ibnu Hidayah disebutkan bahwa Imam Humaidi mengembara bersama Imam asy-Syafi'i dari Mekkah ke Baghdad dan Mesir. Kemudian beliau belajar kepada Imam asy-Syafi'i hingga Sang Imam wafat (204 H). Lantas Imam Humaidi kembali ke Mekkah dan menjadi mufti madzhab Syafi’i di sana hingga akhir hayat.
Imam Humaidi wafat di Mekkah pada Hari Senin Bulan Rabiul Awal 219 H. Selama hidupnya, Imam Humaidi mendapat banyak pujian dari para ulama. Bagaimana tidak? beliau adalah salah seorang Huffadz dan Muhaddits yang terkenal jujur, zuhud, faqih, tsiqah, kuat hafalannya serta saleh. Dalam hal ini Al-'Abbadi menyatakan bahwa selain Imam asy-Syafi'i dan Imam Abu Ubaid, Imam Humaidi adalah Syaikhul Haram pada zamannya sekaligus pembela Ahlus Sunnah yang menjadi sumber rujukan untuk memecahkan semua kesulitan. Kedudukan Imam Humaidi di kalangan penduduk tanah Haram sebagaimana kedudukan Imam Ahmad bin Hanbal di kalangan penduduk Irak. Pernyataan al-‘Abbadi tentu bukan tanpa sebab. Tak lain karena Imam Humaidi merupakan salah satu guru ulama-ulama hadis terkemuka seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam an-Nasa'i. Tercatat dalam Shahih Bukhari terdapat 73 hadis yang diriwayatkan dari Imam Humaidi dan 4 hadis di Shahih Muslim serta 2 hadis di Jami’ at-Tirmidzi. Beberapa karya Imam Humaidi adalah kitab ad-Dalail, Kitab at-Tafsir, Kitab ar-Radd 'ala an-Nu'man Ushul as-Sunnah, dan kitab al-Musnad yang berisi hampir seribu lima ratus (1500) hadis menurut Maktabah Syamilah. Kitab al-Musnad Imam Humaidi merupakan salah satu Musnad tertua yang ditulis pada abad ke-2 H sekaligus kitab yang ditulis sebelum lahirnya kitab paling otentik tentang hadis yakni Shahihain ( Shahih Bukhari dan Shahih Muslim). Kini kitab al-Musnad yang ditahqiq oleh Habiburrahman al-A'dzami banyak dikaji di majelis ilmu hadis di India.
Penulis adalah Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda. Bersama beberapa sahabat santri PPMH bergiat di Komunitas Peparing (Penulis Pesantren Gading)