Warisan Adab dan Keberkahan: Makna Ketaatan Santri kepada Kiai

Sabtu, 18 Okt 2025, 22:21 WIB
Warisan Adab dan Keberkahan: Makna Ketaatan Santri kepada Kiai
https://pin.it/1Aq0XVYBb

Pesantren merupakan salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan nasional yang memiliki peran besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Sejak masa sebelum kemerdekaan, pesantren telah berfungsi sebagai pusat pembinaan generasi muda yang turut berjuang melawan penjajahan. Di era modern, semakin banyak orang tua memilih pesantren sebagai tempat pendidikan bagi anak-anaknya karena lembaga ini mampu memadukan pendidikan umum dengan nilai-nilai religius sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman.

Selain itu, pesantren dipandang sebagai lingkungan pendidikan yang aman bagi remaja dari berbagai pengaruh negatif. Kesadaran orang tua akan pentingnya pengawasan dan pembinaan pada masa remaja, fase di mana anak cenderung ingin menentang dan mudah terpengaruh oleh lingkungan, menjadikan pesantren sebagai pilihan tepat. Lembaga ini tidak hanya memberikan perlindungan moral, tetapi juga membekali santri dengan ilmu pengetahuan serta pendidikan agama yang seimbang.

Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan. Dengan segala keterbatasannya pesantren mampu menampilkan diri sebagai lembaga pembelajaran yang berlangsung terus-menerus hampir 24 jam sehari. Aktivitas dan interaksi pembelajaran berlangsung secara terpadu yang memadukan antara suasana keguruan dan kekeluargaan. Kiai sebagai figur sentral di pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan strategis yang menentukan perkembangan santri dan pesantrennya. Kepribadian Kiai yang kuat, kedalaman pemahaman dan pengalaman keagamaan yang mendalam menjadi jaminan seseorang dalam menentukan pesantren pilihannya.

Kiai sebagai figur yang penuh kharisma dan wakil atau pengganti orang-tua. Kiai adalah model (uswah) dari sikap dan tingkah-laku santri. Proses sosialisasi dan interaksi yang berlangsung di pesantren memungkinkan santri melakukan imitasi terhadap sikap dan tingkah-laku Kiai. Santri juga dapat mengidentifikasi Kiai sebagai figur ideal sebagai penyambung silsilah keilmuan para ulama pewaris ilmu masa kejayaan Islam di masa lalu.

Dalam tradisi pesantren, rasa hormat dan kepatuhan santri terhadap gurunya merupakan hal yang bersifat mutlak dan berlangsung sepanjang hayat. Sikap hormat tersebut tercermin dalam berbagai aspek kehidupan santri, baik dalam bidang keagamaan, sosial, maupun kehidupan pribadinya. Hubungan antara santri dan kiai diwujudkan melalui perilaku, tutur kata, serta tindakan sehari-hari yang menunjukkan adab dan ketundukan. Ukuran utama kedekatan santri dengan kiai di lingkungan pesantren terletak pada tingkat kepatuhan serta kesungguhannya dalam menimba dan menerima ilmu dari sang kiai sebagai sumber pengetahuan dan bimbingan spiritual.

Dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim disebutkan:

فَإِنَّهُ لَا يَنَالُ الْعِلْمَ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إِلَّا بِتَعْظِيمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ، وَاحْتِرَامِهِمْ

Artinya : “Sesungguhnya seseorang tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak akan mendapatkan manfaat darinya, kecuali dengan mengagungkan ilmu serta menghormati para pemilik ilmu (guru)”.

Sebagaimana dikatakan Sayyidina Ali :

أَنَا عَبْدٌ لِمَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا وَاحِدًا، إِنْ شَاءَ بَاعَنِي، وَإِنْ شَاءَ اسْتَعْبَدَنِي، وَإِنْ شَاءَ أَعْتَقَنِي

Artinya : “Aku adalah hamba bagi orang yang mengajarkanku satu huruf saja. Jika ia mau, ia boleh menjualku; jika ia mau, ia boleh memperbudakku; dan jika ia mau, ia boleh memerdekakanku”.

