Shalat malam akan menjadi cahaya bagi seorang mukmin di akhirat kelak nanti. Adapun seorang pencari ilmu hendaknya tidak meninggalkan shalat malam setiap harinya. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa sholat malam adalah bentuk ibadah yang sangat tinggi nilainya setelah sholat maktubah. Diceritakan dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW pernah ngendikan bahwa “sebaik-baiknya sholat, setelah sholat fardhu adalah sholat tengah malam (sholat tahajud)” HR. Muslim.
Pernah dikisahkan bahwa “nanti, ketika yaumul qiyamah, manusia dikumpulkan dalam suatu tempat. Ditanya, “dimana orang-orang yang selalu bangun di malam hari untuk sholat?”. Lalu bangkitlah mereka, dengan jumlah yang sedikit, kemudian digiring masuk surga tanpa hisab. Kemudian, manusia diperintahkan untuk diteliti perbuatannya”. Dalam banyak riwayah, Rasulullah menekankan sekali perlunya seorang hamba untuk melakukan sholat malam. Dalam hadist nabi yang diriwayahkan at-Turmudzi dikatakan, “lakukanlah sholat malam. Sesungguhnya, itu adalah kebiasaan orang sholeh sebelum kamu. Sebuah cara mendekatkan kepada-Nya, pelebur dosa, dan mencegah dari kemaksiatan”.
Adapun pelaksanaan sholat malam yang paling utama adalah setelah paruh malam. Ini merupakan bentuk kesantunan. Sebab, waktu-waktu awal adalah masa para pembesar ilahiyah menghadap ke hadirat-Nya. Sedangkan orang biasa seperti halnya kita, yang penuh dosa dan kesalahan, tidak pantas menghadap-Nya pada masa itu. Syekh Ali al-Khowash bila datang pertama di masjid juga demikian. “orang seperti aku ini tidak pantas masuk ke Hadirat Ilahy pada golongan awal, aku masuk belakangan saja”.
Terakhir, bila seseorang merasa berat dan malas untuk bangun malam, maka segeralah untuk intropeksi diri; apakah ada kesalahan atau dosa yang pernah dilakukan; dosa batin, seperti ujub, hasud, maupun iri dengki. Segeralah bertaubat. Jika bertaubat dengan sunguh-sungguh, akan lebur dosanya dan bersih jiwanya, sehingga tidak ada lagi yang menghalangi niatnya untuk hadir menghadap Allah swt. Wallahu a'lam bishawab.
*) Disarikan dari pengajian KH. Ahmad Arif Yahya
Tim redaksi website PPMH