Tatkala Mencari Guru

Jumat, 10 Des 2021, 17:35 WIB
Tatkala Mencari Guru
Ngaji (Dok. PPMH)

 

Sebagai seorang insan untuk menapaki jalannya kehidupan. Dibutuhkan seorang guru, yang selalu memberi contoh akan perilaku ahsanul khuluq, menasihati kita ketika kita berbelok arah (baca: berbuat kesalahan), dan yang selalu membimbing kita ke jalan kebenaran.

Adapun sebagai calon penuntut ilmu, sebaiknya memilih guru yang lebih alim dari pada kita, lebih wira’i, dan lebih tua daripada kita, sebagaimana Imam Abu Hanifah mencari guru dan dipilihlah Kiai Hammad bin Abi Sulaiman, karena beliau (baca: kiai Hamman) mempunyai kriteria ataupun sifat-sifat tersebut. Maka Abu Hanifah mengaji ilmu kepadanya.

Abu Hanifah pernah ngendikan, “beliau adalah seorang guru berakhlak mulia, penyantun, dan penyabar. Karena sifat itulah, aku bertahan thalabul ilmi kepadanya hingga aku seperti sekarang ini”

Di samping itu, Abu Hanifah juga pernah berkata, “aku mendengar seorang yang ahli hikmah dari negeri Samarkhan berkata: ada salah seorang penuntut ilmu bermusyawarah denganku ketika hendak pergi ke Bukhara untuk thalabul ilmi.

Demikianlah hendaknya setiap pelajar seharusnya bermusyawarah dengan orang alim tatkala akan pergi untuk menuntut ilmu atau dengan segala urusan. Karena Allah menyuruh Nabi Muhammad SAW supaya bermusyawarah dalam segala urusan, padahal tiada orang yang lebih pandai dari beliau. Dalam segala urusan, beliau senantiasa bermusyawarah dengan para sahabat, bahkan dengan urusan rumah tanggapun beliau juga bermusyawarah dengan istrinya.

Mencari ilmu adalah perbuatan yang luhur, dan perkara yang sulit. Oleh karena itu, sebagai calon penuntut ilmu bermusyawarahlah atau meminta nasihat kepada orang alim, karena itu merupakan perkara yang penting dan suatu keharusan bagi penuntut ilmu.

Orang ahli hikmah dari Samarkhan berkata, “jika kamu pergi mengaji ke negeri Bukhara, maka jangan tergesa-gesa memilih guru, tapi menetaplah selama dua bulan hingga kamu berpikir untuk memilih guru. Karena bila kamu langsung belajar kepada seorang alim, maka terkadang cara mengajarnya kurang enak menurutmu, kemudian kamu tinggalkan dan pindah kepada orang alim lainnya, maka belajarmu tidak akan diberkahi. Oleh karena itu, selama dua bulan itu kamu harus berpikir untuk memilih guru, supaya kamu tidak meninggalkan seorang guru, dan supaya betah bersamanya hingga selesai. Dengan demikian belajar dan ilmumu diberkati”

Semoga kita selalu dipermudah dalam melakukan segala kebajikan, diberi kekuatan dan kesabaran, dan tak lupa semoga diberi keberhakan hidup dunia dan akhirat. Wallahu a’lam Bishowab

 

*) Disarikan dari pengajian Kitab Ta’lim Mutaallim oleh Gus Yasin Fuadi bin Abdurrachim Yahya

Gus Fuad Abdurrochim Yahya  Kitab Taklim Muta'allim  Pondok Gading  Santri Gading 
Tim Redaksi

Tim redaksi website PPMH

Bagikan