Sikap dan perilaku santri pada kiai di pondok pesantren merupakan sebuah tradisi yang turun temurun sejak lembaga pendidikan Islam ini muncul. Dampak yang terjadi dari sebuah hubungan yang terjalin antara santri dan kiai tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian santri, seperti dalam memanamkan nilai-nilai agama, akhlak, kreatifitas dan daya pikir santri.

Sikap hormat dan kerelaan santri terhadap kiai merupakan syarat utama dalam menuntut ilmu di pesantren. Santri dengan sadar menyerahkan diri untuk dibimbing menjadi muslim yang berakhlak, menaati aturan dengan ikhlas demi memperoleh keberkahan. Kiai dipandang sebagai sosok yang wajib dimuliakan, bahkan diyakini memiliki kekuatan spiritual yang dapat membawa berkah atau sebaliknya. Karena itu, santri senantiasa menjaga adab dan ketaatan agar ilmunya bermanfaat dan terhindar dari hal-hal yang dapat mengurangi keberkahannya.

Satu gambaran ideal tentang ketaatan murid kepada guru dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim disebutkan:

وَمِنْ تَعْظِيمِهِ أَنْ لَا يَمْشِيَ أَمَامَهُ، وَلَا يَجْلِسَ مَكَانَهُ، وَلَا يَبْتَدِئَهُ بِالْكَلَامِ، وَلَا يُكْثِرَ عَلَيْهِ الْكَلَامَ، وَلَا يُلِحَّ عَلَيْهِ فِي الْجَوَابِ، وَلَا يَسْأَلَهُ إِذَا مَلَّ، وَيَحْفَظَ مَجْلِسَهُ، وَلَا يَغْتَابَ عِنْدَهُ أَحَدًا

Artinya : “Termasuk bentuk menghormati guru adalah tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, tidak memulai pembicaraan kecuali dengan izinnya, tidak berbicara banyak kepadanya, tidak mendesaknya dalam jawaban, tidak bertanya saat ia merasa letih, menjaga majelisnya, dan tidak menggunjing orang lain di hadapannya”.

Para santri harus menunjukkan sikap hormat dan patuh kepada kiainya, bukan hanya sebagai manifestasi dari penyerahan total kepada kiai yang dianggap memiliki otoritas, tetapi karena keyakinan santri kepada kiai sebagai seseorang yang mempuyai kedudukan lebih tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki. Kepatuhan mutlak santri kepada kiai tidak berarti bahwa santri tersebut harus mengikuti semua perintah kiainya tanpa mempertimbangkan benar dan salahnya. Tetapi ada ungkapan:

"Janganlah kamu patuh kepada seseorang yang tingkah lakunya tidak sesuai dengan ajaran Islam".

Sebagai penjelasan, jelas bahwa seorang santri boleh tidak mematuhi perintah kiai, apabila perintah tersebut menyalahi atau tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam ajaran Islam.

Dari bahasan di atas kita dapat menggolongkan siapa saja yang disebut dengan santri. Santri yaitu setiap orang yang mendedikasikan hidupnya untuk dididik oleh kiai. Kadang kita salah mengartikan bahwa kata santri hanya diperuntukkan kepada setiap orang atau anak yang berguru kepada kiai dan tinggal di pesantren. Kita sering melupakan orang-orang yang menyerahkan hatinya untuk dididik dan dituntun oleh kiai.

Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan ruang pengasuhan jiwa yang menanamkan adab, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap ilmu. Hubungan kiai dan santri adalah warisan luhur peradaban Islam yang menjaga keseimbangan antara ilmu dan akhlak. Selama tradisi ini terus hidup, pesantren akan tetap menjadi benteng moral dan peradaban bangsa.

Wallahua’lam’

*Dikutip dari buletin Al-Huda oleh: M. Faiz Amin

relasi santri dan kiai  gading pesantren  adab 
Moh Rofiq Sholehudin

Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.

Bagikan