Bagi sebagian santri, khitabiyah belum menawarkan keuntungan yang riil. Yang nyata mereka rasakan adalah perasaan terbebani begitu ditunjuk sebagai delegasi mewakili bilik atau komplek dalam kegiatan-kegiatan pesantren. Di Pondok Gading, khitabiyah menjadi kegiatan wajib setiap hari rabu malam kamis usai diniyah. Selain itu, momen khitabah juga dapat dijumpai di sela-sela Kegiatan Malam Jumat (KMJ). Apabila ditilik lebih luas, kegiatan khitobah atau khitobiyah sebenarnya dapat dijumpai pada hampir seluruh lembaga pondok pesantren. Apabila ditarik benang merah, kegiatan ini tidak lain bertujuan untuk mengkader santri menjadi dai, muballigh, atau secara khusus sebagai khatib shalat jumat dan semacamnya.
Urgensi penyelenggaraan kegiatan khitobiyah di Pondok Gading pernah diutarakan oleh K.H Mas’ud. Beliau adalah santri Pondok Gading dalam kepengasuhan K.H Abdurrochim Amrullah Yahya pada kurun 1980-an dan saat ini mengemban amanah sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Sewaktu nyantri di Gading, Beliau pernah diminta K.H Abdurrochim untuk menyusun beberapa teks sambutan dan mauidloh hasanah dengan tema peringatan hari besar islam seperti maulid nabi, isra’ mi’raj, tahun baru muharram, dan dua hari raya islam.
Dalam keterangannya, K.H Mas’ud menuturkan bahwa amanah tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan K.H Abdurrochim mencetak alumni Pondok Gading yang dapat bermanfaat di masyarakat. Di lain sisi, hal tersebut juga mengindikasikan bahwa kemampuan berbicara di muka publik menjadi keterampilan dasar yang seyogianya dikuasai setiap santri Pondok Gading.
Pengurus Pondok Gading bagian Kegiatan, Bapak Kautsar Zamzami mengutarakan bahwa K.H Shohibul Kahfi pernah menuturkan pentingnya kegiatan khitabiyah. Beliau mengisahkan bahwa Pondok Gading merupakan salah satu rujukan masyarakat yang membutuhkan khatib shalat jumat atau untuk mengisi acara pengajian. Oleh karena itu, salah satu metode untuk mempersiapkan keterampilan mengaji di depan umum adalah melalui khitabiyah. Dengan demikian, perlu ditanamkan bahwa khitabiyah sejatinya bertujuan untuk menambah life skill santri agar nantinya dapat menjaga marwah pesantren di hadapan masyarakat. Tentunya, perasaaan terbebani apabila ditunjuk sebagai delegasi bilik atau komplek lazimnya harus dikikis.
Tim redaksi website PPMH