Ada sebuah cerita yang menarik dikalangan salaf al-shalih. Cerita ini sangat mendidik sekaligus bisa menjadi suri tauladan bagi kita semua, khususnya bagi saalikiin atau muriidiin.
Dahulu kala, ada tiga orang sholih dan al-Arif bi Allah yang berbeda pendapat tentang suatu perkara. Perbedaan adalah indah dan rahmat bagi mereka yang merasakan betapa indahnya suatu perbedaan. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulillah SAW:
إختلاف أمتي رحمة
"Perbedaan umatku adalah suatu rahmat"
Adapun perbedaan antara ketiga orang tersebut ialah.
Orang pertama berkata:
"أنا أحب الموت شوقا للقاء ربي وحبيبي"
"Aku suka meninggal dunia, karena rindu ingin bertemu tuhanku dan kekasihku yang kekal."
Orang kedua berkata:
"أنا أحب الحياة لعبادة ربي وطاعته"
"Aku suka hidup di dunia, karena aku ingin beribadah kepada Tuhanku dan melakukan ketaatan kepada-Nya"
Adapun orang ketiga berkata demikian:
"أنا لا أختار، بل أرضي بما يختار لي ربي، إن شاء أحياني وإن شاء أماتني"
"Aku tidak memilih, akan tetapi aku ridha dengan apa yang telah dipilihkan oleh Tuhanku. Jika Tuhanku berkehendak, Tuhanku akan membuatku hidup dan membuatku meninggal"
Ketiga pendapat yang telah dikemukkan tersebut sangat bertolak belakang, akan tetapi tujuannya tetap sama yaitu Allah SWT.
Adapun ketiga orang sholih tersebut yang paling utama adalah orang ketiga, yaitu orang yang ridho atas apa yang telah dikehendaki Tuhan. Karena dengan ridha tersebut, seseorang akan merasakan kelezatan iman. Ketika orang telah merasakan lezatnya iman, berarti telah merasakan sempurnanya iman. Hal ini sesuai dengan hadist yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitabnya nomor 34. Bahwa Rasulallah SAW bersabda:
ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولا
"Seseorang akan merasakan manis/lezatnya iman apabila ia ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, dan Islam sebagai Agamanya dan Nabi Muhammad sebagai Utusan-Nya."
Penulis adalah santri aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa jurusan Bahasa & Sastra Arab di UIN Maliki Malang.