Menjadi Ulul Albab (bagian 1): Menggunakan Iman dan Akal

Ahad, 31 Okt 2021, 18:03 WIB
Menjadi Ulul Albab (bagian 1): Menggunakan Iman dan Akal
Seseorang yang mengetahui dan sadar bahwa dirinya mengetahui, itulah orang yang berilmu.

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka”

(QS. Ali Imron: 191)

Islam merupakan agama yang memperhatikan dan memberikan penghargaan terhadap orang yang mau menggunakan akalnya. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar: 9). Adanya akal menjadi salah satu patokan dalam beragama bagi seorang muslim. Syarat orang beribadah adalah mempunyai akal. Tidak adanya akal (hilangnya akal); baik karena tidur, gila, maupun mabuk menjadikan seseorang tidak mendapatkan kewajiban/taklif untuk melakukan ibadah. Rasulullah Saw. bersabda, “Agama itu adalah akal, tidak ada agama bagi mereka yang tidak mempunyai akal." Dan orang-orang yang mempunyai akal sempurna disebut dengan istilah Ulul Albab.

Albab sendiri berasal dari kata Lubb yang artinya intisari akal. Perumpamaan lubb dan akal itu ibarat cahaya matahari dan cahaya lampu. Lubb adalah tempat cahaya tauhid dan cahaya personalitas yang merupakan bentuk paling sempurna dari cahaya dan kekuatan yang besar. Lubb disebut juga Nur Mabsuth (cahaya luas), Aql Muwaffaq (akal yang mendapat pertolongan Allah), Aql al-Hidayah (akal yang mendapat petunjuk Allah). Lubb hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman.

Tidak sedikit ayat-ayat dalam Al-Quran menjelaskan dalam memberikan dorongan agar umat Islam senantiasa menggunakan akalnya, menjadikan akal sebagai salah satu sarana guna menemukan kebenaran. Allah juga memberikan janji akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu yang mau menggunakan akalnya secara benar. Allah Swt. berfirman, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS.al-Mujaadilah: 11).

Namun, tidak semua orang yang menggunakan akalnya dapat menemukan kebenaran, dapat memanfaatkan kepandaiannya untuk kemaslahatan bersama. Bahkan akalnya berubah menjadi senjata yang menghancurkan dan menyesatkan banyak orang. Tanpa bimbingan agama yang kuat, akal dan kepandaian yang kita miliki dapat membahayakan, merusak dan mencederai banyak pihak. Agama dan akal (ilmu) harus senantiasa berjalan beriringan, karena agama tanpa ilmu menjadi pincang dan cacat, sedangkan ilmu tanpa agama menjadi buta. Dalam Surat Ali Imran ayat 191 Allah Swt. memberikan bimbingan kepada kita agar dalam menggunakan akal tidak sampai merusak dan membawa petaka, sebaliknya akal menjadi pendukung agama dalam menemukan kebenaran dan meraih ketakwaan.

Thalabul ilmi  Khotmil Qur'an  Hadist 
Akhmad Setiadi

Penulis adalah Alumni Fak. Tarbiyah UIN Malang dan Santri PPMH Gading Malang.

Bagikan