من أراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن أراد الأخرة فعليه بالعلم، ومن أرادهما فعليه بالعلم (الحديث)
“ Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka wajib baginya memiliki ilmu. Barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu. Dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu ”
Sejak zaman Rasulullah SAW ilmu memegang peranan penting dalam kesuksesan hamba baik di dunia maupun di akhirat. Seorang hamba yang memiliki ilmu pasti akan dimuliakan dalam sosial kemasyarakatan dan di hadapan Allah SWT. Berkat ilmu tersebut seorang hamba dapat berlabuh dalam keindahan ibadah, kelembutan hati, serta keteguhan akidah. Pada masa sekarang, kita hidup di zaman kelalaian mencari ilmu. Para pemuda lebih menyukai jalan-jalan, nongkrong di pinggir jalan, balapan dan aktivitas lainnya yang bersifat keduniawian. Apabila mereka mengetahui keutamaan ilmu, niscaya sebagian dari mereka akan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.
Terdapat sebuah nadhom dalam Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syeikh Burhanuddin Ibrahim Al-zarnuji Al-hanafi mengenai anjuran seseorang untuk belajar, yakni :
تَعَـــلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يوْلَدُ عَالِمًــــا # وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
Bahwasanya seseorang harus belajar dan menuntut ilmu karena tak ada seorang pun di dunia ini lahir dalam keadaan pandai, dan seseorang yang berilmu jelas berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Nadhom tersebut memberikan motivasi dan semangat untuk diri kita agar selalu menuntut ilmu sekaligus mengamalkannya. Sebab ilmu akan senantiasa menjadi perhiasan bagi seseorang yang memiliki dan mengamalkannya. Selain itu ilmu juga bisa menjadi keutamaan dan penolong pada setiap perilaku yang terpuji.
Lantas manakah ilmu yang wajib kita pelajari dan dijadikan bekal utama? Apakah ilmu fisika, matematika, atau kimia? Dalam agama islam kita disyariatkan untuk mempelajari tiga ilmu utama yaitu ilmu tauhid, ilmu fikih dan ilmu tasawuf. Ilmu tauhid berperan untuk meluruskan akidah seorang hamba. Sedangkan ilmu fikih sebagai pengatur ibadah. Urgensi mempelajari ilmu fikih tidak lepas dari kesempurnaan aktivitas beribadah seorang hamba. Ibnu Ruslan berkata dalam Kitab Zubad “ setiap orang yang mengamalkan suatu amalan tanpa ilmu maka amalan tersebut ditolak dan tidak diterima ”. Adapun ilmu tasawuf bertujuan untuk membersihkan hati. Tiga ilmu tersebut adalah modal utama bagi seseorang yang tengah meniti jalan akhirat dan mengharap Ridho Allah SWT sebagaimana pesan Sayyid Bakri Al-Makky bin Sayyid Muhammad Syatho Ad-Dimyati muallif Kitab Kifayatul Atqiya’ dalam nadhom yang berbunyi:
وَتَعلُّمَنْ عِلْمًا يُصَحِّحُ طَاعَةً # وَعَقِيْدَةً وَمَزْكِيَ الْقَلْبِ اصْقِلاَ
Artinya: Sungguh pelajarilah ilmu yang mengatur ibadah, ilmu yang berkaitan dengan akidah, dan ilmu yang dapat membersihkan hati!
Tiga ilmu ini dapat membuat seseorang mendapat rida Allah SWT. Dalam Al-qur’an surah Al-Mujadalah Ayat 11 Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ
“ niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.
Derajat apa yang dimaksud? Pada kitab Kifayatul At-qiya’ tercantum Ibnu Abbas mengatakan “Allah mengangkat tujuh ratus derajat orang mukmin yang berilmu. Antara derajat yang satu dengan derajat yang lainnya membutuhkan selisih waktu lima ratus tahun”.
Disarikan dari pengajian Kitab Kifayatul Atqiya’ karya Sayyid Bakri Al-Makky bin Sayyid Muhammad Syatho Ad-Dimyati oleh KH. Muhammad Baidlowi Muslich.
Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Bisa dihubungi melalui akun IG @mimbar_impian