Keberkahan Sowan Lebaran

Rabu, 11 Mei 2022, 10:54 WIB
Keberkahan Sowan Lebaran
Sowan Kiai

Bulan Syawal menjadi momentum yang istimewa bagi masyarakat +62. Terkhusus umat muslim, di mana di hari-hari awal bulan Syawal merupakan hari kemenangan (red: Ied) sekaligus cuti bersama liburan. Disebut kemenangan karena umat Islam telah menang melawan hawa nafsu selama sebulan penuh dengan berpuasa Romadhon. Liburan di awal bulan Syawal juga sering menjadi quality time bagi sanak famili untuk melepas rindu yang hampir satu tahun tidak bertemu. Lain lagi ceritanya di kalangan para santri. Momentum lebaran menjadi kesempatan yang besar untuk berburu keberkahan dari salah satu aktivitas sakral yang bernama; "SOWAN".

Bagaimanapun juga, bagi seorang santri sowan merupakan satu dari sekian aktivitas sakral yang lekat dengan identitas kesantrian. Bertamu ke rumah seorang Kyai (red: nDalem), terlebih yang juga gurunya sendiri dengan disambut langsung oleh beliau merupakan sebuah kenikmatan yang seringkali bercampur dengan rasa sungkan. Beda rasanya memang, memasuki rumah Kyai dengan rumah biasa. Suasana batin yang tenang akan kita dapatkan berkat ruang yang kita masuki merupakan “atsarussolihiiin”. Maka tak heran jika banyak dari suatu wilayah menjadi terkenal, beradab dan berperadaban tatkala di sana terdapat "atsarussolihiin" seperti halnya di Maqom Walisongo. Berapa banyak masyarakat disekelilingnya yang mendapatkan keberkahan dari beliau-beliau? Dari bidang keilmuan, peradaban, hingga sektor ekonomi. Tentu itu semua memberikan bukti nyata adanya keberkahan dari "atsarussolihiin" para waliyullah.

Sowan ke nDalem Kyai selama momen lebaran setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa sungkan karena adanya tradisi “open house” dan silaturahmi anjangsana kesana kemari. Meskipun sebenarnya sowan pada hari biasa pun juga bisa, hal ini lah yang menjadi alasan para santri untuk tidak melewatkan kesempatan emas itu. Apalagi bagi para alumni yang itensitas sowannya sudah berkurang karena terkendala jarak yang jauh dan tanggungan beban tugas di daerahnya masing-masing, sowan lebaran menjadi momentum yang ditunggu-tunggu untuk menjaga rabithah dengan guru.

Pentingnya Rabithah dan Ta’alluq kepada Guru

Sowan lebaran kepada Kyai merupakan salah satu ikhtiar dari menjaga kelestarian rabithah dengan guru, disamping rabithah juga bisa dilakukan secara ikhtiar batin. Di dunia pesantren, tentu tidak asing dengan istilah rabithah; yakni bentuk hubungan lahir batin antara murid dengan guru, antara santri dan Kyai. Hubungan ini harus terus dijaga sepanjang masa. Hubungan/ rabithah yang baik juga memerlukan ta’alluq atau keterikatan batin antara seorang murid dengan gurunya. Kadar kekuatan rabithah dan ta’alluq akan berpengaruh pada kadar tarbiyah yang didapatkan murid dari seorang guru. Seorang murid yang kadar rabithah dan ta’alluq nya tinggi, akan mendapatkan tarbiyah dari gurunya sepanjang waktu, walaupun ia sudah tidak berada di pondok pesantren. Bahkan meskipun melalui mimpi, tarbiyah dari seorang guru akan terus membimbingnya dimana pun ia berada.

Sebaliknya, jika rabithah tidak terjaga dengan baik dan ta’alluq mulai kendor, tarbiyah yang ia dapatkan sangat terbatas pada majelis dan liqo' secara fisik semata. Bahkan yang lebih ekstrem, rusaknya rabithah dengan guru bisa menyebabkan berkurangnya keberkahan ilmu. Maulana Habib Luthfi bin Yahya pernah mengatakan: "Ciri khas santri kalau ilmunya kering (kurang barokah), itu biasanya karena jarang kirim Fatihah untuk gurunya".

Sebenarnya banyak cara untuk meningkatkan rabithah dengan guru, seperti memasang foto guru di rumah, rutin mengirim hadiah Fatihah, mendoakan guru, bersilaturahmi, berziarah, meneladani beliau dalam keseharian kita dsb. Semua itu adalah upaya untuk menjaga rabithah dengan guru. Sebab, untuk mencapai wushul, kita tidak mungkin berangkat sendiri. Tentu kita membutuhkan ‘nggandol’ kepada guru kita sebagai pembimbing Murobbirruh. Sementara guru kita juga akan ‘nggandol’ kepada gurunya lagi, gurunya lagi dan lagi hingga sambung sampai kepada Rasulullah Saw. Bukankah untuk menuju ke Allah, mustahil tanpa melalui pintu Rasulullah? 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

Artinya: "Katakanlan jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran: 31)

Sebuah qosidah yang indah juga menyenandungkan:

يَا إِمَامَ الرُّسْلِ يَاسَنَدِي # أَنْتَ بَابُ الله مُعْتَمَدِي

"Wahai pemimpin para Rasul dan wahai sandaranku engkaulah pintu Allah sandaranku"

Dan bukankah untuk sampai ke Rasulullah kita membutuhkan wasilah/penghubung sanad yang bersambung dari para pewarisnya (red: ulama')? 

