Kejadian Misterius Saat Menjaga Ndalem

Oleh: Kamal
Rabu, 11 Jul 2018, 13:45 WIB
Kejadian Misterius Saat Menjaga Ndalem
Misterius

Cerita Ceria - Ada sebuah tradisi di pondok pesantren, teman-teman santri menyebutnya dengan tradisi "Jogo Ndalem". Mungkin bagi kalangan para santri yang sudah pernah mondok di pulau jawa, sudah tidak asing dengan istilah "ndalem".

"Ndalem" merupakan rumah para masayikh atau pengasuh dalam suatu pondok pesantren. Nah, tradisi "jogo ndalem" mempunyai berbagai latar belakang. Di antaranya, ada yang menjaga ndalem ketika ada kegiatan yang berlangsung di ndalem. Yang kedua, menjaga ketika larut malam mulai tiba.

Menjaga ketika larut malam mungkin sudah umum dilakukan di setiap pondok. Karena hal tersebut difungsikan sebagai sarana keamanan, baik di dalam pondok maupun di sekitar pondok. Kali ini, ada suatu kisah ketika santri menjaga ndalem pada saat ada lebaran tiba.

Ada suatu agenda “jogo ndalem” yang telah dijadwalkan bagi kalangan santri pada saat libur lebaran, khususnya bagi para santri yang bertempat tinggal tidak jauh dari pondok. Tugas tersebut antara lain menyiapkan hidangan bagi tamu yang berkunjung, menjaga kebersihan area ndalem, dan menjaga keamanan ndalem.

Setiap harinya, ditugaskan tidak lebih dan tidak kurang dari 2 orang untuk menjaga ndalem. Diceritakan bahwa, suatu ndalem mempunyai lorong yang terpisah oleh sebuah pintu. Di salah satu sisi lorong itulah para santri akan melaksanakan tugasnya ketika menjaga ndalem. Sang santri yang tadim (menghormati masyayikh) akan berangkat di awal pagi agar tidak sampai melalaikan tugasnya.

Ketika kedua santri itu tiba di tempat mereka bertugas. Ternyata disana sudah tertata gelas-gelas cantik dan minuman berwarna warni di setiap ceretnya. Terdapat juga beberapa jajanan khusus lebaran yang siap untuk disuguhkan ketika tamu mulai berdatangan. Kedua santri itu bertanya-tanya dalam batin mereka, siapa gerangan yang sudah menyiapkan semua itu, apakah ada santri lain atau jangan-jangan masyayikh sendiri?

Di sisi lain terdapat secarik kertas dan sebuah bulpoin di atasnya. Tetapi santri yang bertugas tidak mengerti untuk apa barang tersebut. Merekapun mulai melaksanakan tugasnya. Jajanan-jajanan di piring-piring cantik mulai dihidangkan. Minuman yang berwarna-warni juga mulai dibagikan sesuai hitungan tamu yang datang.

Pada suatu ketika, stok makanan dan minuman mulai sedikit. Santri yang bertugas mulai bingung, takut jika stok yang akan dihidangkan sudah habis (mirip petugas swalayan ae). Akhirnya salah satu dari dua santri yang bertugas, pergi ke kantor pondok untuk menanyakan masalah  stok makanan tadi pada pengurus.

"Assalamualaikumucap santri yang bertugas.

"Nggeh cak, wonten nopo?" Tanya si pengurus.

"Ngapunten pak, jajanan dan minuman suguhan mulai sedikit, dos pundi niki?" Tanya sang santri.

 "Wes mbalek o cak, mengko lak isi dewe" jawab sang pengurus.

Santri tersebut heran dan bertanya dalam hati, bagaimana stok makan bisa datang dengan sendirinya?. Tapi karena tidak ada pilihan lain, akhirnya santri tersebut mematuhi perintah pengurus untuk kembali ke tempatnya bertugas, meski dengan rasa yang sedikit was-was di dalam hati.

KHAYAL BERIBU KHAYAL, makanan dan minuman sudah tersedia kembali (seolah telah distok oleh distributor ghaib). Santri yang baru datang bertanya pada temannya yang baru saja selesai menyuguhkan makanan, "Cak, sampean oleh panganan tekan endi?"

Santri yang baru saja menyuguhkan makanan menjawab "loh guduk sampean tah sing ngisi, tak kiro samean ngaleh maeng njupuk panganan, maeng sek sisa titik, pas mari tak tinggal nyuguhno wedang moro-moro kebak maneh".

Santri yang baru datang dari kantor semakin was-was, apakah ada makhluk lain yang membantu tugasnya di ndalem sang kyai? Lalu kedua santri itu pun semakin merinding berada di tempat tersebut.

Waktu sudah mulai siang medekati dhuhur. Pintu ruang tamu sudah mulai ditutup sedikit. Sebelum istirahat, mereka berdua melaksanakan tugas bersama. Satu membawa minum di atas talam, dan yang satu menyuguhkannya pada para tamu. Setelah melaksanakan tugas dan kembali menaruh talam di meja, tiba - tiba muncul sebongkah nasi dengan varian lauk yang siap untu dimakan. Santri yang bertugas bertambah bingung, dari siapa dan untuk siapa makanan tersebut?.

Tiba-tiba salah satu santri yang bertugas tidak sengaja melihat, ada sebelah mata yang mengintai dari lobang gembok pintu yang memisahkan lorong tersebut dengan ndalem. “waduh iku demit e” dalam hatinya. “Gliduk Gliduk!!!”, bunyi pintu yang gemblodak, lalu lirih-lirih terdengar suara gaduh dari sepasang perempuan didalamnya.

Seorang santri yang bertugas mulai mendekati pintu dan memperhatikan di sekeliling pintu. Terdapat sepotong kertas yang tergeletak dibawah pintu. Ternyata, tak disangka kertas tersebut berwarna putih, warnanya gak penting sih, hehehe, yang penting adalah ada sebuah makna yang bersinar dari kertas tersebut.

"Cak, niki damel njenengan :)" kata-kata itu terbaca oleh kedua santri yang bertugas menjaga ndalem.

Perasaan yang merinding seketika berubah menjadi berbunga-bunga setelah membaca pesan tadi. Ternyata itu semua sudah disiapkan oleh bidadari suci yang terlindung dan terjaga di dalam pondok, alias santri putri.

Kedua santri yang bertugas langsung melahap makanan yang telah tersaji dengan i'tiqad (maksud) di dalam hati,"sopo ngerti dadi jodohku" begitulah isi batinnya. Semoga i’tiqad dengan cara yang benar akan menghasilkan hasil yang baik. Aamiiin. hehehe. (km)

 

 

Rubrik MIFDA  Humor Santri  Cerita Ceria 
Bagikan