Berlangsung Khidmad, Pelantikan Pengurus PP. Miftahul Huda & Panitia Haflatul Imtihan serta Peringatan 1 Muharram 1441 H

Jumat, 06 Sep 2019, 15:57 WIB
Berlangsung Khidmad, Pelantikan Pengurus PP. Miftahul Huda & Panitia Haflatul Imtihan serta Peringatan 1 Muharram 1441 H
Masjid Baiturrahman, PP. Miftahul Huda Gading Malang. (Foto: Dok. PPMH)

Gadingpesantren - Ada yang berbeda di kegiatan malam jum’at (05/09) kali ini. Dimana yang biasanya pelantikan sendiri-sendiri. Baru pertama kali ini pelantikan Pengurus Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading dan Panitia Haflatul Imtihan digelar bersama, serta memperingati 1 Muharram 1441 H.

Pra acara dibuka dengan lantunan dari grup sholawat Al-Barzanji, bersholawat bareng bersama seluruh santri, hingga akhirnya di buka oleh pembawa acara pukul 20.15 WIB.

Dilanjutkan pembacaan Surat Keputusan sampai ikrar seluruh pengurus yang langsung di pimpin oleh Almukarrom KH. Ahmad Arif Yahya. Disusul ikrar panitia Haflatul Imtihan sekaligus pemberian simbolis surban kepada salah satu santri yang menjadi ketua Haflatul Imtihan, yaitu sahabat Sumantri asal Pekalongan.

Sambutan menempati acara berikutnya di sampaikan oleh Ustadz H. M. Qusyairi. Beliau memberikan selamat kepada yang telah di lantik, semoga selalu mendapat lindungan dan pertolongan untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

“Amanah ini sesungguhnya dari Allah SWT, hendaknya disikapi ini adalah anugerah yang luar biasa. Menjadi ajang untuk menjadi manusia yang berguna, yang kelak akan berjuang di masyarakat. Yang tidak kita peroleh di tempat lain.” Ungkap dosen Fakultas Sastra UM tersebut.

Di akhir sambutannya menyitir pantun “Manuk glatik, cucuk e abang. Durung dilantik wes tandang”. Maksudnya para pengurus dan panitia HI sebelum di lantik sudah bekerja di kegiatan sehari-hari termasuk acara seminar kebudayaan kemarin dengan pemateri tunggal.

Acara yang terakhir yaitu mauidhoh hasanah oleh Almukarrom KH. M. Baidhowi Muslich. Beliau menjelaskan dengan detail peristiwa Hijrahnya panutan kita Nabi agung Muhammad SAW. Bagaimana kegigihan dan contoh tauladan kepada kita semua.

Terlebih Sayyidina Abu Bakar As-Shidiq yang setia menemani perjalanan Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Bukti setia dan kecintaan beliau kepada Nabi dari kejaran orang-orang kafir Madinah, diantaranya:

Ketika menemani Nabi Muhammad SAW di gua Tsur beliau mempersilahkan Nabi untuk istirahat setelah perjalanan dengan tidur di pangkuan sayyidina Abu Bakar. Ketika sudah lelap, sayyidina Abu Bakar di gigit ular. Beliau tidak bergerak karena tidak ingin Rasulullah SAW terbangun. Namun saking sakitnya beliau meneteskan air mata, air mata tersebut mengenai Rasulullah sehingga bangun.

Kemudian ketika beliau mengetahui ada orang kafir berada di depan gua beliau menangis, kemudian di Tanya oleh Rasulullah. “Kenapa engkau menangis, Wahai Abu Bakar?”. “Kalau yang di bunuh saya, saya adalah orang biasa, namun kalau yang dibunuh engkau Rasulullah, ummat akan rusak bila tidak ada engkau” jawab Sayyidina Abu Bakar. Kemudian Rasululloh menenangkan dengan  لا تحزن إن الله معنا”, jangan bersedih Allah bersama kita. Dengan izin Allah SWT gua Tsur tersebut di lubang masuknya terdapat sarang laba-laba dan sarang burung yang sedang menetas, sehingga orang kafir yang ingin menghabisi Rasululloh tidak jadi masuk. Itulah salah satu mu’jizat Nabi Muhammad SAW.

Untaian doa yang di lafadzkan KH. M. Baidhowi Muslich menandakan acara pada malam penuh khidmat tersebut berakhir. Semoga kita dapat mendapat pelajaran dan meneruskan perjuangan agama islam sekarang dan kelak ketika sudah terjun di masyarakat. Waallahua’lam bishowab.(Red/Jazuli)

Baca juga: Bulan Muharram; Hikmah Perjalanan Hijrah Rasulullah

KH. Baidlowi Muslich  KH. Ahmad Arif Yahya  Kegiatan Pondok  Bulan Muharram 
Bagikan