Maka sekali lagi, rabithah dengan guru merupakan bab yang sangat penting. Dasar dari rabithah adalah mahabbah. Seorang murid akan memiliki rabithah yang kuat manakala mahabbah dengan gurunya juga sudah tinggi. Maka, seberapa besar mahabbah kita kepada guru , sebesar itu pula rabithah kita kepada beliau. Seperti halnya dalam persoalan iman, yang mana kadar bobotnya dapat diukur dari seberapa besar mahabbah kita kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana dalam hadits yang mengatakan:

ويتفاوت الناس في الإيمان على قدر تفاوتهم في محبتي، ويتفاوتون في الكفر على قدر تفاوتهم في بغضي

“Kadar bobot keimanan manusia sesuai kadar bobot mereka dalam mencintaiku. Dan kadar bobot kekufuran mereka sesuai kadar bobot mereka dalam memusuhiku.”

Sarat dengan Ilmu dan Hikmah

Sowan kepada ulama' juga selalu sarat dengan ilmu. Banyak pelajaran hingga hikmah yang bisa kita dapatkan dari hasil sowan. Bermujalasah dengan ulama memang sangat dianjurkan karena akan memancarkan ilmu dan hikmah sebagaimana keterangan dalam kitab Nashoihul Ibad :

عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنور الحكمة كما يحيى الارض الميتة بماء المطر 

"Hendaknya kalian bergaul dengan ulama' & mendengarkan nasehat hukama' (ahli hikmah), sebab Allah akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah seperti menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan”.

Sepanjang terbatasnya pengamatan yang penulis perhatikan, ada beberapa hal menarik yang bisa kita dapatkan ketika sowan. Pertama, banyak para tamu ketika sowan ke nDalem seorang Ulama' atau Kyai, wajah-wajah mereka menjadi cerah bahagia. Meskipun bertemu hanya sebentar dan tidak terlalu banyak obrolan, namun bertemu dan bisa memandang wajah orang alim saja sudah membuat hati mereka menjadi tenang. 

Imam Nawawi dalam kitabnya Tanqihul Qoul menjelaskan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata : 

وكان علي بن أبي طالب يقول: النظر إلى وجه العالم عبادة ونور في النظر ونور في القلب، فإذا جلس العالم للعلم كان له بكل مسألة قصر في الجنة، وللعامل بها مثل ذلك .

Artinya : "Memandang wajah seorang ulama adalah ibadah. Lalu berpancar cahaya dalam pandangan itu dan terang cahaya di dalam hatinya. Ketika seorang ulama mengajarkan ilmu, maka satu tema yang diajarkan berhadiah satu istana di surga. Dan bagi yang mengamalkan ilmu akan mendapatkan hadiah serupa."

Bahkan, tak jarang jika banyak para santri yang sedang memiliki persoalan dalam memahami suatu ilmu, dengan sowan memandang wajah beliau saja sudah mendapatkan jawaban. Ketika sowan dengan orang alim, obrolan yang dibahas selalu didasari dengan ilmu.

Kedua, pelajaran berharga lain juga bisa kita dapatkan dengan cara bil nadhor secara langsung dari halliyah Kyai. Beberapa di antaranya adalah sikap tawadlu', keluhuran adab-akhlak, dan cara ikromuduyuf (memuliakan tamu) yang sangat indah dari beliau akan nampak begitu jelas.

Ketiga, seringkali tatkala seorang santri sowan, Kyai memberikan keterangan-keterangan yang tidak didapatkan ketika mengaji di kelas. Bahkan jawaban atas berbagai persoalan hidup hingga keterangan yang bersifat sirr (samar) dan hikmah-hikmah seringkali didapatkan tatkala sowan menghadap langsung dengan beliau.

Keempat, selalu ada kisah-kisah menarik untuk disimak. Kyai memang kaya dengan hikayat dan kisah untuk diceritakan kepada umat. Dari apa yang diceritakan Kyai, kita mendapatkan banyak pelajaran berharga hingga curahan rahmat. Karena biasanya yang diceritakan Kyai adalah kisahnya orang-orang saleh. Sementara dzikrus solihin itu tanzilurrohmah, menceritakan orang saleh akan menurunkan rahmat Allah SWT.

Kelima, tak jarang pula sepulang dari sowan, kita mendapat oleh-oleh ijazah suatu amalan untuk  diamalkan di rumah. Itu pun masih dapat plus bonus tambahan doa di akhir sesi sowan.


Bagikan