Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Barat

Sabtu, 17 Nov 2018, 03:22 WIB
Nabi Muhammad SAW dalam Pandangan Barat
Shalawat

Saat ini umat Islam tengah memasuki bulan Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah. Umat Islam sangat memuliakan bulan tersebut, karena merupakan bulan bersejarah. Bulan ketika lahir seorang pemimpin besar, pemberi syafaat ‘udzma di Hari Akhir kelak, yang namanya disandingkan dengan Allah Swt., yaitu Nabi Muhammad Saw. Gaung maulid (hari kelahiran) beliau sudah bergema di mana-mana. Mulai dari ceramah-ceramah, pembacaan Barzanji (biografi Nabi Saw.), pelantunan Diba’ (puisi-puisi pujian tentang Nabi Saw.) dan shalawat Nabi, serta berbagai kegiatan lain yang inti tujuannya memuliakan dan mencintai Nabi terakhir itu. Dalam rangka berpartisipasi memuliakan maulid itulah, berikut akan diuraikan tulisan tentang sejarah singkat Nabi Muhammad Saw. dan pandangan orang-orang non Islam, khususnya Barat terhadap Beliau.

Sekilas Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sebelum datangnya agama Islam, tanah Arab dihuni suku-suku yang suka berperang. Pertentangan berlangsung selama beberapa generasi, dan kadang-kadang memuncak dalam pertarungan berdarah sehingga ratusan jiwa melayang. Kemusyrikan menguasai kehidupan bangsa Arab, dan rumah suci Tuhan yang dibangun Nabi Ibrahim as. dipenuhi oleh ratusan patung dewa sesembahan. Mereka mempunyai pandangan keliru, dan demi martabat mereka tega membunuh anak-anak perempuannya sendiri secara ganas. Masyarakat Arab telah jatuh pada tingkat yang terendah, feodalisme mencapai puncaknya, dan orang miskin ditekan serta dieksploitir dengan kejam. Tidak ada keadilan bagi si lemah, dan pepatah “kekuasaan adalah kebenaran” berlaku di mana-mana.

Dalam situasi kegelapan yang meliputi jazirah Arab saat itu, muncullah suatu sinar terang dengan lahirnya Nabi Muhammad Saw. Belum pernah ada, baik sebelum maupun sesudahnya, seorang yang ditempatkan dalam situasi penuh pertentangan tetapi berhasil membersihkan masyarakatnya dari aneka ragam kejahatan, kecuali Nabi Muhammad Saw. Bahkan masyarakatnya diberinya bentuk baru yang lebih sehat sehingga mempengaruhi proses sejarah modern dan sejarah masa depan. Ajaran beliau yang praktis telah mengubah suku bangsa biadab menjadi orang-orang beradab, menyebabkan timbulnya revolusi paling hebat dalam sejarah manusia. Beliau adalah seorang yang saleh, nabi terakhir dan terbesar, ajaran-ajarannya bersifat universal, berlaku universal serta untuk sepanjang masa.

Nabi yang dianugerahi mukjizat terbesar berupa Al-Qur’an itu lahir di Makkah 571 Masehi. Beliau keturunan keluarga bangsawan Arab, yaitu Banu Hasyim dari suku Quraisy, suku elit yang dipercayai memelihara Ka’bah yang dibangun Nabi Ibrahim as. dan putranya, Isma’il as. Ayah beliau bernama Abdullah adalah anak bungsu dari kakeknya, Abdul Muthalib, penjaga Ka’bah. Abdullah meninggal dunia sebelum putranya lahir. Sedang ibu beliau, Sayyidatuna Aminah meningal enam tahun kemudian. Orang terbesar, sangat dermawan dan Rasul Allah yang terakhir ini mangkat pada 12 Rabiul awwal, 11 Hijriah atau 632 Masehi. Beliau telah melaksanakan tugas dengan sempurna.

Bagi kita, tentunya sudah sepantasnya mengakui kebesaran, ketokohan, kedermawanan, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw. Bahkan kita diperintahkan oleh Allah untuk mencintai dan mengikuti perilaku beliau. Beliau, oleh Allah Swt. dijadikan sebagai manusia ideal yang patut dicontoh. Firman-Nya: ”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian” (Q.S. Al-Ahzab: 21). Tetapi, jika ada pakar non Islam —dalam hal ini orang-orang Barat— yang mau mengakui kebesaran beliau, tentu kita sebagai umat beliau patut bangga dan lebih mencintai beliau, karena kita yang lebih berhak untuk mencintainya.

Pandangan Barat

Dalam buku The Lagacy of Islam (warisan Islam), David Santillana menulis: “Nabi mengutarakan kata-kata yang mempesona dalam hubungan bertetangga: ‘Berbuat budilah engkau dengan tetanggamu. Tariklah selubung dari mukanya. Hindari pertengkaran. Perhatikan dia dengan kasih sayang; jika dia berbuat jahat maafkanlah dia. Jika dia berbuat baik kepadamu, ucapkanlah terima kasih kepadanya.’ ”

Pengarang Inggris terkenal, George Bernard Shaw dalam suratnya kepada Najmi Saqib dari Cyprus mengakui ajaran-ajaran Nabi Muhammad Saw. tentang kedudukan perempuan. Beliau tidak membiarkan anak-anak perempuan mati kedinginan dan kelaparan, dan berbuat baik kepada hewan. Semuanya “jauh lebih maju dari pemikiran Kristen, bahkan dari pemikiran modern sekalipun.”

