Karena Ilmu, Manusia Menjadi Mulia

Sabtu, 11 Sep 2021, 10:36 WIB
Karena Ilmu, Manusia Menjadi Mulia
Ngaji (Dok. PPMH)

“Dan Allah telah mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu memang benar (bahwa kamu berhak menjadi Khalifah di bumi). Para Malaikat menjawab: Maha Suci Engkau, tiada ilmu bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Baqoroh: 31-32)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah mengajarkan ilmu kepada Nabi Adam berupa nama-nama makhluk ciptaan-Nya yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Ketika para malaikat diperintah untuk menyebutkan seluruh makhluk-Nya, para malaikat mengaku bahwa mereka tidak mengetahui. Hal ini terjadi karena adanya suatu “pertanyaan” malaikat yang kurang setuju terhadap penciptaan Nabi Adam sebagai khalifah di bumi. Namun, akhirnya para malaikat diperintah untuk menyebutkan nama-nama makhluk dan tidak mampu. Sedangkan Nabi Adam mampu menyebutkan nama-nama makhluk yang telah diajarkan oleh Allah SWT. Di sinilah letak kemuliaan Nabi Adam dan keturunannya yaitu diberikan anugerah ilmu. 

Keutamaan Ilmu

Terdapat banyak hadits yang menuturkan perihal keutamaan mencari ilmu. salah satunya adalah Allah SWT akan memudahkan jalan menuju surga. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi: “Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalan menuju surga”. Selain itu derajat amal mencari ilmu dinilai lebih baik dari pada menunaikan 100 rakaat shalat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Seandainya kamu pergi ke suatu tempat lalu mempelajari satu ayat dari Kitab Allah, itu lebih baik bagimu daripada menunaikan shalat seratus rakaat. Dan seandainya kamu pergi lalu mempelajari satu bab dari ilmu, itu lebih baik bagimu daripada menunaikan shalat seribu rakaat”. Di sisi lain, orang yang berilmu itu memperoleh kedudukan yang lebih unggul dibanding ahli ibadah. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah itu seperti keuatamaan saya atas orang yang paling rendah di antara kalian”. (HR. Imam Turmudzi No. 2686). Bahkan terdapat pula keterangan bahwa di antara keutamaan orang berilmu adalah mengungguli orang yang mati syahid. Imam Al-Hasan dalam kitab Durrotun Naashihiin hal. 16  berkata: “Besok di hari kiamat, tinta ulama akan ditimbang dengan darah orang-orang yang mati syahid. Dan tinta ulama mengalahkan darah orang yang mati syahid.”

Selain kedudukannya mengungguli orang yang ahli ibadah dan orang yang mati syahid, keutamaan lain orang yang berilmu ialah dicintai oleh Allah SWT. Masih di dalam kitab Durrotun Naashihiin hal. 16 diterangkan bahwa Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Ibrohim AS.: “Aku adalah Dzat Yang Maha Mengetahui dan menyukai orang yang berilmu”. Kemudian Nabi Muhammad SAW berpesan kepada umatnya seraya bersabda: “Jadilah engkau orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu atau orang yang mendengarkan, dan janganlah menjadi orang yang keempat, maka engkau akan menjadi celaka.”

Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW hendak masuk ke sebuah pintu masjid. beliau melihat Iblis berada di pintu itu. Beliau bertanya kepadanya: “Hai Iblis, apa yang sedang kamu kerjakan di sana?”, Iblis berkata: “Aku hendak masuk masjid dan merusak shalat orang yang di sana, akan tetapi aku takut kepada laki-laki yang sedang tidur ini”. Nabi Muhammad kembali bertanya: “Hai Iblis, mengapa Engkau tidak takut kepada orang yang sholat ini? Padahal ia sedang bermunajat kepada Tuhannya, tetapi Engkau malah takut kepada laki-laki yang sedang tidur dan sedang dalam keadaan lengah?”. Iblis menjawab: “Orang yang sholat itu adalah orang yang bodoh, dan mudah diganggu. Sementara orang yang tidur ini adalah orang yang alim. Jika aku mengganggu orang yang sedang shalat dan berhasil membatalkan shalatnya, aku takut dia (orang alim) bangun dan memperbaikinya dengan segera”. Lantas Rasulullah SAW bersabda: “Tidurnya orang yang aalim itu lebih baik dari pada ibadahnya orang bodoh”. (Dikutip dari Kitab Durrotun Naashihiin hal. 15)

Di dalam Kitab Durrotun Naashihiin halaman 15 disebutkan, bahwa ilmu lebih utama dari pada amal karena lima argumen: 1) Ilmu tanpa amal tetap untuk keadaanya, tetapi amal tanpa ilmu tidak mungkin terwujud, 2) Ilmu tanpa amal masih bermanfaat, sedang amal tanpa ilmu tidak bermanfaat, 3) Amal itu bersifat terbatas (pasif), sedang ilmu itu aktif, 4) Kedudukan ilmu itu seperti kedudukan para Nabi, 5) Ilmu adalah sifat Allah SWT sedangkan amal adalah sifat para hamba. Jelas sifat Allah lebih utama dari pada sifat hamba. Masih di dalam kitab yang sama juga dijelaskan; amal yang sedikit disertai ilmu akan bermanfaat, sedangkan amal yang banyak tanpa adanya ilmu jelas tidak bermanfaat. Dari sini, dapat diketahui bahwa ilmu adalah mutiara yang berharga dari pada ibadah tanpa ilmu. Tetapi seorang hamba harus mengerjakan ibadah dengan dilandasi ilmu. Jika tidak, maka ilmunya akan sia-sia. Hal ini sesuai dengan pepatah Arab yaitu “Ilmu yang tidak diamalkan itu bagaikan pohon yang tidak berbuah”.

Amalan agar Mudah Menghafal Illmu

Ikhtiar dalam mencari ilmu seyogyanyga dibarengi dengan usaha untuk memahami atau bahkan menghafal apa-apa yang telah dipelajari. berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang ingin mudah menghafal ilmu, maka ia wajib menekuni lima perkara: 1) Sholat malam, walaupun hanya dua rokaat, 2) Melanggengkan wudhu, 3) Senantiasa bertaqwa, baik ketika sendiri maupun di depan banyak orang, 4) Makan dengan niat mencari kekuatan, bukan untuk memenuhi kesenangan nafsu, 5) Bersiwak (Dikutip dari Kitab Durrotun Naashihiin hal. 16).

 

 

Thalabul ilmi  Santri Pesantren Gading Malang  Santri Gading  Dakwah Santri 
A. Faizul Mubin

Penulis adalah santri aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Malang sekaligus mahasiswa jurusan Bahasa & Sastra Arab di UIN Maliki Malang.

Bagikan