Mahkota Mawar Terakhir
Cukuplah, berikan ucapan ‘terima kasih’ kalian
dengan cara-cara bahagia:
mengeringkan airmata,
melayangkan doa-doa—membuatnya terbang seperti awan,
dan tetap melanjutkan membaca ayat-ayat Tuhan,
sebab karena itu lah, kalian pantas
disebut bunga dunia terakhir yang siap mekar.
Tak perlu risau, di sini,
di tempat aku meninggalkan raga:
aku berkumpul
bersama dewi-dewi surga.
Dan aku di antara mereka,
mengenakan mahkota.
Malang. 2023
Pencurian
Waktu,
kau bawa ke mana satu tahunku setiap tahun?
2022
Seribu Bayangan Nelson
: Efek Mandela dan kepulangannya
Meski di sudut alam sana
mereka berkata: daun-daun tua meranggas di samping dinding penjara,
di antara sipir, jeruji, dan sekumpulan orang bermata hitam.
Tapi di alam yang sebenarnya,
kau justru menggugurkan daun-daun itu di bilik penenang,
di kediaman berpekat mata kebaktian
Menepis segala alam yang hadir berkabar
—tentang di mana mata terakhirmu melambai,
menata salam akhir, dan akhir perjuangan lain,
hari itu sejuta bunga berlinang gigil air-air takdir
Mereka tak mengenalmu selain pembawa surga,
bagi sebentang tanah lapang
Sebelum nasib tanah itu penuh kabung
-dari pembawa api; pemeluk kursi
-dari pengadu tanah lagi dua kulit suci
Namun tetap ingatlah,
dari beribu alam mana pun kau dikabarkan datang dan pulang;
visus nirwana kan senantiasa mencari—memburumu ke mana pun
Selamat dibelai Tuhan, Nelson
Alam, 1980 dengan 2013
Penulis adalah manusia seperti pada umumnya.