Sejarawan Barat terkenal, Edward Gibbon menyatakan: “Hal yang baik dari Muhammad ialah, beliau membuang jauh kecongkakan seorang raja. Rasul Allah itu melakukan kerja kasar di rumah; menyalakan api, menyapu lantai, memerah susu sapi, dan memeperbaiki sendiri sepatu dan baju-baju wol beliau. Beliau meremehkan penebusan dosa dan manfaatnya bagi seorang pertapa, tetapi sebagai seorang Arab dan prajurit yang suka berpuasa, beliau melakukannya dengan mudah. Pada saat-saat khidmat, para sahabat dijamu dengan keramahtamahan dan makanan yang melimpah; meskipun kehidupan di rumah beliau sendiri selama berminggu-minggu berlalu tanpa ada api menyala di tungku.”

“Nabi Muhammad Saw. adalah seorang yang jujur dan setia,” kata Thomas Carlyle, “jujur dengan apa yang beliau katakan, dengan apa yang beliau ucapkkan, dan dalam hal apa yang beliau pikirkan. Beliau bersungguh-sungguh; seorang yang tidak suka bicara, lebih senang berdiam diri apabila memang tidak ada yang harus dikatakan, tetapi selalu bicara akan apa yang relevan, bijaksana, dan jujur, selalu membuat masalah menjadi jelas.”

Washington Irving mengatakan: “Kualitas intelektual beliau, tak pelak lagi, sangat luar biasa. Cepat mengerrti, ingatannya kuat, daya imajinasinya hidup, dan jenius yang berdaya cipta. Berbagai kemenangan di lapangan kemiliteran tidak membuatnya bangga atau congkak, karena kemenangan-kemenangan tersebut bukan untuk kepentingan diri sendiri. Dalam masa kebesaran kekuasaan beliau, tetap saja dipertahankan tata cara penampilan yang sederhana persis seperti masa-masa sulit sebelumnya. Itulah sebabnya mengapa beliau tidak senang apabila pada waktu memasuki ruangan, kepadanya diberi penghormatan yang berlebihan. Seandainya kekuasaan dunia yang diinginkan, hal itu dialihkan: karena kekuasaan yang tumbuh dalam tangan beliau digunakan tanpa menonjolkannya, sehingga sepi dari prakarsa untuk mengekalkan kekuasaan itu dalam keluarga beliau.”

Dalam bukunya, Histoire de la Turqui, Lamertine menyatakan: “Muhammad adalah seorang ahli filsafat, orator, Rasul, pembuat undang-undang, prajurit, penemu ide-ide, orang yang mengembalikan dogma nasional, seorang kultus tanpa bayang-bayang; pendiri 20 kerajaan dunia. Kalau saja ada standar untuk mengukur kebesaran seseorang, lalu kita bertanya adakah orang lain yang lebih besar dari Muhammad?”

“Tidaklah mungkin,” kata Ny. Annie Bessant, “bagi siapapun juga yang mempelajari kehidupan dan watak Nabi Arab yang besar itu, tahu bagaimana beliau hidup untuk merasakan apa saja, kecuali rasa hormat. Walaupun ucapan saya ini sudah berulang kali sehingga Anda mengenalnya dengan baik, tetapi setiap kali saya baca lagi kalimat-kalimat tersebut, serlalu saja timbul perasaan hormat terhadap pemimpin Arab yang perkasa itu.“

Dr. Johnson, seorang penulis dan kritikus sastra Inggris terkenal mengatakan: “Wataknya yang sungguh-sungguh mempunyai nilai sejarah, sifat kemanusiaannya sederhana yang senantiasa minta dianggap sebagai manusia biasa di antara manusia-manusia lainnya; pandangannya realistis menghindari semua sifat mistik yang tidak masuk akal, sangat demokratis dan memiliki ide universal tentang adanya kerajaaan Ilahi membuatnya memahami hubungan antara manusia; daya imbauannya bersifat etis, sehingga semuanya itu menyatukan Muhammad dengan dunia modern…………..”

Penulis Inggris, Robert Briffault yang menghargai ajaran-ajaran nabi besar Islam itu, mengatakan: “Ide kebebasan bagi semua umat manusia, ide persaudaraan antar umat manusia, ide persamaan antara semua manusia terhadap hukum dan pemerintahan yang dermokratis dengan cara konsultasi dan hak pilih yang umum, ide-ide yang mengilhami revolusi Perancis dan Deklarasi Hak-hak Manusia yang menuju kepada penyusunan konstitusi Amerika dan membakar semangat perjuangan pembebasan di negara-negara Amerika Latin, bukanlah ciptaan Barat. Ide-ide itu mendapatkan ilham dan sumber utama di dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Ide-ide itu merupakan saripati yang diperoleh para sarjana pada abad pertengahan dari Islam dalam masa berabad-abad, melalui berbagai ragam bentuk masyarakat yang berkembang di Eropa setelah Perang Salib, yaitu dengan meniru persaudaraan dalam Islam. Sangat mungkin, tanpa adanya orang-orang Arab itu kebudayaan Eropa modern tidak akan ada sama sekali. Dan dapat dipastikan pula, tanpa orang-orang Arab tentu tak dapat diperkirakan ciri-ciri yang telah memungkinkannya melebihi semua fase evolusi sebelumnya.”

(Disarikan dari buku Hundred Great Muslim karya KH. Jamil Ahmad).

Sirah Nabawi  Rubrik MIFDA  Nabi Muhammad SAW  Maulid Nabi Muhammad  Kisah Nabi 
Bagikan