Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering mendengar orang-orang yang berkata "kalau ingin kaya/memperoleh rizki, maka menikahlah", ternyata pameo tersebut tidaklah salah dan bukan tanpa alasan. Salah satu sifat manusia adalah ia akan berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan/kesuksesan apabila ada suatu beban tanggungjawab yang dipikul. Dalam Al-Quran sendiri Allah berfirman, "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak (untuk menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui." (QS. An-Nuur: 32).
Firman Allah tersebut merupakan motivasi/penyemangat bagi kita agar menikah, karena dengan menikah tentunya kita akan menjadi lebih bertanggungjawab dan giat dalam mencari nafkah. Dengan semakin ulet dan giat mencari nafkah/rizki, berarti semakin besar pula peluang kita dalam memperoleh anugerah/karunia Allah. Mencari anugerah Allah di muka bumi, bekerja, atau bahkan setiap tetesan keringat yang keluar dari tubuh orang yang mencari nafkah untuk keluarganya merupakan suatu bentuk ibadah apabila didasari dengan niat yang baik. Bahkan, sikap baik dan tanggungjawab terhadap keluarga dapat dijadikan tanda kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya dan yang paling lemah-lembut kepada keluarganya" (HR. At-Tirmidzi).
Kekayaan/kecukupan berupa materi hanyalah salah satu dari sekian banyak karunia yang diperoleh seseorang yang menikah. Selain itu masih banyak kekayaan lainnya, misalnya kekayaan hati. Orang yang telah menikah biasanya akan lebih tenang hatinya dan lebih dewasa cara berfikirnya. Kesenangan batin juga akan timbul ketika dianugerahi buah hati yang dirindu-rindukan. Keyakinan akan keadilan Allah dalam menanggung rizki kepada kita, anak dan istri kita serta seluruh makhluknya harus kita tanamkan dalam hati, agar kita tidak ragu-ragu dalam melangkah, membangun dan bertanggungjawab terhadap keluarga, “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allah lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Ankabut: 60).
Penulis adalah Alumni Fak. Tarbiyah UIN Malang dan Santri PPMH Gading Malang.