Bulan Dzulhijjah, salah satu bulan yang dimuliakan Allah. saat ini kita sedang berada didalamya. Disebut bulan mulia karena didalamnya terdapat keutamaan bagi umat Islam yang mampu “memanfaatkannya” dengan baik, yaitu mengisinya dengan beribadah untuk mengharap ridlo Allah dan pahala yang besar antara lain puasa sunnah hari Tarwiyah, hari Arafah, shalat sunnah Idul Adha, menyembelih hewan kurban (berkurban), mengumandangkan takbir, dan menunaikan ibadah haji bagi yang sudah mampu menjalaninya.
Kurban berasal dari kata qarraba-yuqarribu-qurbaanan yang berarti “dekat”. Dengan melakukan kurban seseorang akan diuji kedekatannya kepada Allah, seberapa besar dia sanggup mengorbankan sedikit dari kelebihan harta atau rizki yang telah dikaruniakan Allah kepadanya berupa menyembelih hewan kurban dengan penuh keikhlasan.
Menyembelih hewan kurban pada hari raya Idul Adha (10 dzulhijjah) dan hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah) memiliki keutamaan yang sangat besar, antara lain:
Pahala yang berlimpah
Wahab bin Munabbih, seorang sahabat Nabi yang sebelumnya memeluk agama Nasrani, pernah bercerita tentang Nabi Dawud as yang bertanya kepada Allah SWT,”Ya Tuhan, berapa pahala orang yang berkurban dari umat Nabi Muhammad SAW?” Allah pun menjawab,”Aku memberi pahala kepadanya, setiap bulu dari badannya (bulu hewan kurban) 10 kebaikan, Kuhapus 10 kejelekannya, dan Kunaikkan 10 derajat. Akan Kubangunkan sebuah mahligai di surga, Kuberikan kepadanya seorang puteri dari bidadari nan cantik jelita, dan kendaraan bersayap yang berkecepatan tinggi satu kali langkah sejauh mata memandang. Itu adalah kendaraan penduduk surga, dia (orang yang berqurban) boleh terbang dengan kendaraan itu sesukanya. Perlu kamu ketahui juga hai Dawud, bahwa hewan kurban itu menjadi kendaraan, dan bertindak sebagai pengaman dari malapetaka kelak di hari Kiamat” (Dari Kitab Zahratur Riyadl dalam Durratun Nashihin: 1109).
Amalan yang Paling dicintai Allah
Imam Turmudzi meriwayatkan hadits dari Aisyah ra. yang mendapatkan wejangan langsung dari suaminya, Nabi Muhammad SAW. Beliau mengatakan “Tidak ada amal ibadah yang dilakukan oleh anak Adam pada hari raya Idul Adha, yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah hewan kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu nanti pada hari Kiamat akan datang lengkap dengan kaki, tanduk, dan kepalanya. Darahnya, sebelum menetes bumi diterima Allah dan dicatat-Nya (sebagai amal shalih). Karena itu ikhlaskan hatimu dan gembirakan hatimu ketika menyembelih hewan kurban.”
Perwujudan Ibadah Sosial
Kualitas keimanan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kesungguhannya dalam ibadah ritual semata, seperti shalat, puasa, haji, wiridan, dan sebagainya, tetapi juga sejauh mana ibadah tersebut diimbangi oleh semangat kesungguhan dalam membangun kepekaan sosial. “Barangsiapa tidak memperhatikan urusan umat Islam, maka ia tidak termasuk kelompok kami,” tegas Nabi SAW dalam salah satu sabda beliau. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa sosok muslim sejati adalah orang yang muslih li nafsihi (mampu memperbaiki dirinya sendiri) sekaligus muslih li ghairihi (mampu memperbaiki orang lain). Manusia seperti itulah yang berjuang di jalan Allah dengan mentransformasikan keshalihan ritualnya menjadi shalih secara sosial.
Bentuk perwujudan ibadah sosial di bulan Dzulhijjah yang utama adalah menyembelih hewan kurban bagi yang sudah mampu melaksanakannya. Daging hewan kurban tidak dimakannya sendiri, melainkan diberikan kepada orang lain yang tidak mampu. Mereka yang setiap harinya makan dengan lauk pauk seadanya, maka pada bulan ini bisa bersenang hati menikmati daging kurban. Dengan demikian salah satu manfaat diperintahkannya berqurban adalah saling berbagi kebahagiaan dengan sesama yang kurang beruntung, dalam hal ini berupa pembagian daging kurban.
Penulis adalah Staf Pengajar SMP Islam Sabilillah Malang dan Ustadz Pengajar di Madrasah Matholi’ul Huda Pondok Pesantren Miftahul Huda