Seberapa Besar Efek Samping dari Berbicara?

Jumat, 12 Nov 2021, 16:46 WIB
Seberapa Besar Efek Samping dari Berbicara?
larangan banyak berbicara (dok. bacaanmadani.com)

Untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebisa mungkin seseorang menjaga mulutnya, dari perkataan tercela, maupun ucapan yang bisa menyakiti hati seseorang. Dan hendaklah orang tersebut berbicara ketika mempunyai hajat yang perlu disampaikan. Rasulullah pernah ngendikan “siapa yang ingin selamat agamanya, hendaklah diam”. Ini menandakan bahwa, apabila seseorang hendak bicara, maka berpikirlah terlebih dahulu, apabila telah jelas ucapannya membawa kemaslahatan, maka berbicaralah. Dan apabila sebaliknya; membawa kemudharatan, maka diam itu lebih baik.

Dalam pandangan thariqah, seseorang dianjurkan untuk berdiam diri, sebab berbicara adalah cobaan. Dengan banyaknya berbicara, nafsu menjadi memperoleh alat dan kesempatan untuk menyalurkan hasrat-hasrat jahatnya, dalam artian menunjukkan kebaikan dirinya, sombong, congkak, dll. Demikian juga, banyak berbicara bisa menyerap kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan, sebagaimana tanah kering menyerap air hujan.

Selain bisa menyerap kebaikan seseorang, nur ilahi juga akan keluar dari diri manusia ketika mereka terlalu banyak berkata gharah; bohong. Sehingga, hatinya menjadi gelap, hampa, mati, dan dirinya terlempar dari jalan ilahi. Sebagaimana pula seorang wali abdal menjaga Gedung kewaliannya dengan selalu diam, menjauhkan diri dari keramaian (uzlah), menjaga  lapar dan tidur untuk membersihkan hatinya. Oleh karena itu, sebagai seorang insan, terlebih seorang mukminin marilah kita rawat ucapan-ucapan yang keluar dari mulut kita, selalu mawas diri, dihindarkan dari godaan syaitan, dan berkatalah sesuai tupoksinya.  Wallahu a'lam bishawab, . . 

 

*) Disarikan dari pengajian KH. Ahmad Arif Yahya

Pondok Gading  KH. Ahmad Arif Yahya 
Bagikan