Puisi-puisi Arif Rahman: Mahkota Mawar Terakhir

Senin, 11 Des 2023, 09:23 WIB
Puisi-puisi Arif Rahman: Mahkota Mawar Terakhir
Mawar Terakhir

Mahkota Mawar Terakhir

 

Cukuplah, berikan ucapan ‘terima kasih’ kalian

dengan cara-cara bahagia:

mengeringkan airmata,

melayangkan doa-doa—membuatnya terbang seperti awan,

dan tetap melanjutkan membaca ayat-ayat Tuhan,

sebab karena itu lah, kalian pantas

disebut bunga dunia terakhir yang siap mekar.

 

Tak perlu risau, di sini,

di tempat aku meninggalkan raga:

aku berkumpul

bersama dewi-dewi surga.

Dan aku di antara mereka,

mengenakan mahkota.

 

Malang. 2023

 

 

 

Pencurian

 

Waktu,

kau bawa ke mana satu tahunku setiap tahun?

 

2022

 

 

 

Seribu Bayangan Nelson

: Efek Mandela dan kepulangannya

 

Meski di sudut alam sana

mereka berkata: daun-daun tua meranggas di samping dinding penjara,

di antara sipir, jeruji, dan sekumpulan orang bermata hitam.

Tapi di alam yang sebenarnya,

kau justru menggugurkan daun-daun itu di bilik penenang,

di kediaman berpekat mata kebaktian

 

Menepis segala alam yang hadir berkabar

—tentang di mana mata terakhirmu melambai,

menata salam akhir, dan akhir perjuangan lain,

hari itu sejuta bunga berlinang gigil air-air takdir

 

Mereka tak mengenalmu selain pembawa surga,

bagi sebentang tanah lapang

Sebelum nasib tanah itu penuh kabung

-dari pembawa api; pemeluk kursi

-dari pengadu tanah lagi dua kulit suci

 

Namun tetap ingatlah,

dari beribu alam mana pun kau dikabarkan datang dan pulang;

visus nirwana kan senantiasa mencari—memburumu ke mana pun

 

Selamat dibelai Tuhan, Nelson

Alam, 1980 dengan 2013

 

 

 

 

 

 

 

Sastra  Puisi Santri  Puisi  Pondok Pesantren Gading  Pondok Gading  gading pesantren  #puisi #gadingpesantren38 #sastra #sajak 
M. Arif Rahman Hakim

Penulis adalah manusia seperti pada umumnya.

Bagikan