Bagaimana Menghadapi Perubahan Zaman ?

Sabtu, 20 Okt 2018, 11:45 WIB
Bagaimana Menghadapi Perubahan Zaman ?
Perubahan

Pada hari yang dimulyakan oleh Allah ini marilah kita bertafakkur dan Mudzakaroh atas munculnya fenomena-fenomena yang berkembang akhir-akhir ini, seperti halnya:(1) Adanya arus informasi yang sangat cepat, luas dan canggih; (2) Globalisasi di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya; (3) Munculnya paradigma-paradigma baru dalam kehidupan beragama. Dari semua itu akan muncullah konsekwensi-konsekwensi dan mempunyai dampak yang sangat luas pada segi kehidupan.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim mau tidak mau pasti akan menghadapi fenomena-fenomena yang berkembang itu dengan segala konsekwensinya. Karena itu modal dasar yang dimiliki yaitu Al-Quranul Kamil dan Hadits Nabi Muhammad saw. Selain dari pada itu Allah telah memberikan motifasi kepada hambanya dalam surat AL-Imran ayat 139: “ Dan janganlah merasa hina dan khawatir engkau semua itu paling mulya di sisi Allah kikalau engkau semua itu sebagai seorang mu’min” .

Pertama, dengan adanya arus informasi yang sangat cepat luas dan canggih dapat diketahui perkembangan di dalam dan di luar negeri,  baik perkembangan yang berada di timur tengah, Amerika serikat, Benua Eropa dan lain sebagainya. Dan tidak kalah cepatnya, informasi mengenai tempat hiburan dan berbagai fasilitas –fasilitas hiburan yang berada di kolong jagad raya ini.

Jadi dapat diketahui bahwa adanya arus informasi yang cepat, luas dan canggih mempunyai dampak yang positif dan negatif. Muslimin dituntut untuk bersikap dewasa untuk  memilih dan memilah terhadap perkembangan arus informasi tersebut, mana yang memberikan manfaat dan mana yang madhorot. Umat Islam  yang akan menjawab dan yang meluruskan agar tetap di jalan Allah dengan didasari prinsip mengabdi kepada Allah dengan menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Hal ini  disebabkan karena  Allah telah mengajarkan kepada kita untuk selalu kritis terhadap informasi-informasi yang muncul. Seperti yang dijelaskan oleh Allah dalam surat Al Hujarat ayat 6: “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak melimpahkan suatu musibah terhadap suatu kaum tanpa mengetahui keadaan sebenarnya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”

Selain dari pada itu umat Islam ditunut untuk perhatikan dan mencontoh tentang apa sajayang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. yang mana segala perilakunya tidak terlepas dari Akhlaqul Karimah. Hadist Nabi Muhammad saw. : “,dari Abu Hurairah ( Abdurrahman bin Shohroh) ra. berkata bahwasanya Nabi Muhammad bersabda, segala sesuatu yang dilarang Allah jauhilah dan datangilah segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dengan segala daya upaya. Sebab telah terjadi kehancuran umat-umat tedahulu dikarenakan berbagai masalah-masalah yang dilakukan mereka selalu bertentangan dengan Nabi-nabi mereka”. (diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim).   

Kedua Era globalisasi , muslimin ditunutut untuk berkiprah dengan prinsip  mengabdi kepada Allah dengan menegakkan keadilan dan menjaga persatuan, meskipun kita berhadapan dengan pluralisme dan kemajemukan sosial budaya, kita tetap menjaga persatuan seperti yang digambarkan oleh Allah dalam surat Al Hujarat ayat 13:   “ Wahai manusia sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan kamu semua dari kaum laki-laki dan prempuan dan Aku (Allah) menjadikan kamu semua bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah untuk saling mengenal diantara kamu sekalian, sesungguhnya yang membuat kamu lebih mulia di sisi Allah adalah ketahqwaan kamu, sesungguhnya Allah itu maha mengetahui dan maha mengenal” .

Melalui ayat ini umat Islam dituntut untuk saling mengenal dan saling merasa yang paling unggul sebab keunggulan. Hal tersebut disebabkan karena keunggulan di antara umat Islam itu terletak pada tingkat ketqwaannya. Sehingga terciptalah suatu kebersaman, meskipun kaum muslimin yang ada di Indonesia dihadapkan dengan gejolak politik di dalam negeri dan luar negeri. Perkembangan ekonomi yang mulai berangsur-angsur membaik setelah mengalami krisis moneter yang membengkak menjadi krisis ekonomi karena hilangnya kepercayaan penggerak ekonomi yaitu pemerintah, pengusaha, dan perbankan yang membuat kondisi ekonomi diambang kehancuran. Kondisi ini dihadapkan dengan pasar bebas yang menuntut untuk bersaing dengan pelaku bisnis luar negeri. Dan juga perkembangan sosial budaya Indonesia yang berhadapan dengan sikap kebarat-baratan (westernisasi) yang merusak moral generasi bangsa.

