Satu Tetes Darah Qurban, Sejuta Kebaikan

Jumat, 30 Mei 2025, 23:10 WIB
Satu Tetes Darah Qurban, Sejuta Kebaikan
https://pin.it/KaGN46Ruf

Saat ini kita tengah berada di awal bulan Dzul Hijjah. Bulan ini bukan bulan biasa; ia menyimpan limpahan keberkahan dan peluang emas untuk meraih pahala yang berlipat-lipat. Di antara amalan yang sangat dianjurkan adalah berpuasa di sepuluh hari pertama, termasuk puasa Tarwiyah dan ‘Arafah yang pahalanya luar biasa. Tak kalah penting, kaum Muslimin juga diseru untuk melaksanakan shalat Idul Adha, menghidupkan gema takbir di seluruh penjuru, dan tentu saja melaksanakan ibadah qurban sebagai bentuk ketundukan kepada Sang Pencipta.

Fokus utama tulisan ini adalah mengulas fadhilah (keutamaan) dari ibadah qurban. Di balik setiap tetes darah hewan yang disembelih, ada makna keikhlasan, ketakwaan, dan kepedulian yang mendalam. Ibadah ini bukan sekadar menyembelih, tetapi menyimbolkan kesediaan seorang hamba untuk berkorban demi menaati perintah Allah SWT, sebagaimana kisah agung Nabi Ibrahim alaihimas salam dan putranya, Ismail ‘alaihimas salam.

Qurban berasal dari kata qarraba-yuqarribu-qurbaanan yang berarti "dekat". Dengan berqurban seorang muslim membuktikan kedekatannya kepada Allah SWT. Rasulullah SAW mengingatkan, "Barangsiapa memiliki kemampuan berqurban tetapi tidak melaksanakannya, janganlah dekat-dekat dengan tempat shalat kami" (H.R. Ahmad, Ibnu Majah dari Abi Hurairah).

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa diberikan rezeki yang banyak namun tidak berqurban, silakan jika mau ia mati dalam keadaan Yahudi atau Nashrani." Atas dasar inilah sebagian ulama menganggap wajib menyembelih qurban. Namun jumhur (mayoritas) ulama menyatakan bahwa hukum berqurban adalah sunnah mu'akkadah; sunnah yang sangat diperintahkan. Diharapkan jangan sampai seorang muslim meninggal dunia sebelum sempat berqurban. Di antara keutamaan menyembelih hewan qurban antara lain:

  1. Pahala Berlimpah

Wahab bin Munabbih, seorang sahabat Nabi yang sebelumnya memeluk agama Nashrani, pernah bercerita tentang Nabi Dawud AS yang bertanya kepada Allah SWT, "Ya Tuhan, berapa pahala orang yang berqurban dari umat Nabi Muhammad SAW?" Allah pun menjawab, "Aku memberi pahala kepadanya, setiap bulu dari badannya (bulu hewan qurban) 10 kebaikan, Kuhapus 10 kejelekannya, dan Kunaikkan 10 derajat. Akan Kubangunkan sebuah mahligai di surga, Kuberikan kepadanya seorang puteri dari bidadari nan cantik jelita, dan kendaraan bersayap yang berkecepatan tinggi satu kali langkah sejauh mata memandang. Itu adalah kendaraan penduduk surga, dia (orang yang berqurban) boleh terbang dengan kendaraan itu sesukanya. Perlu kamu ketahui juga hai Dawud, bahwa hewan qurban itu menjadi kendaraan, dan bertindak sebagai pengaman dari malapetaka kelak di hari Kiamat" (Dari Kitab Zahratur Riyadi dalam Durratun Nashihin: 1109).

Sayyidina Ali mengatakan, "Barangsiapa berangkat dari rumahnya hendak membeli hewan qurban, maka setiap langkahnya memperoleh 10 kebaikan, dan dihilangkan 10 kejelekannya, dinaikkan 10 derajat. Apabila ia berbicara dianggap bertasbih, dan ketika membayarkan ongkosnya, setiap dirhamnya memperoleh 700 kebaikan. Ketika meletakkan hewan itu di atas tanah untuk disembelih, maka Allah menjadikan setiap tetes darahnya itu malaikat sejumlah 10 orang malaikat yang selalu beristighfar untuknya hingga Kiamat tiba. Pada waktu daging dibagikan, maka setiap potongnya sama dengan pahala memerdekakan seorang budak dari keturunan Nabi Isma'il AS (Jawahir Zadah:1108).

