Kebanyakan orang berwudlu hanya menjadi rutinitas harian. Membasuh sana sini dan selesai, begitu seterusnya. Bahkan terkadang tanpa memperhatikan sejauh mana air sudah mengenai anggota wudlunya, dilakukan secara terburu-buru dan tanpa memperhatikan kesempurnaannya. Namun, demikian kesempurnaan wudhu tidak identik dengan ”menghabiskan” banyak air sebab Rasulullah mencontohkan untuk “sederhana” dalam menggunakan air ketika berwudlu.
Wudhu merupakan ibadah membersihkan diri secara fisik dari hadats kecil. Tanpanya, sholat tidak akan sah karena wudhu merupakan syarat mengerjakan sholat. Sesuai dengan namanya wudhu artinya baik dan bersih. Oleh karena itu, wudhu harus dilakukan dengan khusuk, hikmat, dan penuh penghayatan, serta harus sesai dengan tuntutan Rasulullah. Dengan begitu seorang muslim akan menemukan kelezatan ruh memetik makna-makna agung di dalamnya. Sehingga, kebersihan lahir dan batin bias diperoleh seorang muslim, karena tujuan utama berwudhu adalah bersuci.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki……., Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmatnya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Al-Maidah: 6).
Sebagai bukti kecintaanNya, Allah menghapus kesalahan yang pernah diperbuat. Rasulullah saw bersabda, “barang siapa berwudhu dengan benar, maka kesalahan-kesalahannya keluar dari tubuhnya, bahkan keluar dari bawah kuku-kukunya”. (HR. Muslim). Lebih dari itu, bekas wudlu sesorang akan terus melekat sampai hari kiamat. “sesungguhnya umatku dipanggil hari kiamat nanti dalam kondisi putih bersinar karena bekas wudlu. Barang siapa yang mampu, maka hendaklah ia memperluas sinar putihnya (dengan menambah basuhan anggota wudlu) maka hendaklah ia lakukan” (Muttafaq Alaih).
Tim dokter Universitas Iskandaria mengeluarkan hasil penelitian bahwa mereka yang rutin membersihkan hidung maka hidung mereka jauh dari kuman dan mikroba. Penelitian dilakukan pada orang yang rutin berwudhu dan mereka tidak melakukannya dengan menggunakan penyemaian tanaman mikroba di hidung seseorang. Hasilnya, penyemaian tanaman mikroba pada mereka yang rutin berwudhu tidak ditemukan tanaman mikroba satupun. Berbeda dengan mereka yang tidak berwudlu di mana penyemaian penuh dengan berbagai jenis mikroba dengan jumlah besar.
Dalam medis THT, jika mikroba menyerang hidung, maka berdampak kepada telinga. Bahkan, masuk ke usus dan pencernaan dan menyebabkan infeksi dan radang. Apalagi jika masuk ke peredaran darah. Karenanya, dalam wudhu disyariatkan membersihksan hidung dengan air sebanyak tiga kali.
Berkumur terbukti mampu menjaga rongga mulut dan gusi dari infeksi dan pembekakan. Selain itu, juga menjaga gigi dari keropos karena sisa-sisa makanan dibersihkan. Secara medis terbukti bahwa 70% mereka yang kehilangan gigi, jika mereka mau menjaga kebersihan mulut maka itu tidak akan terjadi sebelum waktunya. Jika tidak dibersihkan zat cair seperti nanah dan busuk akan disedot oleh liur dan makanan ke dalam pencernaan dan mengalir ke darah. Selanjutnya, akan disebarkan ke seluruh tubuh yang menyebabkan banyak penyakit. Bahkan, berkumur memberikan efek positif dan meredakan ketegangan psikis dan pikiran. Berkumur terbukti memperkuat otot-otot wajah sehingga tampak ceriah dan tidak tegang.
Ketika melakukan aktifitas harian, manusia tidak akan bisa menghindar dari debu atau jasat renik baik yang kelihatan atau tidak. Terutama yang mengenai anggota badan yang terbuka seperti muka, tangan, dan kaki. Debu dan jasad renik itu banyak mengandung kuman. Pembersihan secara rutin oleh air adalah cara yang paling efektif untuk membunuh atau menghilangkan kuman-kuman tersebut. Rukun wudhu ini juga berfungsi membersihkan kulit dari zat-zat minyak dan keringat yang keluar dari pori-pori kulit.
Secara ilmiah, mikroba hanya menyerang kulit manusia yang tidak bersih. Jika dalam jangka waktu lama kulit manusia tidak dibersihkan maka keringat, minyak dan debu yang menempel dipermukaan kulit dan menimbulkan gatal-gatal. Jika digaruk dengan kuku yang tidak bersih maka memudahkan kuman masuk ke pori-pori kulit.
Dengan mikroskop para ahli menemukan bahwa bakteri akan menyerang kulit manusia yang tidak peduli dengan kebersihan. Dalam penelitian lebih lanjut, kulit dua tangan manusia membawa mikroba yang bisa berpindah ke mulut atau hidung ketika membersihkannya. Karenanya, ketika memulai wudhu tangan harus dibersihkan dengan baik, bahkan harus sela-sela jari harus dibersihkan dengan baik. “Jika salah satu dari kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya kedalam bejana sehingga ia memcucinya tiga kali,” (HR. Muslim).
Selain itu, peredaran darah di anggota tubuh yang jauh dari jantung seperti dari ujung tangan dan kaki sangat lemah. Sehingga, anggota itu harus dipijit sambil membasuhnya seperti yang dilakukan Rasulullah. Sinar matahari terutama sinar ultraviolet berpengaruh menciptakan kanker di kulit. Pengaruh ini akan hilang jika seseorang rutin melakukan wudhu karena kulit selalu dijaga kelembabannya. Terutama kulit yang terkena langsung sinar matahari. Sementara pijatan pada saat berwudhu, pada saat membasuh kaki, menyela-nyela jari kaki dan tangan memberikan efek relaksasi ke seluruh tubuh. Sebab tangan dan kaki adalah pusat titik refleksi tubuh seseorang.
Dr. Ahmad Syauqi Ibrohim, anggota Lembaga Medis Kerajaan di London dan ahli penyakit dalam dan jantung mengatakan bahwa para ahli sepakat bahwa timpahan cahaya ke air ketika berwudhu akan menyebabkan munculnya ion-ion positif dan ion-ion negatif. Sehingga, urat-urat akan kendur dan tubuh terbebas dari tekanan darah tinggi dan kondisi depresi. Seorang ilmuan Amerika bahwa air memiliki kekuatan magic. Bahkan, semprotan air kemuka dan dua tangan berwudhu adalah cara terbaik melenturkan urat saraf dan menghilangkan ketegangan.”(Majalah Islam, edisi 296/1994).
Sebelum ahli menyatakan hal ini, 1400 abad yang lalu Rasulullah sudah menegaskan, “jika salah seorang di antara kalian marah maka hendaklah ia berwudhu”. Karena marah itu dari api, ”Riwayat lain “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api dan api itu padam oleh air. Maka jika kalian marah hendaklah ia berwudhu,”(HR. Daud ). Karenanya, Rasulullah orang paling santun, tenang dan paling mampu menahan diri.
Tim redaksi website PPMH