Oleh karena itu kondisi semacam ini dapat diselamatkan dengan mengambil substansi dari globalisasi itu sendiri yaitu bersifat global tapi tidak mengesampingkan nilai-nilai ajaran Allah. Dengan memupuk ajaran dalam surat Al Maidah ayat 2: “Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan serta janganlah kamu sekalian tolong-menolong dalam bergemilang dosa dan permusuhan dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya siksa Allah itu lebih berat”.

Dari ayat ini umat Islam diharapkan bergandeng tangan untuk membangun masyarakat beradab yaitu masyarakat madani seperti pada masa Nabi Muhammad saw berada Madinah. Di sana terdapat berbagai agama (kepercayaan) namun masyarakat hidup berdampingan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari ajaran Islam yang Rahmatal lil’alamin.

Ketiga, dengan munculnya paradigma-paradigma baru dalam kehidupan beragama ini akan menambah wawasan kepada masyarakat pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya, sehingga akan memperluas wacana berfikir bagi  dan tidak menimbulkan pertikaian ketika berbeda pendapat. Sebagaimana diajarkan Allah dalam surat Al Hujarat ayat 10: ” Sesungguhnya diantara kaum mukmin itu bersaudara maka berlakulah damai diantara saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu diberi rahmat oleh Allah”.

Oleh karena  itu marilah kita hidupkan masjid-masjid yang ada seperi zaman keemasan Islam pada tempo dulu sesuai dengan firman Allah pada surat At-taubah ayat 18: “ Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.

Selain dari pada itu umat muslim harus menjaga eksistensi dari masjid itu sendiri sebab memang ada suatu kelompok yang akan menjerumuskan kaum mukmin dengan memakai kedok jamaah masjid seperti yang digambarkan oleh Allah dalam surat At taubah ayat 108: “ Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemdharotan (kepada orang-orang mu’min) dan karena kekafirannya dan untuk memecah belah antara orang-orang muslimin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu, mereka sesungguhnya bersumpah kami tidak menghendaki selain kebaikan dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta ( dalam sumpahnya)”.

Muslimin sebaiknya  memprioritaskan perhatian kepada tiga hal tersebut, jika tidak dapat mengendalikan terhadap tiga fenomena yang muncul. Umat Islam akan menjadi ummat yang termakan oleh perubahan itu sendiri sebab dengan munculnya fenomena-fenomena tersebut kita akan mendapatkan manfaat yang begitu besar tapi kita akan hancur dan terjerumus jika tidak dapat mengendalikannya.

Pelajaran yang diberikan oleh Allah kepada umat Islam yang merupakan Ashabunnuzul dari ayat yang menjadi motifasi bagi muslimin. Hal ini merupakan masalah-masalah yang perlu diperhatikan, seperti kejadian yang yang pernah dihadapi nabi ketika perang Uhud. Karena kehawatiran nabi terhadap lenyapnya kaum muslimin kala itu, maka nabi Saw. berdo’a : “ Ya Allah, tidak ada kemuylyaan bagi saya dan tidak ada kekuatan bagiku kecuali dari Engkau. Ya Allah tidak ada yang menyembah Engkau di negara ini kecuali kaum Muslimin”.

Karena do’a tersebut, turunlah ayat; "Walaa tahinuu walaa tahzanuu waantumul a’launa inkuntum mu’miniin‎‎‎‎‎‎".

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa, sebagai seorang muslim seharusnya memiliki sikap optimis dan kemantapan dalam menatap masa depan. Selama rasa percaya dan taqwa masih bersemayam di dalam hati, dengan demikian kemulyaan dan petunjuk dari Allah akan selalu menaungi langkah kaum muslimin.

 

*) Penulis adalah Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Universitas Yudharta Pasuruan dan staf pengajar PPMH Malang.

Perubahan Zaman  Globalisasi 
Agus Arwani Amin, SE.

Penulis adalah Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Universitas Yudharta Pasuruan dan staf pengajar PPMH Malang.

Bagikan