Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah ini merupakan salah satu kitab kuning klasik karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar. Salah satu ulama yang mengumpulkan hadis sebanyak 40 hadis. Beliau lebih masyhur dengan sebutan Imam Al-‘Ushfury. Ushfury sendiri bermakna burung kutilang. Burung yang menjadi bagian cerita dalam hadis yang pertama.
Untuk menguatkan pemahaman terhadap hadits yang disampaikan dalam kitab ini, maka pengarang selalu menyertakan hikayat atau cerita nyata pada setiap haditsnya, penyertaan hikayat tersebut tentunya yang berhubungan dengan hadits tersebut. Ada kalanya hikayat dalam Kitab Ushfuriyah ini bersumber dari hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam, ada pula yang bersumber dari atsar (perkataan para sahabat).
Hadits Pertama : Kasih Sayang Allah Terhadap Penyanyang Hambanya
Dari Sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمٰنُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الْاَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
Artinya: Orang-orang yang penyayang akan dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta'ala, belaslah pada makhluk di muka bumi, maka penduduk langit akan merahmatinya.
Hadits ini masyhur dikenal dengan sebutan hadits musalsal bil awwaliyyah. Artinya, banyak para Ulama hadits mengijazahkan hadits itu beserta sanad periwayatan kepada muridnya sebagai hadits pertama, dan sebelum menyampaikannya, ia menyatakan: “Ini adalah hadits pertama yang aku riwayatkan dari guruku”. Secara berantai, murid berikutnya nanti akan menyatakan juga kepada muridnya: “Ini adalah hadits pertama yang aku riwayatkan dari guruku”. Demikian seterusnya.
Hal itu seakan-akan memberikan isyarat bahwa landasan utama ajaran Islam dalam muamalah adalah menebar kasih sayang kepada segenap makhluk. Dasar penyampaian ilmu adalah karena kasih sayang.
Berbuat baik pada penduduk bumi, baik pada sesama manusia atau pada makhluk lain merupakan perintah dari agama. Saat kita berbuat baik pada sesama manusia atau pada makhluk lainnya, maka para malaikat (penduduk langit) akan mendoakan kebaikan untuk kita. Para malaikat juga akan merahmati kita dengan caranya sendiri, yaitu dengan memohonkan ampun untuk kita. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam QS. Asy-Syuro (42) : 5;
تَكَادُ السَّمٰوٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِمَنْ فِى الْاَرْضِۗ اَلَآ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya: Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Dalam kitab ini dijelaskan, setelah wafatnya Sayyidina Umar Radhiyallahu anhu, beliau datang pada mimpi para ulama. Dalam mimpi tersebut terjadi dialog antara beliau dengan para ulama. Beliau ditanyakan tentang amalan apa yang mendapatkan ampunan dan belas kasih Allah Subhanahu wa ta'ala ? Apakah kerena kemurahan hati beliau, keadilannya, atau yang lainnya?
Jawaban beliau bikin heran para ulama tersebut. Ternyata bukan itu semua yang menjadi penyebab turunnya rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala. melainkan kasih sayangnya dulu (belas kasih) pada seekor burung kutilang yang dibuat mainan oleh anak kecil waktu di dunia, sehingga di akhirat mendapatkan kasih sayang dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
Pada cerita kedua, salah satu ahli ibadah dari Bani Israil tidak tega melihat kaumnya kelaparan karena berada di musim paceklik. Sedangkan ia tidak punya apa-apa untuk diberikan pada mereka. Ia melihat tumpukan pasir, dalam benaknya andaikan pasir ini berubah jadi tepung, maka aku akan sedekahkan untuk mereka (kaum) agar terbebas dari kelaparan.
Apa yang ia dapatkan dari rasa iba pada saudaranya walaupun hanya berandai-andai? Allah Subhanahu wa ta'ala. langsung mewahyukan pada salah satu nabi-Nya (Bani Israil) di kala itu bahwa orang tersebut mendapatkan pahala (ganjaran) diimpikan. Sebagaimana termaktub dalam Kitab Ushfuriyah;
فمن رحم عباد الله يرحمه الله تعالى فإن ذلك العبد لما رحم عباد الله بقوله لو كان هذا دقيقا لأشبع الناس فوجد الثواب كما فعل
Artinya: barang siapa menyayagnig hamba hamba Allah , maka Allah akan menyayanginya, karena orang tersebut ketika menyayangi hamba-hamba Allah dengan ucapannya jika ini adalah tepung akan mengenyangkan manusian, maka ia mendapat pahala seperti jika ia melakukan.
Oleh karena itu, marilah berbuat baik di muka bumi ini. Saling membangun dan memupuk kebaikan, bukannya menebar kebencian dan menyalakan api kehancuran. Melaksanakan Kebajikan dan menyebarkannya, karena semua amalan akan tetap diperhitungkan kelak. Wallahua’lam
Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.