Selendang Pertama Nabi
bagi 59 Bait Banat Suad
—Ka’ab bin Zuhair
sekandung darah berkirim surat, nyawa
berada di tapal antara cemas dan syahwat.
tak ada nama suku yang dapat menyimpan
tubuhmu di tahun-tahun pasca perang batu.
waktu perburuan akan segera meringkusmu
bunyi surat itu, menyusuplah selekas deru.
pendosa tak sepenuhnya dilenyapkan di bawah kiswah, pada
daftar pencarian serta penebusan, sebelum cadar hitam yang
samar dan asing itu disingkap dan suara di baliknya berkata:
kekasih ilah, sungguh puisi menggerusku dari masa lalu.
dalam persaksi menderas puisi
seperti cara mendaras kitab suci.
2023
Di Hadapan Kakbah
—Abdullah bin Rawahah
dataran tinggi di lembah suci
satu kekasih begitu sabar menanti
penuh cemas dan sedikit berhati-hati
para utusan yang tiba setengah sembunyi
seusai baiat rahasia itu, ia membaktikan dirinya pada kata
mengabdikan ternak puisinya di sekeliling dinding kakbah
membacakan puisi ketika tawaf, di kecamuk pertempuran
di saat napas tinggal sehela jelang kematian sebagi martir
barangkali dua ratus ribu musuh tak mengerdilkan nyali
saat ia berorasi menentang kegelisahan sepenuh berani
sungguh ilah kami menguatkan puisimu ihwal firasat
terang jalan cahaya setiap gulita yang sesat
2023
Satu Puisi Lagi
—Umayyah bin Abi as-Shalt
ia menyimpan dan menyitir
meski hatinya nampak getir
telah terang penanda dari surat taurat dan injil
ia yang melakukan perjalanan ke arah selatan
demi seorang rahib yang mengabarkan berita
—sungguh telah tercatat namanya
ia menduga karibnya menjadi utusan akhir
—tetapi itu menentang takdir
dalam sebuah perjalanan tanpa bunyi
darinya, beri aku satu puisi
lagi dan lagi, pinta sang nabi.
2023
Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Biografi singkat tentang dirinya termaktub dalam buku: Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017); Ensiklopedia Penulis Sastra Indonesia di Provinsi Banten (Kantor Bahasa Bante