  1. Amalan Paling dicintai Allah SWT

Imam Turmudzi meriwayatkan hadits dari A'isyah RA. yang mendapatkan wejangan langsung dari suaminya, Nabi Muhammad SAW. Beliau mengatakan "Tidak ada amal ibadah yang dilakukan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha, yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu nanti pada hari Kiamat akan datang lengkap dengan kaki, tanduk, dan kepalanya. Darahnya, sebelum menetes bumi diterima Allah dan dicatat-Nya (sebagai amal shalih). Karena itu ikhlaskan hatimu dan gembirakan hatimu ketika menyembelih hewan qurban."

  1. Perwujudan Ibadah Sosial

Kualitas keimanan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kesungguhannya dalam ibadah ritual semata, seperti shalat, puasa, haji, wiridan, dan sebagainya, tetapi juga sejauh mana ibadah tersebut diimbangi oleh semangat kesungguhan dalam membangun kepekaan sosial. "Barangsiapa tidak memperhatikan urusan umat Islam, maka ia tidak termasuk kelompok kami," tegas Nabi SAW dalam salah satu sabda beliau.

Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa sosok muslim sejati adalah orang yang muslih li nafsihi (mampu memperbaiki dirinya sendiri) sekaligus muslih li ghairihi (mampu memperbaiki orang lain). Manusia seperti itulah yang berjuang di jalan Allah dengan mentransformasikan keshalihan ritualnya menjadi shalih secara sosial. Bentuk perwujudan ibadah sosial di bulan Dzul hijjah yang utama adalah menyembelih hewan qurban. Daging hewan qurban tidak dimakannya sendiri, melainkan diberikan kepada orang lain yang tidak mampu. Mereka yang setiap harinya makan dengan lauk pauk seadanya, maka pada bulan ini bisa bersenang hati menikmati daging qurban.

  1. Ibadah Tertua

Ibadah qurban termasuk di antara ibadah-ibadah tertua yang diperintahkan Allah SWT. Ibadah ini sudah dimulai semenjak dari Nabi Adam AS. Di dalam Al-Qur'an Allah menceritakan dua putera Adam AS.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّل مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

“Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa “.(Q.S Al-Maidah: 27)

Menurut Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan beberapa sahabat lain, ayat tersebut menjelaskan tentang dua putera Nabi Adam AS yang berkompetisi dalam mempersembahkan qurbannya di hadapan Allah SWT. Yang pertama adalah Habil, seorang penggembala. Sedangkan yang kedua bernama Qabil, seorang petani. Habil memilih kambing yang gemuk dan sehat. Ia mempersembahkannya kepada Allah dengan senang hati. Sementara Qabil memilih hasil pertanian yang tidak berkualitas dan tidak berharga. Allah SWT memberi isyarat kepada Adam dan Hawa bahwa persembahan Habil diterima Allah SWT, sedangkan dari Qabil ditolak. Menurut satu riwayat, zaman dahulu apabila qurban diterima Allah SWT, datanglah api dari langit membakar qurban, hangus dan habis. Itulah isyarat diterimanya qurban. Lain halnya dengan yang tidak diterima, qurban persembahan tetap berada di tempat semula, tidak terbakar, tidak juga habis. Karena merasa qurbannya ditolak oleh Allah SWT, Qabil pun dengki kepada saudaranya. la mengancam untuk membunuh Habil. Tetapi Habil mengingatkan "Yang diterima oleh Allah hanyalah dari orang yang bertakwa." (Shafwatut Tafasir).

Di akhir tulisan ini penulis, menghimbau kepada yang memiliki kelapangan rezeki untuk sudi kiranya menyumbangkan sebagian hartanya guna beribadah menyembelih hewan qurban. Bagi yang belum mampu berqurban, semoga Allah SWT berkenan memberikan keluasan rizqi supaya mampu berqurban di lain kesempatan.

Wallahua’lam’

*Dikutip dari buletin Al-Huda oleh: Muhammad Ato’illah, S.PD

keutamaan qurban  gading pesantren  Amalan di Bulan Dzulhijjah 
Moh Rofiq Sholehudin

Penulis adalah santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa Jurusan Sastra Arab di Universitas Negeri Malang.

Bagikan