(1)
Kejantanan dalam diri tidak bersemayam, meski telah ditebasnya pada patung-patung kepala batu
Meski berkobar api menjilatinya, tubuhnya
Karena tak cukup, jika kuat dan berani adalah ia, manusia yang diutus merindu;
sampai berakhir dalam rangkuman waktu sepuluh-lebih windu
(2)
Ismail pun terlahir
di sebuah negeri suci, pangkal keyakinan agama-agama, dan tanah subur biang lestari
Tapi Ibrahim pergi
Sebab
menepikan Ismail serta ibunya di tempat berpasaknya gulungan pasir dan ketajaman angin,
adalah titah-Nya
Tangis, takut, kecewa bercampur nyawa Ismail itu mengaduh
dalam kalbu yang dahaga,
dan pencarian
antara shofa-marwa
antara shofa-marwa
(3)
Dialah Ismail, putra yang berteman hampa ia nantikan
Yang dengan tangis ia tepikan bersama sang Ibu dan sekujur debu
"Wahai, anakku. Aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?"