Menyambut Datangnya Musim Haji (Bagian 2)

Rabu, 06 Jul 2022, 12:41 WIB
Menyambut Datangnya Musim Haji (Bagian 2)
Masjidil Haram - Makkah Mukarramah

Kepuasan melepaskan rindu kepada Allah tidak akan mungkin terbeli oleh harta kekayaan. Oleh karena itu, tidak seorang pun dari kaum muslimin yang melakukan ibadah haji merasa cukup sekali dalam seumur hidupnya. Kenikmatan ibadah haji di Baitullah memberikan kepuasan tersendiri, yang menuntut pengulangan dalam upaya melepas rindunya kepada Allah. Ibadah haji merupakan pernyataan hamba Allah atas  undangan Nabiyullah Ibrahim as. yang diperintahkan Allah Swt. dalam surat Al-Hajj ayat 27: "Dan suruhlah olehmu manusia untuk menunaikan ibadah haji. Mereka akan segera memenuhi ajakanmu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang kurus, yang datang dari segenap pelosok yang jauh." 

Tidak seorang pun di kalangan umat Islam yang berpangku tangan mengabaikan seruan itu. Mereka serentak menyambut panggilan Allah dengan nada harus yang meresap ke dalam kalbu. Hal ini dilukiskan dalam sebuah Hadits Qudsi, bahwa Allah berfirman kepada para malaikat: "Pandanglah hamba-hamba-Ku. Mereka datang berduyun-duyun dari berbagai penjuru dan pedalaman dalam keadaan kusut masal, berdebu dan berpancar. Jadikanlah kalian saksi bahwa Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka."

Sungguh rugi orang-orang yang tidak tertarik untuk bergegas melaksanakan ibadah haji, padahal begitu besar jaminannya dari Allah Swt. Betapapun berat ibadah haji, akan tetapi orang akan selalu berani menempuhnya. Udara panas dan gersang di Mekkah, makan minum yang kurang serasi dan memenuhi selera, tugas yang melelahkan, dan. ongkos yang cukup banyak, semua itu mampu ditempuh oleh umat Islam dengan sebaik-sebaiknya. Dan Insya Allah, hal itu  akan mengantarkan umat Islam pada makrifatullah serta tauhid yang utuh dan mendalam. Karenanya, perjalanan ibadah haji menuntut bekal yang utuh dan niat yang tulus harus semata-mata karena memenuhi panggilan Allah. Jangan sampai tergores di dalam hati niatan lain yang menyimpang dari tujuan semula, yaitu tha'atan lillah (berbakti kepada Allah). Umat Islam hendaknya memiliski keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya, apabila yang bersangkutan berniat melakukan kewajiban terhadap Tuhannya, termasuk ibadah haji.

Sehubungan dengan goresan hati itu, dalam tarikh (sejarah) terungkaplah kisah Sufyan Ats-Tsauri yang menceritakan pengalamannya sendiri saat akan meninggalkan Arafah. Saat itu beliau sedang menunaikan ibadah haji sunah. Beliau berkata: "Saat aku meninggalkan Arafah, tergores dalam hati untuk menyatakan perpisahan dengan Arafah dan tidak menunaikan ibadah haji lagi. Baru saja berjalan beberapa langkah, datanglah serombongan jamaah haji yang di antaranya terdapat seorang kakek-kakek bertongkat memandangiku dengan tajam. Aku pun segera mengucapkan salam kepadanya."

Ia membalas salamku dan berkata: "Hai Sufyan, urungkanlah niatmu tadi.

Akupun mengucapkan tasbih karena heran. Mengapa kakek-kakek itu telah mengenal namaku. Lantas aku menjawabnya: "Maha Suci Allah."

Lalu aku balik bertanya dari mana ia mengenal namaku. Ia menjawab: "Allah telah memberikan ilham kepadaku. Demi Allah aku telah menunaikan ibadah haji dan aku berdiri di Arafah ini untuk yang ketiga puluh lima kalinya memperhatikan Jabal Rahmah serta bertafakkur. Apakah ibadah hajiku dan ibadah haji jamaah yang lain itu diterima oleh Allah? Aku terus bertanya-tanya, ibadah haji yang mana yang diterima itu. Aku pun duduk tafakkur merenungkan nasibku, hingga tidak terasa orang-orang telah jauh meninggalkan aku."

Kisah ini mengandung banyak makna yang perlu mendapat perhatian umat Islam, agar terus berupaya memenuhi panggilan Allah tanpa melupakan kewajiban terhadap kepentingan sesama umat manusia. Islam adalah agama rahmat yang menyebarkan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, bahkan seluruh alam, atau dengan kata yang lebih populer, Rahmatal lilalamin. 

Amalan di Bulan Dzulhijjah  Haji 
Bagikan