Tiga Serangkai Yang Tidak Boleh Terberai

Jumat, 20 Jan 2023, 14:44 WIB
Tiga Serangkai Yang Tidak Boleh Terberai
Islam, Iman, Ihsan (sumber Etsy.com)

Umat islam dalam mengarungi kehidupannya tidak boleh terlepas dari tiga kerangka atau pilar agama yakni islam, iman, dan ihsan sebab agama islam mencakup tiga hal tersebut. Islam berbicara perihal lahir, iman berbicara perihal batin, sedangkan ihsan mencakup keduanya. Dalam hal ini, islam lebih popular diterjemahkan sebagai amaliyah ibadah, iman identik berkaitan dengan akidah, sedangkan ihsan adalah tasawuf. Sebagaimana sering dijelaskan bahwa ajaran atau syariat yang dikandung dalam al-Quran pun bisa diringkas ke dalam tiga hal tersebut.

Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari iman. Seseorang yang berislam dan beriman tentu sudah masuk kategori pribadi yang bagus, tapi akan lebih sempurna bila dia juga bisa sampai pada derajat ihsan. Selanjutnya, iman memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari islam. Tidaklah ke-islam-an dianggap sah kecuali terdapat iman di dalamnya. Karena konsekuensi syahadat sebagai rukun islam mencakup lahir dan batin sebagaimana disebutkan dalam al-Quran: Orang-orang Arab (Badui) berkata: “kami beriman” Katakanlah! (kepada mereka), “kalian belum beriman, tetapi katakanlah kami tunduk (islam), karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu”.

Perihal asal muasal tiga serangkai yang tidak boleh terberai ini, bisa dilihat dalam sebuah hadis yang cukup panjang berikut ini.


عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Umar radhiyallahu‘anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata: ”Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?” Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah al-Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata: ‘Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: ‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba dalam meninggikan bangunan.”Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemudian laki-laki itu pergi, aku pun terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”  Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.” (Hadis Riwayat Imam Muslim)

Selain membahas tiga serangkai ajaran islam, hadis di atas juga menyinggung perihal kiamat. Hal ini bisa dipahami bahwa kehidupan manusia di dunia harus dijalani dengan islam, iman, dan ihsan agar di akhirat kelak bisa memperoleh kebahagiaan yang hakiki. Manusia diingatkan tentang pentingnya menanamkan kesadaran  atas akan terjadinya kiamat yang mana juga termasuk ke dalam rukun iman.

Tidak ada yang tahu tentang waktu terjadinya kiamat selain Allah swt. Bahkan Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril pun tidak tahu. Waktu kejadian kiamat dirahasiakan untuk menguji kualitas keimanan seorang hamba, apakah dia percaya atau tidak. Seorang hamba yang percaya tentu akan menjalani kehidupan sesuai tuntunan Allah. Artinya dia akan ber-islam, iman, dan ihsan. Begitu pula berlaku sebaliknya.

Selanjutnya Nabi Muhammad telah memberi sinyal akan tanda-tanda bahwa waktu terjadinya kiamat kian dekat, sebagaimana  telah disebutkan dalam hadis. Tanda-tanda tersebut sudah semestinya menjadi rem bagi manusia agar kembali kepada Allah. Lekas-lekaslah menyempurnakan islam, iman, sekaligus ihsan agar bisa menggapai kebahagiaan di kehidupan setelah kiamat nanti.

*Artikel ini merupakan bagian dari buku Butir-Butir Mutiara KH Baidlowi Muslich: Karya Sufistik Etika, Hikmah, dan Dakwah.

Umar bin Khattab  Pondok Gading  Kisah Nabi  KH. Baidlowi Muslich  Kata Mutiara  Ilmu Hadis  Hadist  Dakwah Santri 
KH. M. Baidlowi Muslich

Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Kasri, Pondok Pesantren Anwarul Huda Karang Besuki, dan Ketua MUI Kota Malang

Bagikan