Milad ke-6 Jamiyyah Raden Patah: Satu Hati, Satu Doa, Satu Keluarga

Senin, 14 Jul 2025, 20:25 WIB
Milad ke-6 Jamiyyah Raden Patah: Satu Hati, Satu Doa, Satu Keluarga
Pemotongan tumpeng oleh Romo KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya/Dok. LP3MH

Gadingpesantren.id - Dalam suasana penuh kebersamaan dan haru, Jamiyyah Raden Patah (Komplek J) menyelenggarakan Milad ke-6 yang dirangkai dengan peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H pada Sabtu (5/7/2025). Acara berlangsung meriah dan khidmat di jerambah Komplek J, dengan mengusung tema: “Satu Hati, Satu Doa, Satu Keluarga.”

Acara yang digelar di jerambah Komplek J ini terasa begitu spesial karena untuk pertama kalinya dihadiri langsung oleh Romo KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading. Kehadiran beliau memberikan nuansa kebahagiaan tersendiri bagi para santri, alumni, dan seluruh hadirin.

Dalam sambutan pembuka, Ketua Panitia Milad, Bapak Charis Firismanda menyampaikan rasa syukur atas usia enam tahun Jamiyyah Raden Patah yang terus tumbuh dengan semangat kekeluargaan dan i’tikad ngaji yang kuat.

Rangkaian acara dihadiri oleh jajaran Keluarga Ndalem, pengurus pesantren, para ketua komplek, serta warga dan alumni Komplek J. Semua hadir dengan semangat ukhuwah dan harapan baru menyambut tahun baru Hijriah.

Gus M. Sulthon Hanafi, mewakili Keluarga Ndalem, menekankan bahwa Milad dan Muharram harus dimaknai lebih dalam dari sekadar seremoni.

“Milad ini bukan hanya sekadar peringatan, bukan hanya seremoni, bukan pula sekadar makan-makan. Tapi 1 Muharram ini adalah momen bertambahnya usia kita, dan itu artinya penting bagi kita untuk melakukan murojaah, mengintrospeksi amalan-amalan tahun sebelumnya dan menata kembali niat di tahun yang baru,” ungkap beliau.

Pada puncak acara, Mauidhoh Hasanah disampaikan oleh Gus Umarul Faruq, yang menjelaskan tentang keutamaan dan amalan Hari Asyura menurut syarah Irsyadul Ibad, yang berjumlah dua belas amalan.

“Amalan niki, menawi saget kita amalkan sedanten, insyaAllah keberkahan akan mengiringi. Hari Asyura bukan sekadar tanggal bersejarah, tapi peluang amal yang besar,” tutur beliau.

Gus Umarul Faruq juga memberikan nasihat, bahwa kehidupan santri di pondok merupakan cerminan di kehidupan Masyarakat kelak.

“Pondok punika ibarat miniatur masyarakat. Menawi teng pondok sregep ngaos lan khidmah, insyaAllah teng masyarakat ugi badhe dados ngoten: sregep ngaji lan khidmah. Semua aktivitas kita di pondok sejatinya bentuk tirakat, termasuk akhlak kita terhadap guru dan orang tua, semua itu membentuk karakter dan keberkahan di masa depan,” dawuh Gus Faruq.

Acara Milad diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin langsung oleh Romo KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya, yang menambah kekhidmatan dan keberkahan momen Milad ke-6 ini. Kehadiran dan doa beliau menjadi penutup penuh makna bagi seluruh rangkaian kegiatan Milad.

gading pesantren 
Moh Rofiq Sholehudin

Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.

Bagikan