Bagi Santri, Jihad Menjaga Kebersihan Juga Bagian Menjaga Identitas Muslim

Senin, 04 Sep 2023, 17:14 WIB
Bagi Santri, Jihad Menjaga Kebersihan Juga Bagian Menjaga Identitas Muslim
Kebersihan dan Kesucian

Menjaga kebersihan (kesucian) bukanlah praktik fisik rutin, melainkan merupakan manifestasi konkret dari pengabdian terhadap prinsip-prinsip dan ajaran islam yang mereka anut. Setiap tindakan membersihkan diri dan lingkungan sekitar menjadi wujud representasi nyata dari komitmen terhadap keyakinan sebagai seorang muslim. Dalam islam, kebersihan bukan sekadar praktik fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Santri menyadari bahwa menjaga kebersihan adalah wujud penghargaan terhadap anugerah yang diberikan Allah kepada mereka. Dengan menjaga kebersihan (kesucian), mereka menjunjung tinggi tata nilai agama yang meliputi pemurnian jiwa dan pikiran. Oleh karena itu, tindakan menjaga kebersihan bukan hanya sebagai bentuk ritual, melainkan sebagai perwujudan nilai-nilai moral yang menguatkan identitas keislaman mereka.

Sangat patut ditegaskan bahwa dalam menjalankan kewajiban menjaga kebersihan—yang mungkin dipandang sebelah mata, mengandung konotasi yang jauh lebih mendalam di dalam konstruksi keyakinan mereka. Bagaimana tindakan membersihkan diri dan merawat lingkungan sekitar menjadi cerminan esensial dari nilai-nilai agama yang mereka peluk. Ketika mereka memperhatikan aspek-aspek detail dalam menjaga kebersihan, sebenarnya mereka tengah menghidupkan ajaran-ajaran Islam mengenai kemurnian, kesucian, dan keseimbangan dalam hidup. Dengan setiap kali mereka melibatkan diri dalam tindakan membersihkan diri dan sekitar, sebenarnya mereka tengah menghidupkan prinsip-prinsip spiritual yang menjadi inti dalam ajaran agama mereka.

Tindakan menjaga kebersihan juga membangun perspektif kolektif dalam identitas seorang muslim. Santri sadar bahwa kebersihan bukan hanya berdampak pada diri mereka sendiri, melainkan juga berkontribusi menciptakan lingkungan (pesantren) yang bersih dan sehat bagi seluruh komunitas dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan menjaga kebersihan, mereka menjadi bagian dari upaya kolektif untuk memelihara citra positif umat Islam dan mengembangkan kehidupan yang baik dan harmonis.

Di lingkungan pesantren, identitas seorang santri sebagai penganut ajaran Islam dijunjung tinggi. Terdapat sebuah hadits populer yang berbunyi "Ath-thuhur syathrul iman" yang artinya "kesucian itu adalah setengah dari iman". Hadits ini seharusnya melekat kuat dalam pemahaman mereka, mengilhami pentingnya menjaga kebersihan (kesucian) tidak hanya sebagai tindakan fisik semata, melainkan juga sebagai cerminan kedalaman iman seseorang.

Dalam kesehariannya, para santri memetakan identitas sebagai penganut Islam dalam corak perilaku dan pola pikir yang berkisar pada nilai-nilai ajaran agama. Dengan merenungi makna yang terkandung dalam hadits "Ath-thuhur syathrul iman" (kesucian itu adalah setengah dari iman), mereka menjalankan pemahaman bahwa menjaga kebersihan memiliki posisi penting dalam fondasi keyakinan mereka. Dalam kerangka ini, menjadi seorang muslim tidak sekadar merupakan retorika, melainkan dinilai melalui tindakan nyata baik secara fisik maupun batin, seperti partisipasi dalam kegiatan kebersihan bersama (roan akbar), pelaksanaan tugas piket secara disiplin, memelihara lingkungan agar tetap bersih, hingga menjaga kesucian tubuh (pembersihan diri) baik di luar maupun di dalam saat akan menjalankan ibadah, seperti menggunakan wewangian, melanggenggkan wudhu, bersiwak, dan sejenisnya.

Namun demikian, penting untuk diingat bahwa kebersihan bukanlah semata-mata tentang tindakan fisik yang terlihat. Kebersihan (thaharah) juga mencakup kesucian hati (thaharotul batin) dan pikiran setiap individu. Dalam hal ini, usaha untuk menjaga kesucian secara batin diekspresikan melalui tindakan yang mendekatkan diri kepada Allah (taqorrub ilallah), menyucikan diri dari kotoran kesyirikan, dengan berusaha mendekati-Nya atas amal salih, menyelubungi kesalahan masa lalu dengan meningkatkan perbuatan baik, serta berupaya untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang (kemaksiatan).

Sebagai hasilnya, santri seharusnya dapat memancarkan identitas muslim yang kokoh melalui tindakan-tindakan mereka yang konsekuen dalam menjaga kebersihan (kesucian). Pada akhirnya, jihad mereka dalam menjaga kebersihan bukan hanya menjadi wujud konkret dari komitmen keagamaan, tetapi juga simbol keberhasilan dalam memelihara nilai-nilai iman yang kuat. Dalam lingkungan pesantren, identitas muslim mereka tak hanya tinggal dalam kata-kata atau teori, tetapi terlihat melalui setiap langkah yang diambil untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kesucian hati pribadi masing-masing.

 

Santri Gading  muslim  kesucian  kebersihan  identitas 
Ariby Zahron

Penulis adalah santri aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda sekaligus mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang

Bagikan