“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab [33]: 56).
Ternyata tidak hanya kita saja yang bershalawat untuk Nabi. Allah swt. dan malaikat-malaikat-Nya juga bershalawat untuk nabi. Allah bershalawat kepada nabi Muhammad saw. untuk memberinya rahmat, sedangkan para malaikat bershalawat untuk memintakan ampunan untuk nabi. Kita sebagai orang-orang yang beriman diperintah oleh Allah swt. untuk bershalawat kepada nabi Muhammad saw. dan mengucapkan salam penghormatan kepadanya, yakni dengan cara berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan: Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad.
Selayaknya cinta kita yang pertama dan utama sebagai orang beriman adalah kepada Allah swt., tuhan alam semesta yang memiliki asmaul husna (nama-nama yang mulia). Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf [7] ayat 180 yang artinya: “Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Bukti cinta kepada Allah swt. adalah dengan kita bertaqwa kepada-Nya serta banyak berdzikir dengan menyebut dan mengingat-Nya.
Cinta yang kedua adalah cinta kita kepada Rasulullah saw. Mencintai Nabi berarti pula mencintai ajaran-ajaran beliau serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kita mencintai seseorang maka nama orang tersebut akan sering kita sebut-sebut, tak jarang pula kita mimpikan. Begitu pula kalau kita cinta kepada Nabi saw., shalawat serta dan ketaatan menjalankan ajaran-ajarannya menjadi bukti bahwa kita benar-benar mencintainya.
Allah swt. sangat mencintai nabi Muhammad saw. Nama nabi Muhammad saw. disebut-sebut-Nya dalam Al-Qur’an, bahkan diperkenalkan jauh sebelum kelahirannya. Nabi adam as. bertaubat dan memohon ampun kepada Allah setelah melakukan dosa memakan buah khuldi. Dosa beliau baru diampuni setelah beliau bermunajat dan berwasilah menggunakan nama nabi Muhammad saw.
Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaff [61] ayat 6 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
Hadits-hadits nabawiyah banyak sekali menerangkan keutamaan pembacaan shalawat nabi yang tentu tidak diragukan lagi. Banyak orang yang telah membuktikan manfaat pembacaan shalawat untuk nabi Muhammad saw. tersebut. Diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:
Membaca shalawat pada nabi merupakan pintu terbukanya rahmat di dunia dan akhirat. Di dunia, orang yang membaca shalawat akan senantiasa dinaungi perlindungan khusus dari nabi saw. Diberitakan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin Ash. Bahwasannya ia mendengar rasulullah saw. bersabda: ”Barang siapa yang membaca satu kali shalawat untukku, maka Allah akan menurunkan rahmat untuknya.” (HR. Muslim). Rasulullah saw. juga bersabda: “Telah datang untukku utusan tuhanku dan memberi tahu: ‘Siapa yang membaca shalawat untukku dari umatku satu kali, maka Allah akan mencatat untuknya sepuluh kebaikan, dan menghapus daripadanya sepuluh dosa, dan dinaikkan sepuluh derajat, dan dijawab atasnya sesuai dengan shalawatnya.” (HR Ahmad)
Syaikh Muhammad bin Alwi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasany menyatakan dalam Khashaish al-Ummah al-Muhammadiyah tentang rahmat yang didapatkan oleh umat nabi Muhammad di akhirat kelak. Jika umat rasul yang lain dibagi menjadi golongan beriman dan tidak beriman, maka umat Muhammad terbagi menjadi tiga golongan yaitu: pertama, orang yang dzalim pada dirinya sendiri; kedua, golongan yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan, tapi terkadang melakukan hal-hal yang dibenci; ketiga, orang yang mendahului berbuat kebaikan yaitu orang yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang haram, makruh, bahkan mubah.
At-Taimi meriwayatkan bahwa nabi Muhammad saw. bersabda: “Bacalah shalawat untukku maka bacaan shalawat untukku itu menjadi penebus dosamu, dan kesucian untuk dirimu, maka siapa yang membaca shalawat untukku satu kali, Allah bershalawat padanya sepuluh kali.”
Abu Bakar ra. berkata: “Membaca Shalawat pada Rasulullah saw. lebih kuat menghapus dosa daripada air terhadap api, dan mengucap salam pada Rasulullah saw. itu lebih utama dari memerdekakan budak, dan cinta pada Rasulullah saw. itu lebih utama daripada mengorbankan jiwa dan daripada memikul pedang fi sabilillah.”
Ath-Thabrani meriwayatkan hadits yang hampir mirip dengan yang diriwayatkan oleh Ahmad. Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang membaca shalawat untukku satu kali, Allah bershalawat untuknya sepuluh kali, dan siapa yang membaca untukku sepuluh kali Allah bershalawat untuknya seratus kali, dan siapa yang bershalawat untukku seratus kali maka Allah akan menulis diantara kedua matanya kebebasan dari nifak dan kebebasan dari api neraka, serta ditempatkan pada hari kiamat bersama orang-orang mati syahid.” (HR. Ath-Thabrani)
Orang yang beriman diperintahkan untuk melatih diri agar terbebas dari sifat-sifat munafik. Hal itu dapat diupayakan dengan cara sering mengingat Allah dan rasul-Nya. Orang munafik yang hatinya berpenyakit bukanlah termasuk golongan orang-orang beriman maupun orang-orang jahiliah. Namun kedudukan mereka sangat rendah di hadapan Allah swt.
