Marhaban Ya Ramadhan, bulan yang kita nanti-nantikan akan segera datang. Bulan yang penuh dengan berkah. Bulan ini adalah bulan yang lebih istimewa dibandingkan 11 bulan hijriyah lainnya. Semua amal ibadah dilakukan oleh seorang muslim akan dilipat gandakan. Hal ini menjadi berita yang sangat menggembirakan bagi seorang muslim. Bulan Ramadhan merupakan ruang waktu yang tepat untuk memaksimalkan diri menjadi orang yang bertaqwa. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، وَوَكِيعٌ، عَنِ الأَعْمَشِ، ح وَحَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الأَعْمَشِ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ، (وَاللَّفْظُ لَهُ) حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، -رضى الله عنه- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم "كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ . وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ".
Artinya: Dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap amalan yang dilakukan anak Adam akan dilipat gandakan. Suatu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, atau sebanyak yang Allah kehendaki. Allah berfirman: 'Kecuali puasa, yang untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Dia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, satu ketika dia berbuka dan lainnya ketika dia bertemu Tuhannya. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada wangi minyak kesturi.” (HR. Muslim)
Dikarenakan bulan yang agung ini akan hadir dalam hitungan hari, maka sudah selayaknya seseorang akan menambah intensitas ibadahnya, memperbaiki semua kekurangan yang telah ia lakukan (dilewatinya). Hal ini sangat baik dikerjakan sebagai wujud bukti rasa bahagia kita akan hadirnya bulan Ramadhan. Melalui semua amal ibadah yang dilakukan, seorang muslim berharap bahwa akan hadir pengampunan dari Allah SWT untuk semua kekhilafan maupun dosa yang telah diperbuat. Pada dasarnya, bulan Ramadhan adalah sarana untuk membakar dosa yang pernah kita lakukan, seorang muslim yang berpuasa menahan panas dan kelaparan, maka haus dan panasnya berpuasa itu merupakan simbol untuk membakar dosa. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah SAW pernah bersabda:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ"
Artinya: Dari Abi Hurairah RA., bahwa Rasulullah bersabda “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya pada masa lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan amal ibadah yang dilakukan di bulan yang agung ini. Tidak sedikit orang lalai dalam beribadah, mereka lupa bahwa ketika mengerjakan amal ibadah justru tergoda dengan amalan-amalan sunah dan lalai dengan yang wajib. Seperti halnya amal ibadah yang menjadi ciri khusus dalam bulan Ramadhan adalah sholat tarawih. Sholat Tarawih ini rupanya masih selalu menjadi perbincangan tersendiri dikalangan kelompok-kelompok tertentu. Bahkah terjadi perdebatan berkaitan dengan jumlah raka’at shalat yang menimbulkan perpecahan. Sebagai seorang muslim sudah selayaknya mampu memahami bahwa melaksakan shalat tarawih adalah sunnah, sementara menjaga kerukunan dan persatuan adalah wajib.
Contoh lain yang biasa terjadi disekitar kita adalah tadarus al-Qur’an. Kegiatan yang sangat baik dan mendatangkan pahala yang berlipat ganda ini dapat menjadi sia-sia ketika seseorang yang sedang tadarus al-Qur’an hanya sibuk mengkhatamkannya hanya dalam sehari semalam, hatinya memikirkan sesuatu yang ada di luar. Kita juga lalai, menikmati tiap nada lantunan yang diekspresikan dan penggunaan suara yang terlalu keras tanpa disesuaikan dengan waktu dan keadaan masyarakat sekitar. Sehingga mereka melupakan hal yang penting di mana ketika membaca al-Qur’an sepatutnya meresapi setiap makna yang terkandung di dalam al-Qur’an. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Hadid Ayat 20,
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ) ۲۰)
Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS. Al-Hadid Ayat 20)
Keterangan ghurur tersebut hendak mengingatkan kita bahwa jangan sampai urusan-urusan sekunder itu membuat kita lalai akan urusan-urusan primer, ibadah sunnah yang justru mengantarkan kita untuk mengabaikan ibadah wajib. Idealnya, tentu saja kita sanggup melaksanakan kedua-duanya secara maksimal.
Betapa banyak seorang muslim yang tidak menjaga kesakralan bulan mulia ini, betapa banyak yang tidak mengindahkannya, menyia-nyiakan keagungan posisinya, serta keluhuran derajatnya. Alangkah meruginya orang-orang yang mendapatkan kesempatan untuk menjumpai bulan Ramadhan, akan tetapi terlewatkan begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai kebaikan. Hal ini dapat menjadi sebuah indikasi bahwa orang yang menyia-nyiakan bulan Ramadhan akan menyia-nyiakan bulan hijriyah yang lain.
Apabila dikatakan dalam sebuah perumpamaan, setiap ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan mendapatkan hadiah uang Rp. 50.000,- tapi orang tidak mau berusaha untuk mendapatkannya. Apalagi dengan amal ibadah yang dilakukan di bulan-bulan yang lain yang tidak mendapatkan hadiah sebanyak bulan Ramadhan. Maka besar kemungkinan orang itu pasti tidak semangat untuk menjalankannya. Maka, sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang akan datang dalam hitungan jari.
Semoga Allah SWT memberikan kesempatan untuk kita mendapatkan kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan.
Penulis adalah Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda. Dapat disapa melalui instagramnya @aqimzae