gadingpesantren.id – Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang menggelar acara Ta’dhim Maulid Nabi dengan tema “Meneladani Sang Nabi, Mengikuti Jejak Sang Kyai” pada Kamis, 25 September 2025. Acara berlangsung di Masjid Baiturrohman dengan penuh khidmat. Kegiatan ini diselenggarakan oleh panitia dari santri kelas 3 Ulya.
Acara diawali dengan sambutan Ustadz Asrukhin selaku wali kelas 3 Ulya. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan, “Kegiatan ingkang kito lampahi meniko, mugi saget mbarokahi guru-guru kito, tiyang sepah kito, lan sedoyo mawon ingkang cinta dumateng kanjeng Nabi Muhammad SAW.”
Sambutan dilanjutkan oleh Gus Fuad mewakili keluarga ndalem. Beliau menekankan pentingnya mengikuti jejak masyayikh dan para kyai, serta mengutip dawuh almaghfurlah KH Muhammad Yahya: “Wong iku senajan keturunan sopo wae, nanging ga gelem ngaji, yo dadi wong bodoh. Mulane ngajio temenan lakonono sing temenan, ora-ora yen bakal keleleran.” Pesan inti yang beliau sampaikan adalah pentingnya kesungguhan dalam belajar.
Memasuki acara inti, mauidhoh hasanah pertama disampaikan oleh Gus Iqbal. Beliau menjelaskan bahwa para ulama mengibaratkan Nabi Muhammad SAW seperti sebuah gelas penuh berisi air. Ketika beliau dipuji, air itu meluber, dan keluberan itulah yang menjadi keberkahan bagi umat. “Semoga acara dalu meniko memberi keberkahan kepada kita semuanya,” tutur beliau.
Selanjutnya, mauidhoh hasanah kedua disampaikan KH Luthfi Hakim. Beliau menceritakan kisah seorang anak kecil Nasrani di Lebanon yang selamat dari kematian karena ikut serta dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Dari kisah tersebut, beliau menegaskan bahwa acara Maulid bukan sekadar seremonial, tetapi harus benar-benar dipahami ruh dan maknanya. “Karena kita bahkan alam semesta tidak akan diciptakan tanpa beliau Nabi Muhammad SAW,” jelas beliau. KH Luthfi juga menekankan pentingnya menaati aturan pondok dan khidmah kepada kyai agar ilmu yang diperoleh menjadi barokah.
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH Ahmad Muhammad Aif Yahya, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman para juara lomba Maulid Nabi.
Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.