Abdurrahman bin Samirah meriwayatkan hadits dari Said bin Musayyib tentang mimpi Rasulullah saw.: “Saya melihat seorang diantara umatku merangkak diatas shirat (jembatan) dan kadang-kadang berpegangan lalu shalawatnya untukku datang dan membantunya berdiri dengan kedua kakinya lalu menyelamatkannya.”
Dalam sabda lain dikatakan: “Perbanyaklah membaca shalawat untukku, karena shalawatmu padaku itu menyebabkan pengampunan dosa-dosamu. Dan mintalah kepada Allah untukku derajat wasilah, maka sesungguhnya wasilahku dihadapan tuhan itu akan berupa syafaat bagi kamu.” (HR. Ibnu Asakir)
Dalam pandangan para sufi ada beberapa tingkatan alam. Tingkatan alam tersebut adalah alam nasut, alam malakut, dan alam jabarut. Dalam diri manusia tergabung dua alam sekaligus yakni alam nasut dan alam malakut. Manusia ditarik ulur oleh kedua alam tersebut. Apabila ditarik kedalam alam nasut, ia akan sibuk dengan materi sehingga semakin terlepas dari alam malakut.
Orang yang sedang membaca shalawat nabi tubuhnya memang berada di alam nasut, namun ruhnya telah naik ke alam malakut. Semakin sering membaca shalawat nabi maka akan semakin dalam memasuki alam malakut dan meninggalkan alam nasut. Orang yang sedang membaca shalawat nabi berarti telah bertawasul kepada Allah swt. melalui rasulullah saw. yang pasti mendengarnya. Rasul berjanji akan memberi syafa’at kepada orang yang membaca shalawat untuknya besok di akhirat.
Nama orang yang membaca shalawat akan disebut-sebut dan diingat-ingat oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya shalawat kalian akan diperdengarkan kepadaku.” Sabda Rasulullah yang lain: “Sesungguhnya Allah mewakilkan malaikat dikuburku yang menyampaikan kepadaku salam dari umatku.”
Shalawat merupakan bukti cinta kepada rasulullah saw., sudah barang tentu rasulullah saw. pasti mendengar shalawat kita dan meyebut-nyebut serta mengingat kita karena kita bershalawat kepadanya. Dengan begitu akan terjalin hubungan saling mencintai antara kita denga Rasulullah saw.
Cinta rasulullah saw. kepada umatnya tidak bisa dibandingkan dengan cinta kita kepadanya. Rasulullah ketika nyawa hampir melewati tenggorokannya masih menyempatkan menyebut-nyebut ummatnya, “ummati… ummati… ummati.”
Orang yang membaca shalawat untuk Nabi Muhammad saw. akan mendapatkan pujian yang baik dari Allah diantara penghuni langit dan bumi, karena orang yang bershalawat berarti memohon kepada Allah agar memuji, menghormati dan memuliakan rasul-Nya. Balasan untuknya sama dengan yang ia mohonkan yakni pujian kehormatan dan kemuliaan seperti apa yang diperoleh Rasul-Nya. Tentu masih banyak lagi fadhilah lain yang dapat kita peroleh dengan membaca shalawat untuk nabi Muhammad saw.
Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Celakalah seseorang yang jika namaku disebut disisinya ia tidak bershalawat untukku. Celakalah seseorang yang jika ia memasuki bulan Ramadlan kemudian keluar sebelum diampuni. Celakalah seseorang yang kedua orang tuanya telah tua tetapi keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi dan Bazzar).
Ungkapan yang pertama “celakalah seseorang yang jika namaku disebut disisinya ia tidak bershalawat untukku” bisa dibandingkan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, dari rasulullah saw.: “Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bershalawat untukku.” (HR. Nasa’i, Tirmidzi, Thabrani).
Mengapa orang tersebut dikatakan bakhil? Ia tidak mau mengucapkan shalawat kepada Rasulullah, padahal membaca shalawat itu sangatlah ringan, apalagi jika kita sudah terbiasa membacanya. Mengapa pula orang tersebut dikatakan celaka? Ia tidak mendapatkan keutamaan dan keuntungan apapun dari pembacaan shalawat nabi. Tentulah orang seperti ini akan benar-benar merugi karena enggan membaca shalawat Nabi.
Agar bacaan shalawat menghasilkan energi yang dapat kita rasakan, ada beberapa hal yang harus kita lakukan, yakni:
Mumpung saat ini adalah bulan Rabiul Awal, marilah kita sama-sama memperingati kelahiran nabi saw., sambil memperbanyak bacaan shalawat pada nabi Muhammad saw. Selain itu, kita harus meningkatkan keyakinan kita bahwa rasulullah saw. adalah suri tauladan sepanjang zaman. Jikalau kita ikut dalam tuntunan beliau insyaallah kita akan selamat dunia dan akhirat. Langkah kita akan mantap dan hati pun senantiasa disaputi ketentraman.
Semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat di hari akhir nanti. Shallu ‘alan nabiy wa ‘ala aalihi. Wallahu a’lam bissowab.
*) Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.