Puisi-Puisi Ma'ruf Muzaki: Metafora Rindu

Ahad, 13 Feb 2022, 12:28 WIB
Puisi-Puisi Ma'ruf Muzaki: Metafora Rindu
sumber: pixabay.com

Metafora Rindu

Aku bayangkan rinduku datang
sebagai anak-anak hujan.
Ia sedikit basah, pemalu, dan menggemaskan.
Pipinya mengembang
dan matanya bulat besar.
Menggiring lentik tanganmu
untuk sekadar merasakan:
Betapa tak kuasa menolak rindu dan kesepian.

Kaupasti paham betul,
bagaimana aku pada secangkir kopi,
seperti rinduku tersaji, tanpa legitnya gula.
Wanginya, mengingatkanku pada aroma rambutmu.
Hitamnya di suling dari kedalaman matamu.
Pahit di tiap sesapnya melarutkan derita,
hangat di ujung teguknya melegakan duka-lara.
Dan ampas yang menyimpan doa kita,
menjadi pintu keluar bagi kegelisahan purba.

Sering pula kujumpai rinduku
pada kacamata malam.
Bayang pohonan meniru solek tubuhmu,
dan purnama menerangi jalan kepada temu.
Ketika desir angin melelapkan sendu,
ketakutan kita hilang di kegelapan.

Malang, 2022


Adinda Pada Paras Malam

Parasmu adalah tubuh puisi.
Kau menciptakan gemintang kata,
dan ketika malam tiba,
aku tak sanggup
menahan gemerlapnya.

Parasmu adalah sehimpun doa,
hadir di setiap sendi-sendi tubuh bahasa,
dan ketika malam tiba, aku berpura-pura
merelakan dengan tangan tengadah,
memetik mawar di hitam matamu.

Parasmu adalah sebentuk rindu.
Kau yang memeluk kecemasan,
dan ketika malam tiba,
kautancapkan
debarnya dalam dadaku.

Parasmu adalah deras hujan.
Kau yang membasahi tubuh gersangku,
dan ketika malam tiba,
aku berjalan di bawah rinai,
menggigil dalam sedihmu.

Parasmu adalah kesunyian malam,
kautemani kenangan dan harapan.
Dan, ketika malam tenggelam,
aku belajar darimu,
bahwa keindahan berasal dari kerumitan.

Malang, 2022

Sastra  Puisi Santri  Puisi 
Ma'ruf Muzaki

Penulis adalah santri aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading, Malang. Bergiat di Penulis Pesantren Gading (Peparing) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis (UKMP), Universitas Negeri Malang. Dapat disapa melalui instagramnya @muzakimar.

Bagikan