Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia tengah dirundung berbagai masalah yang kompleks mulai dari ekonomi, isu politik, sosial, benturan antar agama, kriminal, hingga perang di media sosial. Semua itu tentu dapat mengakibatkan perpecahan antar masyarakat dan mengancam persatuan maupun kesatuan Bangsa Indonesia. Maka dari itu, pemerintah maupun masyarakat acap kali mengadakan kegiatan yang berorientasi dan bernuansa silaturahmi. Karena silaturahmi bisa menjadi salah satu solusi atas permasalahan yang ada. Silaturahmi bisa menjadi alat pengokoh persatuan dan kesatuan sebuah bangsa.
Menjaga silaturahmi adalah salah satu pokok ajaran Islam yang berkenaan dengan sosial-kemasyarakatan. Rasulullah SAW – sang utusan Allah SWT di muka bumi – dalam banyak kesempatan sering menyampaikan anjuran menjaga silaturahmi dan larangan memutusnya sebagaimana yang tertuang dalam sabdanya, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi.” (Muttaqafun alaih). Ditambah lagi, Sahabat Amr ibn ‘anbasah bercerita: “pada awal kenabian, saya dating ke Mekah menemui Rasulullah SAW,” saya bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, dengan apa engkau diutus?”, Beliau menjawab: “Allah mengutusku dengan silaturahmi, menghancurkan berhala, mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu” (HR. Muslim). Di sisi lain, silaturahmi tetap dianjurkan meskipun pihak lain berperilaku buruk atau mendzalimi kita, seperti halnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Diceritakan dari Sahabat Abu Hurairah, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW sembari berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang terus kusambungkan hubungan baiknya, sedangkan mereka memutusnya, aku berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jahat kepadaku, serta mereka bersikap masa bodoh (acuh tak acuh) kepadaku sedangkan aku selalu bersikap santun kepada mereka”, Rasulullah SAW, bersabda: “jika memang benar seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau menaburkan bara panas di wajah mereka, dan senantiasa kemenangan dari Allah SWT menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap seperti itu.” (HR. Muslim)
Keutamaan Menyambung dan Bahaya Memutus
Terdapat banyak keutamaan menyambung silaturahmi, salah satunya adalah melestarikan ciri khas keislaman. Dari Sahabat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menyambung hubungan silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadits tersebut dapat dikatakan bahwa menyambaung tali persaudaraan adalah karakter seorang muslim. Disamping itu, silaturahmi juga bisa menjadi sebab bertambahnya umur dan dilapangkan rizki. Rasulullah SAW bersabda: “siapa yang suka dilapangkan rizkinya dipanjangkan umurnya hendaklah menyambung silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)
Terdapat sebuah hikayat yang mengisahkan bahwa pada suatu hari malaikat Izrail-malaikat pencabut nyawa- memberi tahu Nabi Daud AS, bahwa Si Fulan tinggal enam hari lagi akan dicabut nyawanya. Jam berganti jam, hari berganti hari. Lewatlah deadline yang disampaikan oleh Izrail tentang Si Fulan itu, tetapi nyatanya Si Fulan itu masih tetap saja hidup terus. Maka, bertanyalah Nabi Daud kepada Izrail perihal kejadian ini.
"Mengapa si Fulan masih saja hidup terus, padahal engkau katakan beberapa hari yang lalu umurnya tinggal enam hari lagi, ya Izrail? Sekarang enam hari sudah berlalu sejak kau mengatakannya padaku, gerangan apakah ini?” tanya Nabi Daud AS.
Izrail memberi penjelasan kepada Nabi Daud. "Sebetulnya, aku sudah akan mencabut nyawanya tepat di hari yang aku katakan padamu itu. Tetapi, kemudian Allah memerintahkan kepadaku agar menunda dulu hal itu."
"Mengapa demikian, ya Izrail?"
"Sejak hal itu aku katakan kepadamu, Si Fulan tampak rajin menyambung tali persaudaraan dengan sesama saudaranya yang sudah putus. Karena itu, Allah memberi tambahan umur selama 20 tahun kepadanya." (dikutip dari Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah, Tim Poliyama Widya Pustaka)
Sebaliknya, memutus silaturahmi akan menimbulkan beberapa bahaya salah satunya adalah menjadi sebab doa tidak diijabah. Nabi Muhammad SAW bersabda: "tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: Allah akan segera mengabulkan do’anya; Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak; Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi lantas berkata, "Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian." (HR. Ahmad). Selain itu, memutus silaturahmi juga dapat menjadi penghalang atas rahmat Allah. Rasulullah bersabda: “sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun pada suatu kumpulan kaum yang di dalamya terdapat orang yang memutuskan ikatan silaturahmi” (HR. Al-Ashbahani).
Santri PPMH