Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
(Al Isra’: 1).
Salah satu peristiwa yang pernah menghebohkan dunia adalah Isra’-mi’raj. Isra’ mi’raj tidak hanya menggemparkan kehidupan manusia pada waktu beliau menceriterakannya akan tetapi sampai saat ini masih terasa. Betapapun canggihnya teknologi saat ini, khususnya teknologi transportasi, namun belum mampu mengantarkan manusia melakukan perjalanan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam Isra’ Mi’raj tersebut. Memang demikianlah mu’jizat, orang yang beriman harus meyakininya apa adanya. Agar mereka mengakui sepenuhnya akan kemahakuasaan Allah SWT.
Perjalanan Isra’ Mi’raj sungguh merupakan perjalanan yang amat singkat namun sarat dengan pengalaman spiritual yang sangat berharga bagi Rasulullah SAW sendiri dan para umat beliau. Dalam perjalanan yang tidak menghabiskan waktu semalam itu menjadikan beliau secara langsung melihat balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan dan siksaan bagi orang-orang yang melanggar larangan Allah SWT.
Tidak hanya itu, dalam mi’rajnya beliau juga bertemu dengan arwah para rasul utusan Allah SAW, bahkan sempat mengimami mereka di dalam suatu shalat. Masih pada malam yang sama dalam waktu yang sangat singkat itu, perjalanan beliau bahkan menembus sidratil muntaha suatu tempat yang tidak pernah dijamah didatangi oleh seorang pun.
Wajarlah kalau ketika beliau menceritakan perjalanan tersebut kepada umatnya, maka ada pihak yang pro dan kontra. Orang-orang kafir pastilah menolak mentah-mentah apa yang beliau ceritakan itu. Dari orang yang sudah masuk Islampun ada yang meragukan cerita beliau itu. Namun Abu Bakar Ra meyakini sepenuhnya bahwa perjalanan beliau yang fenomenal itu benar adanya. Memang mu’jizat tidak cukup dipercaya dengan akal, akan tetapi harus diterima dengan keimanan.
Mu’jizat adalah kehendak Allah yang Maha Kuasa. Bagaimanapun akal pikiran tidak mampu mempercayainya, tetapi kalau Dzat yang Maha Kuasa menghendaki apapun bisa terjadi. Begitulah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Allah-lah yang menjalankannya. Kalau Allah menghendaki, semut yang kecil dan jalannya lambat ternyata bisa menempuh perjalanan Malang-Jakarta dalam waktu 1 jam saja. Hal ini bisa terjadi karena semut berada di suatu makanan atau buah-buahan yang dibawa oleh penumpang pesawat terbang menuju Jakarta.
Tujuan Isra’ Mi’raj jelas sekali tersurat di dalam ayat tersebut, yaitu Allah meperlihatkan kepada Rasulullah SAW sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sebagai seorang pemimpin terbesar di dunia bagi Rasulullah SAW penting sekali melihat dari dekat kekuasaan Allah dan mengalami peristiwa-peristiwa tertentu agar dalam menyampaikan misi yang Allah tugaskan kepadanya tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Penulis adalah staf pengajar di Madrasah Diniyah matholi’ul Huda dan Ketua Jurusan Sastra Arab Universitas Negeri Malang.