"Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam" (Q.S. Ali Imran: 97).
Tanpa terasa umat Islam akan berada dalam bulan haji atau disebut juga bulan Dzulhijjah. Selain itu bulan ini juga disebut dengan bulan sabit. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 189 yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji."
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan kepada umat Islam yang telah mampu. Ini berdasarkan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 97 yang artinya: " Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."
Bulan yang suci dan mulia karena dalam bulan ini umat Islam yang mampu melaksanakan ibadah haji berkumpul di kota suci Makkah Al-Mukarramah atau Baitullah Al-Haram. Pada saat seperti ini, jutaan umat Islam berkumpul di sekitar Baitullah sedang meneteskan air mata, merenungi diri selaku hamba Allah yang dha'if, melepaskan kerinduan kepada Allah Rabbul Izzati. Mereka menyambut seruan Allah dengan ungkapan dan kalimat padat yang sakral. Tak henti-hentinya air mata mengalir karena perasaan yang berbaur antara haru, rindu, cemas, pesimis, dan optimis. Teringat perilaku yang silam, akan tetapi tetap ingin memperoleh ampunan.
Umat Islam akan mendapat ampunan dosa sebagaimana fiman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 158 yang artinya:" Sesungguhnya Shafa dan Marwah aadalah sebagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya, mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Menysukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui."
Selain itu, sebagaimana lafal yang mereka lantunkan: ”Labbaika Allahuma labbaik, labbaik la syarika lak, Innal hamda wanni'mata laka walmulka, la syarika lak," yang artinya "Kami sambut seruan-Mu ya Allah. Kami datang menunaikan panggilan-Mu. Kami datang ke hadirat-Mu tiada sekutu bagi-Mu. Puji nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu semata. Tiada sekutu bagi-Mu, ya Allah."
Beliau yang sedang melaksanakan ibadah haji merupakan rombongan yang mengahadap Allah Swt. Selain itu mereka adalah tamu Allah yang menurut Imam Al-Ghazali, sedang mewujudkan pernyataan kerinduannya kepada Allah melebihi kerinduannya kepada dunia yang fana ini. Hal ini dapat dilihat dari segala apa yang mereka cintai, mereka tinggalkan. Kampung halaman, anak-anak, keluarga, kerabat, dan handai tolan, bahkan harta dan kekayaannya pun mereka tinggalkan demi memenuhi kerinduannya kepada Allah Sang Maha Pencipta. Mereka pergi menyeberang lautan luas menuju Baitullah semata-mata mewujudkan rasa rindu, ingin bertemu dengan sentuhan kasih sayang dan rahmat Allah yang tidak pernah mereka rasakan tanpa meningglkan negerinya.
Umat Islam yang berada di tanah air, saat bangun malam melakukan sholat tahajjud masih sulit meneteskan air mata, merasakan hadir di hadapan Allah Swt. akan tetapi mereka yang menyaksikan Ka'bah Baitullah, luluhlah kalbunya sehingga terucap doa yang artinya " Ya Allah, jadikanlah Baitullah ini sebagai tempat untuk memuliakan-Mu, mengagungkan-Mu, dan menimbulkan rasa haru serta jadikanlah orang yang haji atau umrah ke tempat ini menjadi mulia, terhormat, dan baik."
Betapa banyak orang yang rindu kepada Allah, akan tetapi tidak mampu melahirkan kerinduannya, disebabkan oleh imannya yang lemah, kemampuan ekonomi yang rendah, kesibukan kerja yang tidak dapat ditinggalkannya, atau dirinya sendiri yang tidak mampu melepaskan diri dari tugas hidupnya selama ini. Hanya satu jalan yang dibukakan Allah Swt. untuk menyatakan rasa rindu kepada-Nya, yaitu pergi menunaikan ibadah haji di Baitullah. Di Baitullah itulah seorang muslim dapat menanggalkan segala aktivitas diri. Bahkan pakaian indah yang disukai pun harus mereka tinggalkan dan mereka ganti dengan dua helai kain ihram yang serba putih.