Salah satu bulan yang paling utama dalam kalender Islam adalah Muharram. Kata Muharam sendiri, berasal dari kata yang diharamkan atau dipantang dan dilarang. Ini bermakna pelarangan untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Secara etimologis Muharam berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Makna bahasa ini memang tidak terlepas dari realitas empirik dan simbolik yang melekat pada bulan tersebut.
Dalam kalender Islam (Hijriyah), bulan Muharram merupakan bulan pertama. Urutan tersebut bukan berarti tanpa alasan, karena pada kenyataannya terdapat banyak keistimewaan yang ada di dalamnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan tentang keutamaan dan keistimewaan yang dimilikinya. Salah satunya adalah hadis yang tercantum dalam kitab Shahih al-Bukhari:
الزَّمَانُ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ وَذُو الحِجَّةِ وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ، الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Artinya : “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ummat Islam memiliki waktu khusus dalam menyambut tahun baru. Tak hanya perlu memperbanyak salawat dan zikir, terdapat banyak amalan yang bisa dilakukan ketika tahun baru Islam akan masuk.
Shekh Abdul Hamid dalam kitabnya menyebutkan, jika terdapat 10 amalan yang dapat dilakukan saat Bulan Muharam yaitu ziarah, puasa asyura, menjenguk orang sakit, silaturahmi, membuat celak mata, mandi, sedekah, memotong kuku, menambah nafkah keluarga serta membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 1.000 kali. Namun di antara seluruh amalan tersebut, terdapat amalan yang paling dianjurkan yakni puasa sebagaimana yang termaktub dalam hadits
“Seorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang paling utama?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharam.” (HR Ibnu Majah).
Puasa yang dimaksud ini adalah puasa Tasua serta Asyura. Dua jenis puasa tersebut hukumnya sunnah, serta dianjurkan untuk dilakukan kepada seorang muslim. Kendati jika tidak melakukannya tidak mendapat dosa.
Sementara itu, tanggal 1 Suro yang dikenal sebagai hari sakral masyarakat Jawa merupakan hari pertama pada kalender Jawa. Tentu tidak jauh berbeda dengan pemaknaan 1 Muharam bagi umat Islam.
Dilansir dari NU Online, kata 'suro' berasal dari kata 'asyura' dalam bahasa Arab. Hal ini pertama kali diinisiasi oleh Sultan Agung, pemimpin Kerajaan Mataram Islam. Ia menggabungkan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka. Dinamakan Suro karena tujuannya agar perayaan tahun baru umat Islam dapat digelar secara bersamaan dan menjadi cara untuk mempersatukan masyarakat Jawa yang terpecah.
Pada malam ini masyarakat Jawa akan melakukan beberapa tradisi dan ritual dalam menyambut satu suro. Seperti di Solo, perayaan satu suro diadakan dengan adanya hewan khas kebo bule. Bukan sembarang kerbau, melainkan kebo kramat dan termasuk pusaka penting milik kraton. Sedangkan di Yogyakarta, malam satu suro digunakan untuk membersihkan benda pusaka seperti keris.
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling di sini memiliki arti manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sementara waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.
Terlepas dari itu, sejatinya, tradisi malam satu suro adalah untuk ketentraman batin dan keselamatan. Sehingga pada malam ini dilakukan ritual pembacaan doa dari semua umat beragama. Hal ini juga bertujuan agar mendapatkan berkah dan dapat menangkal datangnya marabahaya. Wallahua’lam
Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.