Cerita Ceria - Pada suatu siang, cak Nasir melihat seorang pria paruh baya nampak kebingungan di pinggir jalan raya. Melihat bapak-bapak tersebut berdiri celingak-celinguk kiri kanan, cak Nasir merasa prihatin. Dihampirinya bapak tersebut lalu ditanyainya, “Permisi Bapak, Bapak mau menyeberang jalan?”
Si Bapak Nampak agak kaget, dijawabnya dengan suara yang pelan, “iya, Nak.”
“Mari, Pak. Saya seberangkan.” ajak cak Nasir lalu digandengnya tangan si Bapak lalu mereka berjalan pelan-pelan ke arah seberang jalan. Sesampainya di seberang, si Bapak mengucapkan rasa terima-kasihnya kepada cak Nasir.
“Terima kasih ya, Nak. Maaf bapak gak bisa memberi imbalan apa-apa.”
“Oh, ndak apa-apa, Pak.”
“Wah, sampeyan ini baik sekali. Zaman sekarang jarang sekali ada pemuda sebaik sampeyan.”
“Ah, biasa saja, Pak. Lagipula saya juga tidak terlalu membantu,” jawab cak Nasir agak malu-malu.
“Ngomong-ngomong sampeyan ini namanya siapa?”
“Saya Nasir, Pak.”
“Oh… Tinggal di mana?”
“Saya tinggal di pondokan dekat sini, Pak.”
“Oh… anak pondokan. Pintar dong berarti. Cak Nasir sudah punya pasangan?”
Mendengar pertanyaan ini, cak Nasir mulai senyum-senyum sendiri dan wajahnya memerah. Dijawabnya, “belum, Pak.”
Si bapak ikutan senyum, “Sama, Nak. Bapak juga belum.” Hehehehe. (wql/red)
Penulis adalah Santri PPMH yang sedang menempuh studi Strata-2 Sastra Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang juga biasa berkicau di @wiqoyil_islama