Pengajian Umum dan Peringatan Haul ke-54 KH Muhammad Yahya, KH. Harun Ismail: Memperingati Haul Berarti Menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad SAW

Ahad, 09 Jun 2024, 14:29 WIB
Pengajian Umum dan Peringatan Haul ke-54 KH Muhammad Yahya, KH. Harun Ismail: Memperingati Haul Berarti Menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad SAW
Hadirin Haul Almarhumin ke-54/Tim Dokumentasi PPMH

Gading Pesantren – Ahad, 05 Mei 2024 lalu telah terselenggara puncak acara dalam rangkaian Haul Almarhumin ke-54, yakni Pengajian Umum dan Haul ke-54 KH Muhammad Yahya wa Zaujatihi, K. A. Dimyati Ayatulloh Yahya, para Muassis dan para Masyayikh Pondok Pesantren Miftahul Huda. Acara tersebut diawali dengan pembacaan khotmil Quran di Masjid Baiturrahman yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya, yang kemudian dilanjut dengan pembacaan Maulid, Tahlil, dan Manaqib, sampai pada akhirnya masuk pada acara inti, yakni Pengajian Umum oleh KH. Harun Ismail (Blitar) dan Habib  Achmad  Jamal bin Thoha Baagil (Malang).

H. Sulthon Sucipto dalam sambutannya atas nama panitia menuturkan, bahwa lancarnya berbagai rangkaian dalam acara (baik pra-acara sampai hari-H) Haul ini tidak lepas dari sumbangsih baik dari ‘Alim Ulama’, para pejabat, dan jamaah.

Selain itu, KH. Muhammad Baidlowi Muslich dalam sambutannya atas nama Shohibul Bait menyampaikan, bahwa Pondok (Pesantren) itu bisa maju karena di dalamnya banyak orang loman.

“Saya amati, di Pondok Gading ini tidak ada orang pelit. Orang yang berhak masuk surga pertama kali adalah orang dermawan, bukan orang kaya,” ungkap KH. Muhammad Baidlowi Muslich.

“Romo Kiai (KH. Muhammad Yahya) itu sering cerita tentang orang yang anaknya tidak dipondokkan, tidak bisa ngaji, tidak sholat. Saat diusut, orang tuanya ditanya, nggih bener, anaknya itu tidak diajari, tidak dipondokkan. Romo Kiai itu sering dawuh begitu. Nggih mengingatkan, agar anak itu tidak dibiarkan (tidak tahu agama),” lanjut KH. Baidlowi Muslich.

Sambutan selanjutnya datang dari perwakilan umara’, yakni Drs. Achmad Mabrur (Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Kota Malang). Pada sambutan tersebut, Drs. Achmad Mabrur menyampaikan, bahwa Pondok Pesantren ini punya peran besar bagi kami (pemerintah).

“(Pesantren) punya peran dalam rangka pembinaan umat, peletakan dasar-dasar akhlak kepada rakyat, yang ini banyak membantu pemerintah. Pesantren dan pemerintah, baik dari aspek pemberdayaan umat, pemerintah bisa (bantu) fasilitasi. Seperti produk halal. Silahkan, pesantren-pesantren yang sudah bergerak di bidang produksi dan ekonomi bisa berkoordinasi dengan pemerintah, agar ke depan pesantren bisa semakin berkembang dan kuat. Sehingga pesantren sebagai pilar utama, bersama pemerintah (saling berkontribusi) dalam rangka pemberdayaan umat secara umum,” ungkap Drs. Achmad Mabrur.

Setelah penyampaian sambutan-sambutan usai, rangkaian selanjutnya adalah acara inti, yakni pengajian atau Mauidloh Hasanah. Mauidloh Hasanah pertama disampaikan oleh KH. Harun Ismail (Blitar).

Pada kesempatan tersebut, KH Harun Ismail menyampaikan, bahwa Haul ini merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Memperingati Haul berarti menghidupkan sunnah Nabi Muhammad, yang berarti cinta kepada kanjeng Nabi.

man ahabbani (barang siapa yang cinta kepadaku [nabi]), kana ma’i fil jannah (maka akan bersamaku [nabi] di surga),” lanjut KH. Harun Ismail.

Setelah penyampaian Mauidloh yang pertama usai, rangkaian selanjutnya adalah ramah tamah bersama Tim Al-Banjari PPMH, yang kemudian dilanjut dengan Mauidloh yang kedua oleh Habib Achmad Jamal bin Thoha Baagil (Malang).

Habib Jamal, dalam Mauidloh­-nya menyampaikan berbagai keutamaan dan tandanya Wali Allah. Salah satunya, menurut Habib Jamal adalah saat memandang wajahnya saja, langsung ingat kepada Allah.

“(Sekarang) ini kita ada di zaman wong politik didu mbek politik, ilok-ilokan (perpecahan). Maka dari itu, hati-hati dengan orang-orang yang namimah (mengadu domba). Wong lek seneng adu domba, perhatikan nasabnya. Bisa-bisa dia adalah anak perzinahan bukan anak nikah, dalam (kitab) Nashoihud Diniyah (hal ini) disebutkan,” ungkap Habib Jamal.

Setelah penyampaian Mauidloh oleh Habib Jamal itu usai, rangkaian selanjutnya adalan purna acara, yakni pembacaan doa yang disampaikan oleh KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya.

Sebelum pembacaan doa, KH Muhammad Arif Yahya menyampaikan sekelumit cerita tentang KH Muhammad Yahya. Pada kesempatan itu, KH Ahmad Muhammad Arif Yahya menyampaikan, bahwa ada seorang santri yang datang kepada KH. Ahmad Arif Yahya untuk bertanya tentang seperti apa Wali Allah itu.

lek kulo sing njawab, salah. Kulo tasih dereng tingkatane.” Tutur KH Ahmad Muhammad Arif Yahya, kalau saya yang jawab, salah. Saya belum tingkatannya.

Samean istikhoroh,” lanjut KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya kepada si santri yang bertanya.

Selanjutnya, KH Ahmad Muhammad Arif Yahya menyampaikan, bahwa setelah beristikhoroh, si santri yang bertanya mengungkapkan bahwa dia bermimpi bertemu KH. Muhammad Yahya lantas berujar “awamu yo nang pesarehane Sayyid Alwi, beliau Walinya Allah.

“Nah, ditambahkan—sama tapi ada bedanya sedikit—kalau Sayyid Alwi Al-Idrus ada lafadz Allah di tenggorokannya, kalau KH. Muhammad Yahya ada lafadz Allah di dadanya,” lanjut KH Ahmad Muhammad Arif Yahya.

Setelah sedikit penyampaian oleh KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya itu usai, selanjutnya acara ditutup dengan pembacaan doa oleh KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya. ___

Haul KH. Abdurrahman Yahya  Haul ke-54  Haul almarhumin  Habib Jamal 
Bagikan