Demi masa yang sedingin pagi, kita miliki
Demi masa yang terhitung dan tersimpul rapi, dalam ikatan yang kita bikin sendiri
Demi masa yang akan datang, dan kejatuhan kita yang niscaya di masa silam
Demi masa yang detiknya terus menghukum usia
Dan demi waktu
Kita tahu, yang senantiasa adalah kehilangan gugusan pohon seperjalanan itu
Tiga puluh tiga tahun sudah menjadi penantian, sebelum perhentian paling akut itu menjelang, meregang mereka, di Ninawa
Tiada penantian lagi untuk pergi
Tapi, tidak ada laut yang bisa ditentukan
Badai perasaan pun senantiasa menambah panjang daftar keadaan
"Kapal ini kelebihan beban!"
Harus ada persembahan
"Rangkum semua nama. Undian adalah cara paling fitrah."
Tapi Tuhan tidak bermain dadu
Yunus Ibn Matta
Yunus Ibn Matta
Yunus Ibn Matta
Hanya kerelaan, yang menjadi bekal di kedalaman
Demi Tuhan Yang Esa tubuh ini kujatuhkan di antara bulir udara dan keyakinanku atas kehendak-Nya
Semua menyaksikan
Ia jatuh disambut Nun dan tiga kegelapan bersama lautan rahasia
Sampai 40 hari lamanya,
di lambung sang ikan, kerendahan lafadz dan kumandang seorang utusan menyentuh gema dan rindu
Dalam gema dan rindu