Menemukan Hakikat dalam Keseimbangan: Pelajaran dari KH. A. Said Lafif Hakim

Sabtu, 02 Nov 2024, 18:39 WIB
Menemukan Hakikat dalam Keseimbangan: Pelajaran dari KH. A. Said Lafif Hakim
KH. A. Said Lafif Hakim

Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW & Haul serta Manaqib Kubro Syeikh Abdul Qodir Al-Jilani RA di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Gading (27/10). KH. A. Said Lafif Hakim memberikan mauidhah hasanah yang penuh hikmah. Beliau mengajak para hadirin untuk merenungi betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara aspek duniawi dan ukhrawi, antara yang lahiriah dan batiniah. Menurut beliau, dunia ini penuh dengan dualitas: ada siang dan malam, ada panas dan dingin, serta ada keseimbangan yang harus dijaga antara jasad dan ruh. beliau mengingatkan bahwa keseimbangan ini adalah jalan untuk mencapai Allah (wushul ilallah).

Dalam mauidhohnya, KH. A. Said Lafif Hakim menekankan bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini adalah sementara, dan pada akhirnya kita akan meninggalkannya. Dunia hanyalah ladang yang akan kita tinggalkan, sedangkan akhirat adalah tujuan yang semakin dekat. Lantas beliau menukil nasihat Sayyidina Ali yang berbunyi:

وإِنَّ الدُّنْيَا قَدِ ارْتَحَلَتْ مُدْبِرَةً وَالآخِرَةُ قَدْ قُرِّبَتْ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا بَنُوْنَ

 “Sesungguhnya dunia akan ditinggalkan di belakang, sedangkan akhirat begitu dekat dijumpai di depan. Dan setiap perkara dunia dan akhirat masing-masing memiliki budak.”

Qoul Sayyidina Ali ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia seharusnya dijalani dengan visi akhirat. Di dalam dunia ini, kita memiliki modal yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai bekal di kehidupan akhirat kelak. Dengan pemahaman ini, keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara jasad dan ruh, haruslah senantiasa terjaga.

Lebih lanjut, KH. Said Lafif Hakim juga menekankan pentingnya mengenal dan mencintai wali-wali Allah sebagai bagian dari perjalanan spiritual kita. Beliau mengutip doa yang sangat berarti bagi para pejalan ruhani:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

“Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.”

Doa ini, dalam pandangan KH. A. Said Lafif Hakim, sangatlah penting untuk selalu diingat dan diamalkan, karena cinta kepada wali-wali Allah membawa kita pada kedekatan dengan Allah SWT. Beliau menegaskan bahwa perjalanan batin tidak dapat dijalani dengan sekadar pemahaman lahiriah, melainkan dengan penghayatan mendalam yang melibatkan ilmu batin. Ilmu lahiriah kita adalah alat yang digunakan untuk menyelami ilmu batin, sehingga kita bisa merasakan Hakikat. Keseimbangan inilah, sebagaimana yang diajarkan oleh Syeikh Abdul Qadir Jailani, dicapai melalui jalan thariqah. Dalam menjelaskan makna thariqah, beliau ngendikan bahwa thariqah bukanlah sekadar amalan zikir, tetapi juga mencakup berakhlakul karimah.

Dalam kesempatannya, KH. A. Said Lafif Hakim mengibaratkan syariat sebagai perahu yang akan mengarungi lautan thariqah, untuk mencapai hakikat yang diumpamakan sebagai intan mutiara di dasar laut. Untuk sampai pada hakikat, seseorang membutuhkan syariat sebagai panduan lahiriah dan thariqah sebagai jalan batiniah. Lebih lanjut, beliau menukil syair yang termaktub di dalam kitab Kifayatul Atqiya’ karangan Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Syatha al-Dimyathi,

فشريعة كسفينة وطريقة # كالبحر ثم حقيقة درّ غلا

 “Syariat adalah seperti perahu, thariqah seperti lautan, dan hakikat adalah seperti mutiara yang mahal di lautan dalam.”

KH. A. Said Lafif Hakim juga mengingatkan bahwa semua thariqah itu baik, dengan syarat thariqah tersebut muqtabarah, jelas dalam memiliki sanad bersambung ke Nabi Muhammad SAW. dijelaskan juga bahwa thariqah ini bukanlah hal baru, namun telah ada sejak zaman Nabi, yang mana ketika nabi Muhammad sering kali melakukan uzlah dan bermunajat kepada Allah di Gua Hira. Dan thariqah itu merupakan jalan yang ditapaki oleh Nabi Muhammad dan diteruskan oleh para ulama dan wali-wali Allah. Oleh karena itu, KH. Said Lafif Hakim mengajak agar kita tidak menjauhkan diri dari Nabi Muhammad SAW serta para wali Allah, karena keberadaan mereka adalah penjaga kita dari perbuatan buruk dan sumber berkah dalam kehidupan kita.

Di akhir ceramahnya, KH. Said Lafif Hakim mengajak jamaah untuk tetap istiqamah dalam menjalani ajaran thariqah serta menjaga akhlak dan zikir sebagai bentuk kedekatan kepada Allah. Beliau mengingatkan agar kita meneladani jejak para wali Allah, yang senantiasa memperkuat batin mereka melalui amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini, menurut beliau, adalah kunci bagi setiap murid thariqah agar senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah SWT.

 

Pondok Pesantren Gading  Haul Syekh Abdul Qador Al-Jilani  Haul SAQ  Haul Pondok Gading 
Bagikan