Pada setiap rangkaian ibadah sholat berjamaah, pasti terdapat seorang wali Allah, yang mana dengannya Allah memberikan syafaat kepada yang lain. Sholat secara berjamaah merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Seseorang yang ingin memasuki ke Hadirat Ilahy dituntut selalu mendawamkan sholat berjamaah. Dalam sebuah hadist, Abu Hurairah bercerita bahwasanya ada seorang laki-laki buta datang kepada Rasulullah. Laki-laki tersebut meminta keringanan untuk sholat sendirian di rumahnya, dikarenakan tidak ada seorang pun yang menuntunnya menuju masjid. Lalu ditanya oleh Rasulullah, apakah saudara mendengar adzan? Laki buta tersebut menjawab, ya Rasulullah. “Berarti kamu tetap wajib mengikuti jamaah” tutur Rasulullah.
Ulama dahulu menganggap bahwa ketinggalan sholat jama’ah adalah suatu musibah. Pernah diceritakan, ada salah seorang sahabat menjenguk kebunnya yang jauh. Ia baru saja pulang sore hari dan ternyata jamaah sholat ashar telah usai. Sahabat tersebut sangat menyesal dan menangis. Spontan ia sedekahkan kebunnya sebagai pengganti dari ketinggalannya dalam berjamaah.
Ada kisah lain dari Sayid al-Bakri, ia bercerita bahwa Ubaidillah bin Amir al-Qowariry pernah berkata, “saya tidak pernah lepas dari sholat jamaah”. Suatu ketika, datang tamu, sehingga aku lupa pergi jamaah isya’ di masjid. Aku keluar keliling kota untuk mencari masjid, dan ternyata semuanya telah tutup. Maka, aku pulang ke rumah dan melakukan sholat sendiri sebanyak 27 kali sebagai ganti atas ketinggalanku. Setelah itu, ketika tidur aku bermimpi menunggang kuda bersama orang banyak. Akan tetapi, dalam mimpi tersebut aku ketinggalan dan tidak bisa menyusul mereka. Salah satu dari mereka berkata, kamu tidak akan mampu menyusul kami. Mengapa demikian, jawab aku. Sebab kami melakukan sholat isya’ berjamaah sedangkan kamu melakukan dengan sendiri, tutur salah satu dari mereka.
Bila cuma dibaca dan diartikan secara tekstual, mungkin ketika seseorang tidak melakukan sholat berjamaah, ia hanya menghitung bahwa pahala yang ia dapat sekedar lebih sedikit dari orang-orang yang berjamaah. Namun, bagi mereka yang mempunyai penglihatan lebih mengenai pandangan kebathinan, yang dianugrahkan oleh Allah, keutamaan 27 derajat bukan semata hanya mengenai angka belaka.
Di samping itu, mengapa kita sampai ketinggalan, bahkan malas untuk shalat jamaah? Mungkin karena banyaknya dosa maupun maksiat yang pernah kita perbuat. Para ulama mengatakan, seseorang tidak akan tertinggal jamaahnya kecuali disebabkan dosa-dosa yang telah ia lakukan. Oleh karena itu, marilah kita rapatkan barisan shaf jamaah kita, sembari melakukan kebajikan dan mencegah apa yang telah dilarang oleh Allah swt. Semoga kita senantiasa diberi keistiqomahan ketaatan di jalan Allah. Wallahu a'lam bishawab.
*) Disarikan dari pengajian KH. Ahmad Muhammad Arif Yahya
Tim redaksi website PPMH