Tawadhu Gus Fahmi Tebuireng: Bukan Karena Keturunan Mbah Hasyim, Tapi Berkahnya Guru

Selasa, 19 Sep 2023, 22:36 WIB
Tawadhu Gus Fahmi Tebuireng: Bukan Karena Keturunan Mbah Hasyim, Tapi Berkahnya Guru
KH Fahmi Amrullah Hadziq Alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading, Kota Malang sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang (Foto Madchan Jazuli)

Acara temu alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda PPMH Gading, Kota Malang yang bertempat di Jombang meninggalkan kesan mendalam di benak KH Fahmi Amrullah Hadziq. Menjadi tuan rumah, cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari tersebut mengaku bisa sampai seperti sekarang ini sebab mendapat berkah guru-guru di Pondok Gading.

"Alhamdulillah saya mendapat berkah, bukan karena keturunan Mbah Hasyim, tapi berkahnya guru-guru (masyayikh)," ungkap KH Fahmi Amrullah Hadziq dihadapan ratusan alumni yang hadir di Masjid Ulul Albab Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang, Ahad (17/09/2023).

Gus Fahmi (sapaan akrab beliau) tercatat mondok di Pondok Gading pada tahun 1986 sekaligus menempuh studi di IKIP Malang atau yang sekarang menjadi Universitas Negeri Malang (UM). Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang ini mengaku, pada era itu perkembangan pembangunan belum semasif sekarang. Hiburan santri paling “wah” kala itu hanya menonton bioskop yang ada di Jalan Kelud, Kota Malang.

Gus Fahmi berpesan jika ingin mulia dunia akhirat, salah satunya dengan memuliakan guru. Selama di Pondok Gading, beliau menjadi abdi ndalem sopir dari Almaghfurlah KH Abdurrochim Yahya. Ia masih teringat saat itu, mobil Kiai Rochim masih satu-satunya di wilayah Gadingkasri. Bukan karena apa-apa, Gus Fahmi berkhidmat untuk mencari berkah dengan apa yang bisa beliau lakukan selama di pondok.

"Masih ingat zaman dulu mobil kiai 1975 atau berapa saat dikendarai sudah enak. Diniati berkhidmah ke kiai. Kepingin mulia, berkhidmahlah kepada guru. Khidmah kepada kiai," pesannya.

Maka dari itu, Gus Fahmi merasa senang sekali karena masih berkesempatan memuliakan guru-guru lewat acara Temu Alumni. Beliau yakib bahwa kehadiran para kiai akan menambah berkah lokasi yang ditempati. Sebagaimana diketahui, pada acara Temu Alumni turut hadir Pengasuh PPMH Gading Malang, KH Ahmad Muhammad Arif Yahya, Gus Fuad Abdurrochim Yahya, Gus Muhammad bin KH Abdurrahman Yahya serta dzurriyah Pondok Gading lainnya, asatidz Madrasah Matholi'ul Huda PPMH, serta ratusan alumni dari berbagai daerah.

"Pengalaman yang sangat luar biasa, saya merasakan barokah mondok di Gading. Masjid ini dua kali pernah ditempati Romo Kiai, bisa mendapat barokah," tandasnya.

Berikut petikan wawancara singkat dengan KH Fahmi Amrullah Hadziq

Mondok di Pondok Gading tahun berapa?

Saya di Gading tahun 1986 sampai 1990, dan tentu selama mondok itu banyak sekali pengalaman-pengalaman yang amat menarik bagi saya. Tadi saya ceritakan bagaimana saya berusaha untuk berkhidmah dengan menjadi sopir, ternyata menjadi sopir kiai itu ada perasaan tersendiri. Katut mulyo lah. Kemudian zaman tahun 1986 belum banyak hiburan, sehingga satu-satunya hiburan santri waktu itu ya nonton Bioskop Kelud. Mungkin santri-santri zaman dahulu ya tidak cuma satu-dua yang nonton ke sana. Mungkin ya ada santri yang sering nonton walaupun dengan sembunyi-sembunyi. Tapi saya kira itu sebuah bentuk dinamika dunia santri zaman itu.

Bagaimana pandangan tentang lokasi Pondok Gading yang berada di tengah kota?

Ya memang tengah kota. Saya pikir sebagai tempat edukasi mungkin lokasinya kurang pas. Tapi untuk Kota Malang saya pikir Pondok Gading ini lokasinya strategis karena letaknya di tengah kawasan kampus. Saya waktu itu ke IKIP jalan kaki10 menit, kadang-kadang tidak sampai 10 menit. Kalau mungkin sekarang harus putar-putar.

Apa hal paling berkesan selama di pondok?

Yang paling luar biasa adalah perasaan ketika kita di pondok itu keberkahan yang kita dapatkan sekarang ini tidak terlepas dari pengabdian kita selama di pondok. Di pondok kita belajar menaati kiai, hormat pada kiai, itulah salah satu penyebab keberkahan ilmu kita.  Saat itu saya kuliah di IKIP Malang yang sekarang berganti menjadi UM jurusan Bahasa Inggris. Tapi sampai sekarang saya masih belajar bahasa Inggris. Justru lebih sering menghadiri acara silaturrahmi, istighosah, tausiyah begitu-begitu.

Yang berkesan mungkin selama saya mondok, jadi 4 tahun itu saya tidak pernah mandi di pondok. Tidak tega antri. Teman-teman hafal semua, kalau saya bawa tas pasti isinya handuk, odol, sampo, baju. Waktu itu bangunan di IKIP agak serem, jadi harus kendel.

Adakah nasihat khusus yang diberikan KH Abdurrochim?

Beliau tidak pernah memberikan pesan atau apa. Tapi memang beliau itu saya kagumi. Beliau itu walaupun kiai, tapi juga berbisnis. Ya semacam pengusahalah walaupun pengusaha saat itu bikin apa bikin apa. Tapi waktu itu satu-satunya kiai yang punya mobil ya beliau. Kiai Ahmad dan Kiai Abdurrahman belum.

Apa pesan Anda untuk santri Pondok Gading?

Pesan saya kepada santri-santri sekarang ini, keberkahan ilmu tidak terletak pada kecerdasan kita, tidak terletak pada otak kita, nilai rapot, nilai IP dan sebagainya. Tetapi keberkahan ilmu terletak pada bagaimana kita berkhidmah pada guru-guru kita. Hanya itu. Jadilah khodim. Jadilah pelayan kiai, pelayan guru yang baik. Insyaallah keberkahan pasti akan kita dapatkan.

Temu Alumni Pondok Gading  Santri Pesantren Gading Malang  Santri Gading  Pondok Pesantren Miftahul Huda  Pondok Pesantren Gading  Pondok Gading  Maulid Nabi Muhammad  KH. Ahmad Arif Yahya  KH. Abdurrahman Yahya  KH Abdurrochim Amrullah Yahya  IKA PPMH  Gus Muhammad bin Abdurrahman Yahya  Gus Fuad Abdurrochim Yahya 
Bagikan